Nvidia: AS Gagal Total Bikin China Sengsara, Justru Perusahaan Kami yang Merana!

Nvidia: AS Gagal Total Bikin China Sengsara, Justru Perusahaan Kami yang Merana!

Teknologi | sindonews | Kamis, 22 Mei 2025 - 11:44
share

Amerika ingin bikin China sengsara. Yang terjadi, negara tirai bambu itu justru semakin menyala. Itu yang diungkap oleh CEO Nvidia, Jensen Huang. Ia menyoroti aturan kendali ekspor chip yang diterapkan Amerika Serikat (AS) adalah sebuah "kegagalan".

Bahkan, memperingatkan bahwa pembatasan yang dilakukan lebih merugikan bisnis Amerika daripada China sendiri. Pernyataan ini membuka tirai drama "perang dingin" teknologi yang semakin memanas antara dua kekuatan ekonomi terbesar di dunia.

Dalam konferensi pers di Computex di Taiwan, Huang mengungkap dampak mengerikan dari kebijakan tersebut: pangsa pasar Nvidia, pemimpin chip AI global, di China telah terpangkas hampir setengahnya, dari 95 menjadi 50.

Kondisi ini tidak hanya merugikan Nvidia, tetapi juga memotivasi Beijing untuk mempercepat pengembangan chip buatan mereka sendiri.

Komentar Huang muncul di tengah gencatan senjata yang rapuh antara AS dan China terkait tarif dan semikonduktor.

Awal pekan ini, Kementerian Perdagangan China merespons perubahan kebijakan chip terbaru dari pemerintahan Trump, menyebut kebijakan AS sebagai "berlebihan" dan "intimidasi", serta menuntut Gedung Putih "memperbaiki kesalahannya."

“AS menyalahgunakan langkah-langkah kendali ekspor, memberlakukan pembatasan yang tidak dapat dibenarkan pada produk chip China dan bahkan mengganggu penggunaan chip produksi dalam negeri oleh perusahaan China di China," tegas Kementerian Perdagangan China, menunjukkan kemarahan Beijing atas apa yang mereka anggap sebagai intervensi berlebihan.

Menanggapi kebijakan ini, Gedung Putih telah membatalkan "Aturan Difusi AI Berjenjang" ( AI Diffusion Rule) yang digulirkan oleh mantan Presiden Joe Biden pada Januari dan berjanji akan menggantinya secara penuh di masa mendatang.

Di tengah tarik-ulur geopolitik ini, Nvidia terjebak di tengah-tengah. Jensen Huang, harus menyeimbangkan diri di tengah "perang dingin" teknologi yang semakin dalam.

Nvidia dan Ambisi China di Ranah AI

Pekan lalu di Arab Saudi, Presiden Donald Trump menyebut Huang sebagai "teman" dan memuji investasi AI Nvidia yang masif. Huang mendampingi Trump dalam perjalanan ke Timur Tengah, menjadi perwakilan terkemuka kekuatan teknologi global AS. Namun, Huang juga dikenal menjaga hubungan erat dengan China dan secara terbuka memuji kemampuan teknologi negara tersebut.

Nvidia, dikabarkan mengakuisisi ruang baru untuk karyawannya di Shanghai, meskipun perusahaan menyatakan tidak akan mengirimkan kekayaan intelektual atau desain unit pemrosesan grafis (GPU) ke sana. Dalam testimoninya di hadapan anggota parlemen di Washington pada April, Huang memperingatkan bahwa China dengan cepat mengejar ketertinggalan dari AS dalam pengembangan AI. " China tepat di belakang kita," kata Huang. "Kita sangat dekat. Ingat, ini adalah perlombaan jangka panjang, yang tak terbatas." Huang juga secara khusus menyoroti kemampuan Huawei, yang dilaporkan sedang mengembangkan chip canggihnya sendiri untuk menyaingi Nvidia. "Mereka luar biasa dalam komputasi dan teknologi jaringan, semua kemampuan esensial untuk memajukan AI," ujar Huang. "Mereka telah membuat kemajuan luar biasa dalam beberapa tahun terakhir."

Meskipun hubungan AS dan China berada di pijakan yang goyah, Huang pada April menegaskan kepada pejabat senior Tiongkok bahwa perusahaannya akan "tanpa ragu melayani pasar China." Nvidia terus memainkan peran penyeimbang, merombak chip agar tetap patuh terhadap regulasi AS sambil menavigasi garis patahan komersial dan politik yang semakin rumit.

Peringatan Huang jelas: jika AS tidak memikirkan kembali pendekatannya, mereka berisiko kehilangan pasar China yang sangat besar dan keunggulan mereka dalam perlombaanAIglobal.