Review Cyberpunk: Edgerunners – Bukan Tontonan Bocil!

Review Cyberpunk: Edgerunners – Bukan Tontonan Bocil!

Teknologi | BuddyKu | Kamis, 15 September 2022 - 16:01
share

Meski sempat tersendat di tahun awal perilisannya karena segudang bug mengganggu, CD Projekt Red perlahan mampu membuktikan kalau Cyberpunk 2077 adalah game dengan kualitas jempolan. Ini terbukti dari ulasan di halaman Steam-nya yang perlahan ikut membaik dan jadi game terlaris di Steam tahun lalu.

Selain karena gameplay -nya, salah satu daya tarik utamanya adalah dari cerita dan desain dunia yang mereka bangun. Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, mereka pun mengadaptasi konsep dunia dari game ini ke dalam bentuk anime spin-off berjudul Cyberpunk: Edgerunners , yang akhirnya rilis di Netflix.

Lantas pertanyaannya, seberapa bagus serial anime yang satu ini? Apakah ia mampu menggambarkan konsep dunia masa depan yang futuristik dan gelap layaknya versi game ? Semua akan kami ulas di artikel ini.

Plot

Screenshot 2022-09-15 114120(1)

Cyberpunk: Edgerunners berkisah tentang David Martinez, seorang remaja 17 tahun yang tinggal di Arroyo, distrik industrial di Night City yang jauh dari kata megah.

Singkat cerita, berkat sebuah kejadian yang mematikan, membuat David harus mau tak mau bertahan hidup seorang diri. Ia pun nekat menanamkan cyberware tipe Sandavistan yang ditemukan ibunya, dan menjadi Edgerunner (pengguna cyberware untuk meningkatkan kemampuan tubuh). Meski ada batasnya, implan itu sukses membuatnya dapat bergerak secepat kilat.

Di satu titik, David pun bertemu dengan Lucy, yang mengajaknya untuk bergabung ke geng kriminal underworld . Di sana ia menemukan tujuan hidup yang sesungguhnya, meski hidupnya kini makin terancam.

Kisahnya Grounded Sekali

Cyberpunk-Edgerunners-Newsbild-August-2022

CD Projekt Red memang tak nanggung-nanggung saat menggarap anime spin-off ini. Mereka mampu memberi gambaran seperti apa buluknya daerah pinggiran Night City yang futuristik itu dengan cukup gamblang.

Kawasannya kumuh, gelandangan dan orang mabuk di mana-mana, hingga banyak orang yang memuaskan hasrat seksualnya seorang diri di pinggir jalan. Semua itu diperlihatkan lewat sudut pandang David, dengan gayanya yang cukup rebel karena dibesarkan di lingkungan yang keras.

Meski hanya memiliki 10 episode saja, serial anime ini mampu memperlihatkan character development David dengan cukup baik, tanpa terkesan buru-buru.

Momen ketika hidupnya hancur, lalu bangkit kembali, dan akhirnya menyatu dengan dunia penuh kriminal yang jadi rumah barunya, diperlihatkan dalam 5 episode pertama. Efeknya, Cyberpunk: Edgerunners terasa begitu grounded .

Kemudian ada beberapa karakter pendukung yang melengkapi perjalanan David. Mulai dari rekan satu geng kriminalnya, seperti Lucy yang menjadi love interest , hingga Maine yang dianggap sebagai panutannya. Mereka semua mendapatkan porsi yang pas sekali.

Yang kami suka dari serial ini adalah mereka tak ragu membunuh karakter vital, bahkan dengan cara yang sangat keji. Jadi bisa dibayangkan betapa pedihnya hati penonton saat menyaksikan karakter favoritnya mati dengan isi kepala tercecer di tembok.

Konsep limitasi dari penggunaan cyberware yang berlebihan juga membuat ceritanya lebih dark. Menurut cerita, apabila terlalu berlebihan menggunakan cyberware yang ada di tubuh dalam jangka panjang, penggunanya bisa mengalami Cyberpsychosis. Ini adalah kerusakan pada software dan pikiran, yang membuat penggunanya berkelakuan aneh dan kerap berhalusinasi.

Masalah ini juga kerap di angkat ke dalam animenya karena menjangkiti beberapa karakter penting. Meski David dikisahkan punya toleransi yang lebih tinggi terhadap penggunaan cyberware ketimbang orang kebanyakan, bukan berarti ia kebal dari penyakit ini.

Dari segi cerita, Cyberpunk: Edgerunners dapat dinikmati meski tak memainkan Cyberpunk 2077 . Namun, satu yang menjadi kelemahan menurut kami adalah jargon-jargon futuristik yang terdengar asing bagi non-gamer.

Dengan begitu, kamu perlu menyaksikan ulang beberapa bagian penting demi bisa memahami dialognya. Alternatifnya, sekedar browsing singkat di internet untuk memahami jargonnya juga bisa kamu lakukan.

Visual, Soundtrack, dan Pengisi Suara yang Keren

cyberpunk edgerunners

Bicara soal visual, Cyberpunk: Edgerunners perlu diberi dua jempol. Menggandeng studio Trigger untuk mengerjakan animasinya adalah keputusan yang sangat tepat.

Tak heran ketika menyaksikan Edgerunners , kami sedikit merasakan vibe dari beberapa anime lain seperti Kill la Kill , Gurren Lagann , hingga Darling in the Franxx , yang dikombinasikan dengan brutalnya serial The Boys.

Kami sangat suka bagaimana cara mereka menggambarkan Night City yang sangat mirip dengan versi game -nya: Futuristik dan tidak karuan. Demi bisa menghidupkan dunia Night City yang begitu dark dari versi game -nya, segudang adegan yang tak pantas diperlihatkan ke anak di bawah umur pun hadir di sini.

Mulai dari adegan tembak menembak brutal dengan organ dan darah yang tercecer di mana-mana, ketelanjangan beberapa karakter yang tak malu-malu, hingga sedikit adegan seks. Persis seperti yang mereka bocorkan dalam trailernya.

Tiap adegan bertarung di anime ini juga diperlihatkan dengan sangat intens. Mulai dari adu jotos dengan kecepatan tinggi, hingga tembak menembak dengan senjata berkaliber besar yang berefek brutal kepada korbannya. Semuanya dijamin memuaskan mata penonton.

Aspek visual memanjakan mata itu kemudian dibalut dengan lantunan lagu soundtrack yang rata-rata bergenre rock cadas dan grunge. Porsinya pun sangat pas dengan tiap adegan yang ditampilkan. Kami juga cukup menyukai lagi pembukanya yang berjudul This FFFire dari Franz Ferdinand.

Terakhir, adalah pengisi suaranya yang ciamik. Versi asli dari anime ini sebenarnya menggunakan bahasa Jepang, yang diisi suaranya oleh beragam dubber jempolan asal Jepang. Namun, yang kami perlu apresiasi lebih adalah versi bahasa Inggrisnya.

Meski kami biasanya lebih suka menyaksikan anime dengan bahasa Jepang, kali ini pilihan kami agak berbeda. Menyaksikannya dalam forrmat bahasa Inggris ternyata menyenangkan juga.

Apalagi mengingat salah satu pengisi suaranya adalah aktor kondang Giancarlo Esposito. Namun, salah satu favorit kami adalah pengisi suara versi bahasa Inggris untuk karakter Becca. Menyaksikan Cyberpunk: Edgerunners menggunakan dubbing bahasa Inggris, rasanya lebih pas saja menurut kami.

Kesimpulan

cyberpunk edgerunners

Cyberpunk: Edgerunners bukanlah anime mainstream . Ia hadir dengan cerita yang cukup dark, lengkap dengan konsep dunia Night City yang futuristik. Persis seperti yang digambarkan CD Projekt Red lewat Cyberpunk 2077.

Character development dan alur cerita yang keren, serta keputusan untuk tega untuk membunuh beberapa karakter penting, membuat anime ini punya charm -nya sendiri. Belum lagi aspek bertarungnya yang brutal dan tak pelit memperlihatkan organ tubuh manusia yang berantakan di pinggir jalan.

Kehadiran penampilan karakter yang telanjang bulat dan sedikit adegan seks, makin menegaskan betapa realistisnya masa depan yang suram di Night City. Ini sekaligus menekankan bahwa Edgerunners bukan anime yang pantas disaksikan anak kecil.

Cyberpunk: Edgerunners adalah tontonan wajib terutama untuk kamu penyuka konsep sci-fi futuristik, menyukai adegan brutal, dan tak masalah dengan beberapa adegan dewasa.

Anime ini juga bisa disaksikan untuk yang tidak memainkan versi game -nya. Hanya saja kalau kamu sudah memainkan Cyberpunk 2077 , maka Edgrunners akan terasa seperti DLC dengan cerita yang sangat bagus

Nilai: 9/10


Dapatkan berita gaming dan informasi menarik lainnya seputar dunia game, esports, film, anime, dan lainnya hanya di UP Station.

Bagi kalian yang mau top-up game kesayangan kalian bisa langsung kunjungiUniPin! Proses cepat dan harga murah!

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru dan berita gaming lainnya di akun sosial media kami:
Facebook :UP Station Indonesia
YouTube :Upstation Media
Twitter :@Upstationmedia
Instagram :@upstation.media

YukgabungdigrupDiscord kami!
Discord :UniPin Official Community

Topik Menarik