Viral Orang Mesir Kuno Berkulit Putih, Benarkah?
Sebuah hasil studi viral di media sosial setelah pengguna di X berspekulasi bahwa orang Mesir Kuno berkulit putih.
Kontroversi itu muncul setelah artikel yang terbit pada 2017 di jurnal Nature Communications diunggah ke media sosial. Hal ini memicu banyak komentar yang memperdebatkan kebenarannya.
Albawaba melansir, Senin (9/9/2024) komentar dari pengguna X yang mengklaim bahwa orang Mesir Kuno berkulit putih padahal banyak orang Mesir mengatakan bahwa Firaun berkulit coklat. Beberapa warganet bahkan mengecam penggambaran Cleopatra terbaru di Netflix yang oleh banyak orang diklaim berkulit hitam, juga menimbulkan kontroversi di media sosial.
Seorang pengguna menulis, "Kenapa kalian tidak membiarkan orang Mesir dan Mesir Kuno sendiri? Kami muak dengan omong kosong ini."
Baca Juga: Fakta Mengejutkan Kenapa Orang Mesir Kuno Sangat Menyukai Kucing
Nature Communications dan CNN melansir, setelah mengambil sampel DNA dari 166 tulang dan gigi dari 151 mumi, para peneliti mengklaim bahwa orang Mesir Kuno lebih terkait dengan orang Eropa dan Anatolia daripada orang Mesir modern.
Anatolia (Anadolu) yaitu semenanjung yang juga dikenal sebagai "Asia Kecil" yang berasal dari Turki dan Yunani, mirip dengan era Helenistik, Romawi, dan Bizantium.
Baca Juga: Bangsa Mesir Kuno Percaya Bima Sakti Jalan Menuju Surga
Studi yang dimaksud juga mengklaim bahwa orang Mesir Kuno memiliki ikatan DNA ke Afrika sub-Sahara dari sekitar 700 tahun yang lalu dan Levant, tetapi kemudian menambahkan bahwa mereka tidak yakin dengan alasan di baliknya. Daerah Levant mencakup negara-negara seperti Yordania, Lebanon, Palestina, dan Suriah.
Menurut CNN, analisis DNA sebelumnya oleh profesor Johannes Krause dari Max Planck Institute di Jerman menyatakan bahwa "ketika Anda menyentuh tulang, Anda mungkin meninggalkan lebih banyak DNA pada tulang itu daripada yang ada di dalamnya."
"Kontaminasi adalah masalah besar. Baru dalam lima atau enam tahun terakhir menjadi mungkin untuk benar-benar mempelajari DNA dari manusia purba, karena sekarang kita dapat menunjukkan apakah DNA itu kuno atau tidak berdasarkan sifat kimianya," kata Krause.