5 Mata-mata Wanita Paling Berbahaya di Perang Dunia 2

5 Mata-mata Wanita Paling Berbahaya di Perang Dunia 2

Teknologi | BuddyKu | Senin, 5 Juni 2023 - 20:43
share

JAKARTA, iNews.id - Terdapat sejumlah mata-mata wanita paling berbahaya selama berlangsungnya Perang Dunia II.Sepanjang sejarah Perang Dunia II, wanita juga punya andil dalam mendukung kemenangan blok sekutu dari Inggris, Prancis, Uni Soviet, China dan AS, melawan blok poros seperti Jerman, Jepang, dan Italia.

Selain menjadi perawat, ternyata tak sedikit perempuan yang berjuang di garda depan perang sebagai mata-mata atau agen rahasia.

Mereka menggunakan kemampuan bernegosiasi, berkomunikasi, berdagang, mendengar, hingga merayu untuk mendapatkan informasi penting untuk melawan musuh.

Berikut lima mata-mata wanita paling berbahaya di Perang Dunia II, seperti dirangkum dari berbagai sumber.

5 Mata-mata Wanita Paling Berbahaya di Perang Dunia 2

1. Vera Atkins

Tak hanya menjadi mata-mata, Vera Atkins punya peran yang lebih besar pada masa Perang Dunia II. Perempuan kelahiran Rumania ini juga merupakan sosok penting dalam Special Operations Executive (SOE), organisasi rahasia asal Inggris yang juga dijuluki sebagai tentara rahasia di bawah naungan Perdana Menteri Inggris, Winston Churchill.

Di organisasi tersebut, Vera adalah wakil dari SOE dan ditempatkan di bagian F yang bertugas mengirimkan 470 agen rahasia ke Prancis, dan menyiapkan dokumen palsu untuk penyamaran mereka.

Bahkan setelah Perang Dunia II usai, Vera melibatkan diri dalam pencarian agen rahasia yang hilang selama masa perang, menginterogasi para tentara Nazi untuk mengetahui nasib dari para agen rahasia Inggris.

2. Virginia Hall

Awalnya, Virginia Hall hanyalah seorang pegawai administrasi di Kedutaan Besar Amerika Serikat di Estonia.

Bosan mengurusi berbagai hal remeh temeh, Virginia mencoba peruntungan dengan melamar sebagai diplomat.

Sayang, lamarannya ditolak oleh Amerika hanya karena dia seorang perempuan, dan menyandang disabilitas.

Penolakan itu nyatanya membuat Virginia geram, dia pun mengundurkan diri dari kedutaan, pindah ke Prancis dan bekerja sebagai sopir ambulans. Setelah Perang Dunia II dimulai, Virginia kemudian pindah ke Inggris dan bekerja sebagai mata-mata.

Dengan berpura-pura menjadi reporter New York Post yang bernama Brigitte LeContre, Virginia kembali ke Prancis dan mengumpulkan informasi tentang Jerman untuk diberikan kepada Sekutu, bahkan membebaskan banyak tentara Sekutu dari penjara Jerman.

Karena ulahnya ini, Nazi bahkan menyebutnya sebagai Mata-mata Sekutu paling berbahaya.

3. Nancy Wake

Sebelum Perang Dunia II, Nancy Wake adalah istri pengusaha kaya asal Prancis. Tapi, tidak seperti kebanyakan nyonya kaya raya, Nancy bukanlah sosok yang manja.

Saat perang dimulai, Nancy memutuskan untuk bekerja sebagai sopir ambulans, dan menghabiskan kekayaan yang dia dan suaminya miliki untuk mendukung para tentara Prancis.

Selama masa kerjanya sebagai mata-mata dari tahun 1939 hingga 1944, Nancy Wake membantu ratusan tentara Sekutu dan tahanan politik untuk melarikan diri ke Inggris, membantu pengiriman senjata, perbekalan, dan makanan untuk sekitar 7.000 tentara.

Sama seperti agen lainnya, Nancy juga menduduki daftar teratas sebagai buronan paling dicari oleh Nazi.

Saking inginnya menangkap Nancy, partai yang dipimpin oleh Adolf Hitler ini bahkan berjanji akan memberikan imbalan sebanyak 5 juta Franc pada siapa pun yang berhasil menangkapnya.

4. Noor Inayat Khan

Tidak jauh berbeda dari Krystyna Skarbek, Noor Inayat Khan juga berasal dari keluarga terhormat. Ketika Perang Dunia I meletus, keluarga Khan pindah ke London sebelum akhirnya bermukim di Paris.

Pada tahun 1940, Noor kembali ke Inggris, untuk kemudian bergabung dengan Womens Auxiliary Air Force dan direkrut jadi agen rahasia pada tahun 1942.

Sebagai agen rahasia, Noor bertugas untuk menjaga komunikasi antara London dan Paris, juga penyelundupan senjata plus bahan peledak. Selama masa Perang Dunia II, Noor masuk dalam daftar agen rahasia paling berbahaya.

Nasib, Noor dikhianati temannya sendiri. Dia ditangkap oleh Nazi pada Oktober 1943, dan dieksekusi di kamp penyiksaan Dachau satu tahun kemudian.

5. Krystyna Skarbek

Lahir di Warsawa tahun 1908, Krystyna Skarbek adalah seorang putri bangsawan Polandia yang lebih memilih mengabdikan hidupnya sebagai mata-mata Inggris. Di awal Perang Dunia II, Krystyna bekerja untuk Special Operations Executive.

Menggunakan nama samaran Christine Granville, Krystyna berhasil berbaur dengan orang-orang dan menyelesaikan berbagai misi penting bagi Inggris dan Prancis.

Tentu saja jalannya sebagai mata-mata tidak selalu mulus. Pada tahun 1941, Jerman berhasil menangkap Krystyna dan menahannya di penjara. Tidak ingin membusuk di penjara, Krystyna menggigit lidahnya hingga berdarah.

Di depan tentara Nazi, Krystyna berpura-pura menderita TBC hingga akhirnya dilepaskan. Krystyna meninggal tahun 1952, setelah ditikam oleh seorang penggemar obsesif di kamar hotel di London.

Itulah lima mata-mata wanita paling berbahaya selama berlangsungnya Perang Dunia II.

Topik Menarik