Pendapatan Apple Jeblok Pertama Kali Sejak 2019, Resesi Kian Nyata?

Pendapatan Apple Jeblok Pertama Kali Sejak 2019, Resesi Kian Nyata?

Teknologi | BuddyKu | Jum'at, 3 Februari 2023 - 14:48
share

IDXChannel - Raksasa teknologi smartphone Apple.Inc mencatatkan anjloknya pendapatan sebesar 5,5% di kuartal terakhir tahun fiskal 2022 setelah sebelumnya mencatat pertumbuhan gemilang di tahun pandemi 2020.

Ini menjadi penurunan terbesar sejak 2019 dan lebih buruk dari yang diperkirakan.

Bos Apple, Tim Cook mengatakan perusahaan sedang berusaha menavigasi lingkungan yang menantang.

"Saat dunia terus menghadapi keadaan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan kami tahu Apple tidak kebal terhadapnya," katanya dalam pres rilis Apple terbaru, Kamis (2/2).

Apple menyebut penurunan penjualan terjadi di seluruh dunia dan melanda sebagian besar produknya.

Dalam pres rilisnya Kamis, (2/2), perusahaan membukukan pendapatan kuartalan sebesar USD117,2 miliar, turun sekitar 5,5% secara year on year (yoy), dan laba kuartalan per saham terdilusi sebesar USD1,88.

Sementara konsensus pasar memperkirakan pendapatan ini mencapai USD121,10 miliar.

Moncer di Era Pandemi

Apple merupakan perusahaan dengan kapitalisasi pasar terbesar di muka bumi.

Kapitalisasi pasar perusahaan yang didirikan oleh Steve Jobs ini mencapai USD2,39 triliun dan menempatkannya pada posisi nomor wahid dunia.

Pendapatan Apple sempat mencapai angka fantastis pada 2021 sebesar USD365,8 miliar dan mengukuhkannya sebagai perusahaan teknologi terbesar dalam hal pendapatan.

Dipicu oleh peluncuran produk baru dan kebiasan orang yang membutuhkan gawai lebih intens saat pandemi Covid-19 melanda, pendapatan Apple melonjak secara mengesankan sebesar 33% dari tahun sebelumnya sebesar USD275 miliar pada 2020. Bahkan di kuartal kedua 2021, pendapatan AAPL melonjak hingga 54,1%. (Lihat grafik di bawah ini.)

Pertumbuhan pendapatan sebesar 33% tersebut mewakili USD91 miliar lebih banyak uang dalam penjualan secara year on year (yoy) di tahun tersebut.

Berdasarkan laporan keuangan terbaru,pendapatan dari penjualaniPhone turun menjadi USD65,78 miliar, di bawah perkiraan analis sebesar USD68,29 miliar dan turun sebesar 8,17% secara tahunan.

Namun, segmen penjualan Mac juga turun paling dalam sebesar 28,66% menjadi USD7,74 miliar. (Lihat tabel di bawah ini.)

Adapun peningkatan terlihat dari penjualan iPad yang mencatatkan pendapatan sebesar USD9,4 miliar, meningkat 29,66%.

Pendapatan dari produk lainnya juga menurun menjadi USD13.48 miliar, turun 8,3% secara tahunan.

Pendapatan layanan justru meningkat menjadi USD20,77 miliar atau naik 6,4% secara tahunan.

Manajemen mengatakan layanan seperti cloud, pembayaran termasuk Apple Pay dan Apple Card, serta Apple Musik adalah komponen layanan yang menyumbang pendapatan kuat.

Cook menambahkan bahwa karyawan Apple sedang menguji fitur beta beli-sekarang-bayar-nanti (paylater) yang akan menjadi bagian dari layanan.

Dalam waktu dekat akan diluncurkan, tambah Cook.

Demi efisiensi, Cook juga mengatakan bahwa Apple telah memotong biaya operasional dan telah memperlambat perekrutan. Meski demikian, pihaknya belum mengumumkan PHK layaknya banyak perusahaan teknologi saingan.

Kami juga menyadari lingkungan tempat kami berada sangat sulit. Jadi kami memotong biaya. Kami juga memotong perekrutan, tapi kami sangat berhati-hati dan mempertimbangkan orang yang kami pekerjakan, kata Cook.

Penjualan Apple Turun, Ancaman Resesi Terasa Nyata

Tim Cook mengatakan anjloknya pendapatan ini secara signifikan dipengaruhi oleh menguatnya dolar akibat kenaikan suku bunga The Fed sepanjang tahun lalu.

Serta adanya kekurangan pasokan akibat gangguan Covid-19 di China dan pelemahan ekonomi yang lebih luas yang didorong oleh naiknya harga kebutuhan pokok, perang di Ukraina, dan efek pandemi yang masih ada.

Cook menambahkan, guncangan yang terjadi di pusat produksi di China akibat lockdown Covid-19 juga menjadi hambatan serius.

Ia mengatakan bahwa pasokan iPhone 14 Pro dan iPhone 14 Max berkurang secara signifikan selama kuartal tersebut. Ini berarti lebih sedikit ponsel yang tersedia untuk dijual ke pelanggan.

Pabrik perakitan iPhone utama di China dipengaruhi oleh lockdown Covid-19 selama kuartal tersebut dan telah menjadi peringatan bagi investor pada November tahun lalu.

Kami mengeluarkan pembaruan tentang itu pada 6 November dan itu berlangsung hingga sebagian besar Desember, kata Cook.

Saat ini, CEO Apple menegaskan produksi saat ini telah kembali ke tingkat yang sebagai mana mestinya.

Cook mengatakan lingkungan ekonomi makro yang menantang memengaruhi penjualan sebagian besar produk Apple. Hal ini semakin membuat hawa resesi kian terasa.

Meski demikian, laporan keuangan Apple masih menawarkan beberapa titik terang kepada investor. Pertama, Apple mengungkapkan bahwa mereka memiliki 2 miliar perangkat aktif, termasuk iPhone, Mac, Jam Tangan Apple, dan produk lainnya, meningkat dari sebelumnya sebesar 1,8 miliar perangkat aktif di tahun lalu.

Angka tersebut penting bagi investor karena merangkum jangkauan global perusahaan. Jumlah pengguna ini juga menjadi potensi bagi perusahaan untuk dapat memonetisasi pelanggan tersebut melalui layanan atau produk tambahan lainnya.

Anjloknya pendapatan Apple menunjukkan perlambatan ekonomi yang cukup signifikan, mengingat posisinya sebagai raksasa tekno utama dunia.

Pada saat yang sama, inflasi yang tinggi dan potensi resesi berdampak menahan keinginan konsumen untuk membeli barang-barang konsumen dengan harga tinggi, termasuk produk Apple.

Jebloknya penjualan produk Apple ini mengindikasikan efek resesi cukup terasa, bahkan berdampak bagi perusahaan dengan kapitalisasi pasar terbesar di dunia.

"Seperti perusahaan teknologi besar lainnya, bahkan Apple menderita dampak negatif dari latar belakang makro yang memburuk dan kesengsaraan rantai pasokan yang sedang berlangsung, meskipun telah melakukan pekerjaan yang lebih baik dalam menavigasi melalui lingkungan yang menantang," kata analis Investing.com Jesse Cohen dalam sebuah pernyataan di akhir Oktober tahun lalu (27/10/2022). (ADF)

Topik Menarik