Melawan Hipnotis Algoritma, Gen Z Lebih Suka dengan Teknologi Klasik
Di tengah dunia yang terus berubah cepat, ada satu generasi yang hadir dengan cara yang berbeda. Gen Z tidak datang untuk mengikuti arus, tapi menciptakan gelombangnya sendiri. Gen Z tak mudah percaya dengan namanya Algoritma bahkan gaya hidup mereka cenderung ke klasik.
Mereka tumbuh di antara tantangan zaman, tapi justru menjadikannya sebagai pijakan untuk bergerak lebih jauh.
Seperti dilansir dari Syney Morning Herald, Gen Z tumbuh saat internet bukan barang baru, tapi bagian dari sistem kehidupan. Namun, bedanya dengan generasi sebelumnya, mereka tak hanya jadi pengguna, mereka ahli navigasi. Mereka tahu bagaimana membedakan informasi, mengolahnya, dan menciptakan ulang makna yang relevan dengan kebutuhan saat ini.
Ketika dunia bergerak ke arah disrupsi digital, Gen Z sudah selangkah di depan. Mereka tak canggung menghadapi perubahan platform, algoritma, hingga kecerdasan buatan. Bahkan banyak dari mereka yang membangun karier tanpa menunggu validasi tradisional seperti gelar atau struktur organisasi.
Salah satu kata kunci yang sedang tren saat ini adalah "algoritma", yang secara teknis berarti rumus komputasi apa pun, tetapi kini berarti rumus yang memprediksi perilaku kita.
Facebook memiliki algoritma yang memprediksi berita yang mungkin diinginkan pengguna. Situs kencan seperti Match.com dan OkCupid menggunakan algoritma untuk memprediksi minat cinta. Google, dengan algoritma yang paling terkenal, memprediksi apa yang kita inginkan saat kita mengetik istilah pencarian. Seperti yang dikatakan seorang ilmuwan, "Algoritma menguasai dunia".
Namun, ada masalah dengan aturan itu. Karena algoritme didasarkan pada masa lalu, algoritme hanya memenuhi respons yang telah dikondisikan sebelumnya. Algoritme tidak dapat memberi kita sesuatu yang baru, mengejutkan, menantang, atau berbeda. Perbedaan adalah sesuatu yang ingin disingkirkan. Akibatnya, algoritme melubangi kehidupan.
Ahli matematika lain menemukan algoritma yang mengidentifikasi berbagai komponen lagu hits. Meskipun belum ada yang menulis lagu dengan resep ini, rumus tersebut mampu memprediksi lagu mana yang akan menjadi hits.
Asus Lepas Monster Baru: Jajaran Laptop Gaming ROG dengan RTX 50 Series Resmi Guncang Indonesia
Generasi Z dan milenial sudah lelah dengan kenyataan bahwa mereka harus selalu siap sedia menghabiskan hampir seluruh hidup mereka dengan ponsel di saku, mereka menyadari betapa bebasnya mereka untuk melepaskan diri dari aura ponsel yang tak terbantahkan.
Menyadari efek hipnotis dan pengondisian Pavlovian-nya, generasi muda ini telah belajar untuk melawan bisikan-bisikan yang mengganggu dari ponsel mereka—namun, butuh hampir seluruh hidup mereka untuk melakukannya.
Joe Birch , seorang analis teknologi di perusahaan riset Samsung, mengatakan, "Ada bukti bahwa Gen Z mengubah perilaku mereka dengan telepon pintar, dengan kekhawatiran tentang dampak negatif dari terus-menerus terhubung secara digital. Bahkan dalam riset Tiga dari lima Gen-Z mengatakan mereka ingin kurang terhubung dengan dunia digital."
Seperti membangun kekebalan terhadap racun, melepaskan diri dari perangkat seluler membutuhkan waktu dan upaya yang sangat besar, tetapi semakin jauh Anda dari like, follower, dan notifikasi yang terus berdengung, semakin Anda menyadari efek adiktif dari teknologi telepon pintar.
Joe mengatakan Gen Z, mulai terobsesi dengan ponsel Nokia era 90-an yang penuh nostalgia, Gen Z telah mendorong munculnya "dumbphone," atau perangkat seluler yang hanya mengirim pesan teks SMS dan menerima panggilan—angin segar bagi kaum muda yang telah menghabiskan seluruh hidup mereka dibanjiri oleh media sosial.
Joe melanjutkan, "'Boring Phone' adalah bagian dari ledakan dumbphone baru, yang dibangun di atas kecurigaan Gen Z terhadap data dan teknologi pengumpul perhatian yang telah mereka kenal sejak kecil."
Generasi muda telah menghabiskan waktu seumur hidup untuk melawan algoritma ponsel mereka, memperkuat tekad mereka terhadap teknologi paling adiktif yang pernah diciptakan manusia, tetapi generasi Boomer baru saja memulai. Tak heran jika generasi ini tidak menyukai iPhone.
"Ponsel Anda dirancang untuk membuat ketagihan," kata Thomas Franklin , seorang psikiater dari Psychology Today .
Sementara itu, Tristan Harris , mantan ahli etika desain di Google, mengatakan Gen Z bosan menjadi tikus percobaan,
'' Ponsel jelas masih berguna di dunia modern, dan terkadang menjadi keharusan. Jadi, meskipun kita semua masih akan menghabiskan sedikit waktu setiap hari untuk menonton di ponsel, namun Gen Z bersiap meninggalkannya,"" tutur Tristan.