Kekurangan Chip, Huawei Tunda Peluncuran Mate 70 hingga November
JAKARTA - Huawei dilaporkan mengalami tantangan untuk mengamankan cukup banyak chip kelas atas untuk smartphone Mate 70 yang akan datang. Masalah ini merupakan akibat langsung dari perang dagang terhadap China yang juga mencakup perang chip.
Baik Huawei maupun mitranya, Semiconductor Manufacturing International Corp (SMIC), berada di bawah sanksi Amerika Serikat. Kedua perusahaan itu bermaksud memproduksi 2,5 juta chip untuk peluncuran Mate 70 pada September, tetapi gagal karena keterbatasan kapasitas produksi dan masalah produktivitas.
Menurut website The Information dan dikutip Financial Post, Senin (16/9/2024), alasan utama kekurangan ini adalah dampak berkelanjutan dari larangan Amerika Serikat (AS) selama empat tahun untuk memasok peralatan manufaktur chip ke Huawei dan SMIC.
Awalnya, Huawei diharapkan meluncurkan Mate 70 di China pada 10 September, sehari setelah debut iPhone16 Apple di AS. Namun, sejumlah media China melaporkan bahwa peluncuran Mate 70 telah ditunda hingga November.
Menurut The Information, Huawei mungkin masih akan meluncurkan Mate 70 pekan depan, tetapi dengan pasokan terbatas. Huawei berencana mengizinkan pra-pemesanan, mirip dengan peluncuran Mate 60 Pro pada Agustus tahun lalu selama kunjungan Menteri Perdagangan AS Gina Raimondo ke Beijing.
Raimondo, tokoh kunci dalam perang chip AS, mengungkapkan rasa frustrasinya pada September 2023 atas peluncuran Mate 60 Pro, yang menampilkan chip Kirin 9000s 7nm, yang menunjukkan kemampuan China dalam menghindari larangan chip AS.
Selama sidang DPR AS, Raimondo menyatakan tidak ada bukti bahwa China dapat memproduksi chip 7nm dalam skala besar. Oktober lalu, ia mengatakan kepada Senat AS bahwa peluncuran Mate60 Pro "sangat mengganggu."
Chip 7nm
Jika Mate 70 diluncurkan pada November, Raimondo mungkin terhindar dari pengawasan anggota parlemen sebelum pemilihan presiden AS pada 5 November. Pada 5 September, sejumlah website teknologi informasi China melaporkan bahwa Huawei akan meluncurkan ponsel pintar lipat tiga pertama di dunia, Mate XT, pada acara pemasaran pada 10 September. Tetapi Mate 70 atau Mate 70 RS belum akan dihadirkan.
Menurut Cailian Press, Huawei akan meluncurkan Mate 70 pada November, yang menampilkan HarmonyOS NEXT dan prosesor Kirin baru. Mate70 diharapkan menggunakan chip Kirin 9100 7nm.
Seorang kolumnis yang berbasis di Guangdong mencatat bahwa berbagai versi Kirin 9100 saat ini telah tersedia, bahkan model paling rendah pun berkinerja setara prosesor Snapdragon 8+ Gen 1 milik Qualcomm. Kolumnis tersebut juga mengeklaim bahwa Kirin 9100 dapat mencapai kelancaran video yang sebanding dengan prosesor Snapdragon 8 Gen 2 dan 3.
Sejak 2019, AS telah menekan ASML, pemasok peralatan chip terkemuka, untuk menghentikan pengiriman mesin litografi ultraviolet ekstrem (EUV) ke China. Litografi EUV dapat menghasilkan chip 7nm dalam satu kali paparan dan chip 2-3nm dengan beberapa kali paparan.
Liang Mong-Song, direktur pelaksana SMIC dan mantan teknisi TSMC dan Samsung, memimpin tim untuk membuat chip 7nm menggunakan litografi Deep-Ultra-Violet (DUV) dan beberapa paparan. Pada Juni, The Information melaporkan bahwa Huawei menghadapi tantangan dalam memproduksi chip Ascend 910B, yang setara dengan 80 persen dari A100 Nvidia, karena kontrol ekspor Departemen Perdagangan AS.
Para ahli menghitung bahwa Huawei masih dapat memenuhi tujuannya memproduksi 400.000 hingga 500.000 chip Ascend 910B tahun ini, bahkan dengan hasil 20 persen. Jika kapasitas yang lebih besar dibutuhkan untuk chip AI, Huawei dapat mengurangi produksi chip Kirin Hi Silicon.
Tidak jelas apakah Huawei dan SMIC telah memperlambat produksi chip Kirin untuk Ascend 910B. Meski ada perbedaan hasil, kemampuan SMIC hanya tertinggal tiga tahun di belakang TSMC, berdasarkan kinerja chip China yang dikirimkan, menurut Hiroharu Shimizu, CEO Techana Lye.
Dalam wawancara dengan Nikkei bulan lalu, Shimizu mencatat bahwa kemampuan desain Hi Silicon telah meningkat, dengan chip 7nm-nya kini berkinerja setara dengan produk 5nm TSMC. Sejak awal tahun ini, pemerintah Belanda telah berhenti memberikan lisensi kepada ASML untuk mengekspor sistem imersi NXT:2000i dan DUV yang lebih baru ke China.
Pada Jumat, (13/9/2024) lalu, pemerintah Belanda mengumumkan bahwa ASML harus mengajukan lisensi ekspor langsung kepada mereka, bukan AS, untuk mesin lama seperti sistem litografi imersi DUV NXT:1970i dan 1980i. Aturan baru ini mulai berlaku pada 7 September.
Posisi Unik Belanda
Menteri Perdagangan Luar Negeri Belanda Reinette Klever mengumumkan pada Jumat bahwa keputusan untuk memperketat kontrol ekspor pada peralatan produksi tertentu didorong masalah keamanan. Ia menekankan bahwa kemajuan teknologi menimbulkan risiko keselamatan yang meningkat, terutama dalam iklim geopolitik saat ini.
Klever menyoroti posisi unik dan terdepan Belanda, yang disertai dengan tanggung jawab signifikan. Persyaratan perizinan baru menargetkan peralatan tertentu yang diproduksi oleh sejumlah kecil perusahaan Belanda dan hanya memengaruhi sebagian kecil dari portofolio produk mereka.
ASML menyatakan bahwa persyaratan yang diperbarui tersebut merupakan perubahan teknis yang ditujukan untuk menyelaraskan proses perizinan ekspor. Laporan media menunjukkan bahwa Den Haag akan mengevaluasi aplikasi perizinan ekspor berdasarkan kasus per kasus, dengan China berpotensi menjadi fokus aturan baru ini.
Baru-baru ini, Biro Industri dan Keamanan (BIS) Departemen Perdagangan AS memperkenalkan kontrol ekspor baru yang menargetkan komputer kuantum, peralatan pembuatan chip canggih, dan teknologi GAAFET untuk superkomputer.
BIS menekankan upayanya membangun koalisi internasional dengan 38 negara guna meningkatkan kontrol ekspor dan melemahkan kemampuan militer Rusia, bersama dengan sekutunya Belarusia dan Iran.
Meski China tidak disebutkan secara eksplisit, pembatasan tersebut tampaknya ditujukan kepadanya. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning mengkritik AS karena menjadikan isu ekonomi sebagai senjata dan mengganggu rantai pasokan global.