Gelombang PHK Belum Usai, Kini Boeing Pangkas 2.000 Karyawan

Gelombang PHK Belum Usai, Kini Boeing Pangkas 2.000 Karyawan

Teknologi | BuddyKu | Rabu, 8 Februari 2023 - 09:39
share

CHICAGO Pembuat pesawat Boeing berencana melakukan Pemutusan Hubungan Kerja atau PHK terhadap sekitar 2.000 karyawan di bidang keuangan dan sumber daya manusia pada tahun 2023. Pihak perusahaan menerangkan karena ingin fokus pada sektor teknik dan manufaktur.

Langkah itu dilakukan ketika perusahaan menempatkan lebih banyak sumber dayanya ke dalam produk, layanan serta pengembangan teknologi. Mereka akan mengalihdayakan beberapa peran ke Tata Consulting Services, unit dari salah satu konglomerat terbesar di India.

Boeing seperti diketahui telah menghadapi sejumlah masalah dalam beberapa tahun terakhir, termasuk grounding pesawat 737 Max-nya setelah dua kecelakaan fatal.

"Kami sudah dan akan terus berkomunikasi secara transparan dengan tim bahwa kami mengharapkan staf yang lebih rendah dalam beberapa fungsi dukungan perusahaan," kata pihak Boeing seperti dilansir BBC.

"Seperti biasa, kami akan mendukung rekan satu tim yang terkena dampak dan memberikan bantuan dan sumber daya untuk mendukung transisi mereka," tambahnya.

Sekitar sepertiga dari pekerjaan akan dialihdayakan ke Tata Consulting Services, yang berbasis di Bangalore (atau yang juga dikenal sebagai Bengaluru). Namun di sisi lain, Boeing juga mengaku bahwa mereka akan terus meningkatkan jumlah karyawannya dengan fokus pada teknik dan manufaktur.

Dengan 15.000 orang lebih yang dipekerjakannya pada tahun 2022, perusahaan mengatakan pihaknya berencana untuk merekrut 10.000 lagi tahun ini.

Perusahaan raksasa penerbangan itu sedang berjuang untuk membalikkan keadaan setelah pesawat jet penumpang 737 Max-nya dikandangkan di seluruh dunia setelah dua kecelakaan fatal.

Pada 29 Oktober 2018, Lion Air Penerbangan 610 jatuh ke Laut Jawa, 13 menit setelah lepas landas dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta Jakarta dan menewaskan semua 189 penumpang dan awak.

Kurang dari lima bulan kemudian, Ethiopian Airlines Penerbangan 302, Boeing 737 Max lainnya dalam perjalanan ke Kenya, jatuh enam menit setelah meninggalkan ibu kota Ethiopia, Addis Ababa. Semua 157 orang di dalamnya tewas.

Belakangan muncul dugaan bahwa kedua kecelakaan itu dipicu oleh cacat desain, khususnya penggunaan perangkat lunak kontrol penerbangan atau yang dikenal sebagai "Maneuvering Characteristics Augmentation System" (MCAS).

Sistem ini dirancang untuk membantu pilot yang terbiasa dengan generasi 737 sebelumnya, dan mencegah mereka membutuhkan pelatihan ekstra yang mahal untuk menerbangkan model baru. Tetapi kegagalan sensor menyebabkannya tidak berfungsi.

Setelah modifikasi pada pesawat dan pelatihan pilot, pesawat 737 Max kini telah disiapkan untuk terbang lagi pada sebagian besar negara di seluruh dunia.

(akr)

Topik Menarik