Pentingnya Pelokalan Dalam Industri Game yang Global

Pentingnya Pelokalan Dalam Industri Game yang Global

Teknologi | BuddyKu | Selasa, 6 Desember 2022 - 11:36
share

Di Asia, Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan merupakan rumah dari beberapa perusahaan game raksasa. Secara geografis, ketiga negara itu juga saling berdekatan. Meskipun begitu, ketiganya memiliki budaya gaming dan regulasi yang berbeda. Hal ini menunjukkan, meskipun game merupakan industri global, karakteristik atau selera gamers di sebuah negara bisa saja berbeda dari gamers di negara lain.

Karena itu, ketika developer meluncurkan game -nya di lebih dari satu negara, pelokalan game menjadi salah satu hal yang harus mereka pertimbangkan.

Pentingnya Pelokalan Game

Dulu, game dijual secara fisik, menggunakan media seperti cartridge atau disc . Sekarang, platform toko game digital, seperti Steam atau Google Play Store, telah menjadi semakin populer.

Bagi gamers , hal ini berarti mereka bisa membeli game dengan lebih mudah. Sementara untuk para developer, keberadaan toko game digital memudahkan mereka untuk menjangkau audiens internasional. Tentu saja, hal ini akan menguntungkan developer, apalagi jika industri game lokal memang kurang berkembang atau berukuran kecil. Contohnya, Swedia.

Pada 2017, Swedia memiliki 4,2 juta gamers yang menghabiskan US$411,7 juta. Sebagai perbandingan, total spending gamers di Tiongkok mencapai US$27,5 miliar dan gamers di Amerika Serikat, US$25,1 miliar.

Meskipun begitu, Swedia berhasil menelurkan beberapa perusahaan game ternama, seperti Mojang dengan Minecraft, King dengan Candy Crush Saga, atau EA Dice yang membuat seri Battlefield. Memang, berdasarkan data dari Swedish Games Industry, 99% dari pemasukan industri game Swedia berasal dari ekspor.

Karakteristik gamers Swedia pada 2017. | Sumber: Newzoo

Dari segi populasi, Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak ke-4 di dunia. Di Asia Tenggara, Indonesia memiliki jumlah gamers paling banyak. Menurut data dari Niko Partners , per 2021, jumlah gamers PC di Indonesia mencapai 53,4 juta orang dan jumlah mobile gamers 121,7 juta orang. Namun, sebagian developer lokal justru menemukan sukses di pasar internasional. Salah satunya, GameChanger Studio, kreator dari My Lovely Daughter dan My Lovely Wife .

Pihak GameChanger menyebutkan, lebih dari 50% pemain My Lovely Daughter merupakan gamers asal Tiongkok. Padahal, Tiongkok dikenal dengan regulasinya yang ketat terkait game . Saya lalu menghubungi Riris Marpaung , CEO GameChanger Studio untuk membahas pelokalan game dari sudut developer.

Riris mengatakan, pelokalan game memang penting. Namun, dia menambahkan, proses pelokalan membutuhkan tenaga dan dana yang tidak sedikit. Karena itulah, sebelum melakukan pelokalan, developer atau publisher harus menentukan negara yang menjadi target pasar dengan jeli. Mereka harus memastikan, game yang mereka buat sesuai dengan selera dari gamers di negara target pelokalan.

My Lovely Wife diterjemahkan ke dalam 5 bahasa. | Sumber: Steam

Menurut Riris, salah satu faktor yang menentukan apakah sebuah game perlu pelokalan atau tidak adalah genre dari game itu sendiri. "Misalnya, game dengan genre JRPG sudah pasti harus dilokalkan ke Jepang," ungkapnya. "Untuk yang umum, game dengan genre simulasi atau manajemen sebaliknya juga dilokalkan ke Tiongkok, Jerman, dan Rusia. Tiga negara ini memiliki pasar game PC/konsol yang besar."

Untuk masalah pelokalan, Riris menceritakan,developer memang bisa saja menanganinya sendiri. Namun, dalam kasus GameChanger, mereka mempercayakan proses tersebut pada pihak publisher. "Publisher sudah punya data dan direction untuk strategi penentu localization ," ujarnya.

Ketika ditanya tentang karakteristik pelokalan yang baik, Riris menjawab, "Jawaban paling sederhana, pelokalan bagus kalau tidak ada review jelek dari pemain." Sambil tertawa dia menjelaskan, bagi developer, proses pelokalan yang ideal adalah yang bisa selesai dengan cepat dan memiliki hasil yang memuaskan, tapi tidak membutuhkan banyak biaya.

Walau proses pelokalan bisa diserahkan pada publisher, Riris mengungkap, developer juga harus mempertimbangkan opsi pelokalan sejak awal pengembangan game . Tujuannya, agar mereka bisa memastikan elemen dalam game ramah pada proses pelokalan, seperti saat mereka memilih font atau desain UI. Pasalnya, beberapa bahasa tidak menggunakan huruf Latin, seperti Bahasa Jepang, Korea, atau Mandarin. Bahasa yang menggunakan huruf Latin pun terkadang memberikan masalah sendiri. Contoh yang Riris berikan adalah Bahasa Jerman, yang cenderung memiliki kata panjang.

Cakupan Pelokalan Game

Sebelum membahas tentang cakupan dari proses pelokalan game , mari kita samakan definisi dari pelokalan itu sendiri. Menurut Localization Industry Standards Association (LISA), localization atau pelokalan adalah proses modifikasi produk atau layanan demi menyesuaikan produk dengan perbedaan yang ada di negara yang menjadi target pasar. Di dunia pengembangan software, proses pelokalan menjadi penting pada di tahun akhir 1970-an. Ketika itu, office software -- seperti word processor dan spreadsheet -- mulai marak digunakan.

Proses pelokalan menjadi semakin penting ketika sebuah produk bisa diakses secara global. Di industri game , tren globalisasi disokong oleh keberadaan toko game digital, seperti Steam, Epic Games Store, atau Play Store dan App Store.

Berdasarkan studi berjudul " Being Local in a Global Industry - Game Localization from an Indie Game Development Perspective ", ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam proses pelokalan: bahasa, konten dan budaya, serta masalah teknis.

Perubahan supply chain industri game.

Terkait bahasa, proses pelokalan mencakup penerjemahan bahasa dalam game . Sementara itu, masalah yang dicakup dalam proses pelokalan konten dan budaya lebih luas, karena ia mencakup tata cara untuk menyajikan informasi melalui ikon, grafik, dan warna.

Pelokalan terkait konten dan budaya juga memperhatikan fenomena budaya dan tradisi yang muncul dalam game . Terakhir, aspek pelokalan teknis memperhatikan infrastuktur teknis yang diperlukan untuk memastikan game bisa diakses dan dimainkan di negara atau kawasan yang menjadi target pasar.

Proses pelokalan game memang menyerupai proses pelokalan software. Meskipun begitu, ada elemen dan masalah baru yang hadir dalam pelokalan game , seperti aspek audio-visual dari game .

Menurut Game Localization: Translating for the global digital entertainment industry, sebelum melakukan proses pelokalan game , developer harus menentukan apakah proses pelokalan akan menjadi tanggung jawab internal atau diserahkan pada pihak lain, seperti publisher atau pihak ketiga.

Siklus umum pembuatan dan pelokalan produk.

Pada awalnya, proses pelokalan game selalu ditangani oleh pihak ketiga yang memang mengkhususkan diri dalam bisnis pelokalan. Pihak developer hanya perlu memberikan localization kit pada perusahaan pelokalan tersebut. Localization kit berisi aset grafik, suara, dan teks yang harus diterjemahkan. Sekarang, developer bisa memilih untuk melakukan pelokalan sendiri atau meminta bantuan publisher.

Saat mempertimbangkan untuk melakukan pelokalan, developer juga harus menentukan apakah versi game yang sudah dilokalkan akan dirilis bersamaan dengan tanggal peluncuran game atau setelahnya. Selain itu, developer juga harus memikirkan seberapa banyak konten yang akan mereka lokalkan.

Dalam buku Localization of digital games: The process of blending for the global games market, Thayer dan Kolko mengelompokkan pelokalan menjadi tiga tipe.

Pertama, basic localization . Di sini, satu-satunya aspek dalam game yang diubah adalah teks, sementara grafik dari game tetap sama. Kedua, complex localization . Proses ini tidak hanya menyesuaikan teks dalam game , tapi juga antarmuka dan ikon yang tampil di game . Terakhir, kategori blending . Di sini, baik cerita maupun aset grafik dalam game akan dibuat ulang dengan tujuan menyesuaikan game dengan target pasar.

Sumber header: Pixabay

Topik Menarik