Sentot Ali Panglima Perang Termuda Kepercayaan Pangeran Diponegoro di Perang Jawa

Sentot Ali Panglima Perang Termuda Kepercayaan Pangeran Diponegoro di Perang Jawa

Teknologi | BuddyKu | Kamis, 10 Agustus 2023 - 07:46
share

Sentot Ali Basya menjadi salah satu orang kepercayaan Pangeran Diponegoro memimpin pasukan di Perang Jawa. Sosoknya merupakan anak muda pemberani yang merupakan keturunan Bupati Madiun yang kharismatik dan pemberani melawan penjajah.

Sosok Sentot atau dengan nama lahir Raden Tumenggung Notoprawiro merupakan merupakan putra dari Raden Ronggo Prawirodirjo III dari selirnya. Sosoknya dikenal pemberani dan tak mudah diajak kompromi.

Lahir dari istri kedua Raden Ronggo, ia menjadi seorang di antara sejumlah panglima Perang Jawa yang terkemuka. Sentot muda perjalanan hidupnya tidaklah mudah, sebagaimana dikutip dari "Banteng Terakhir Kesultanan Yogyakarta : Riwayat Raden Ronggo Prawirodirjo III dari Madiun sekitar 1779 -1810", ibunya meninggal.

Selanjutnya Sentot kecil diasuh oleh kakak perempuannya yang berasal dari berbeda yang tak lain adalah istri Pangeran Diponegoro, Raden Ayu Maduretno pada sekitar tahun 1798 - 1827. Sentot dibesarkan di kediaman Pangeran Diponegoro di Tegalrejo selama 11 tahun antara September 1814 hingga 20 Juli 1825.

Itu adalah tahun-tahun penting waktu Diponegoro mecoba membujuk Sentot muda untuk menjadi seorang santri, sesuatu yang dia tolak dengan keras. Ketika usianya baru 17 tahun pada Agustus 1826, dia menerima gelar Ali Basah, yang mungkin diambil dari istilah Turki "Ali Pasha (\'al-Basha al- \'Ali/Pasha yang Mulia)" atau dari nama Muhammad Ali Pasha, penguasa Mesir (1805-49), gubernur atau wakil (pasha) terkemuka Kesultanan Turki Utsmani awal abad ke-19.

Sentot menjadi seorang di antara panglima kavaleri Diponegoro yang paling hebat selama Perang Jawa. Sentot Ali Basya diangkat menjadi panglima perang di barisan pasukan Pangeran Diponegoro ketika berumur 17 tahun. Prestasi di umur muda ini pernah juga diperoleh seorang sahabat bernama Usamah bin Zaid yang ditunjuk untuk memimpin perang melawan Romawi.

Namun, meski pun ia masih muda ternyata mampu pula mengukir dengan tinta emas keberhasilan dalam berjihad melawan Belanda. Sampai-sampai ia digelari "Napoleon Jawa". Padahal kalau melihat zaman sekarang, anak yang berumur 17 tahu baru duduk di bangku SMA.

Sosoknya merupakan seorang panglima kepercayaan Pangeran Diponegoro dalam Perang Jawa (De Java Oorlog). Pangeran Diponegoro memimpin perang berlangsung selama lima tahun. Perang ini dimulai tanggal 20 Juli 1825 hingga 28 Maret 1830 M. Perang ini merupakan perang Sabilillah yang bertujuan mengusir penjajah untuk menegakkan kemerdekaan dan keadilan.

Dia merupakan salah satu komandan pertempuran dari pasukan-pasukan Diponegoro. Medan pertempuran di sekitar Yogyakarta, Kedu, Bagelen, dan Surakarta. Tetapi tak hanya di sana saja, pasukan pimpinan Sentot ini juga menjangkau beberapa daerah seperti Banyumas, Wonosobo, Banjarnegara, Weleri, Pekalongan, Tegal, Semarang, Demak, Kudus, Purwodadi, Parakan, Magelang, Madiun, Pacitan, Kediri, Bojonegoro, Tuban, dan Surabaya. Tempat-tempat ini merupakan medan gerilya untuk melakukan sabotase-sabotase terhadap Belanda.

Dalam melancarkan serangan kepada penjajah Belanda Sentot Ali Basya bersama Pangeran Diponegoro menggunakan taktik perang gerilya. Taktik perang ini senantiasa berpindah-pindah.

Demikian pula kedudukan markas besar pun tidak menetap di satu tempat. Pasukan Diponegoro ini telah memenangkan hati dan pikiran rakyat. Sehingga pasukan ini mudah bergerak serta mudah pula mendapatkan suplai logistik untuk kebutuhan pasukan.

Tetapi ia harus menyerah kepada Belanda pada 16 Oktober 1829 akibat keadaan militer yang semakin sulit. Apalagi ketika ada bujukan dari kakak dari Sentot Ali Basya yang menjabat sebagai Bupati Madiun Prawirodningrat. Sang kakaknya diminta untuk mengajak adiknya berunding dengan Belanda. Bupati Madiun itu menerima tawaran Belanda untuk membujuk Sentot Ali Basya.

Sentot Ali Basya terlalu percaya kepada sang kakak dan lebih lagi terlalu percaya akan "Senyum" kolonialisme.Panglima Sentot menerima tawaran Belanda, ia memasuki kota Yogyakarta dengan mendapatkan upacara militer penuh sebagai seorang jenderal tepat pada tanggal 24 oktober 1829. Sentot Ali Basya masuk perangkap Belanda, ia disergap kemudian dijadikan tawanan perang.

Topik Menarik