Menjual BBM Murah, Siapa Pemilik Pom Bensin Vivo?
Kenaikan harga Pertalite, Solar dan Pertamax yang dilakukan pemerintah sabtu (3/9) langsung berdampak pada masyarakat pasalnya dengan kenaikan harga BBM, seringkali disusul dengan kenaikan harga bahan pangan. Baru - baru ini nama Vivo menjadi perbincangan masyarakat, bukan nama brand ponsel yang kita kenal namun Vivo sendiri adalah nama perusahaan yang menjual BBM bernama Revvo 89 dengan harga Rp. 8.900 per liter. Siapa pemilik pom bensin Vivo ini ?
Dikutip dari laman resmi Vitol Group, Minggu (4/9/2022), SPBU Vivo berada di bawah naungan PT Vivo Energy Indonesia, awalnya perusahaan ini bernama PT Nusantara Energi Plant Indonesia (NEPI), namun kemudian berganti menjadi PT Vivo Energy Indonesia. Di mana itu merupakan perusahaan sektor hilir minyak dan gas bumi yang resmi beroperasi di Indonesia sejak tahun 2017 lalu.
Adapun perusahaan penyalur BBM ini masih terafiliasi dengan Vitol Group yakni raksasa minyak yang berbasis di Swiss. Untuk Vitol Group awalnya didirikan di Rotterdam pada 1966.
Ekosistem AI Terpadu: Chatbot Natural hingga CRM, Dorong Efisiensi dan Transformasi Digital Bisnis
Di Indonesia, Vivo juga memiliki unit kilang mini dan tangki BBM di Tanjung Priok, Jakarta Utara, untuk perusahannya ada di Gama Tower, Jalan Rasuna Said Kuningan, Jakarta. Vivo memiliki BBM non-subsidi dan hanya menjual BBM jenis umum. Ada tiga jenis BBM yang dijual SPBU Vivo antara lain Revvo 89, Revvo 92 dan Revvo 95.
Revvo 89 adalah BBM jenis bensin dengan harga paling murah yakni Rp 8.900 per liter.
Tercatat Revvo 89 memiliki research octane number (RON) 89 atau sedikit di bawah Pertalite yang memiliki RON 90.
Perusahaan ini berekspansi dengan membangun bisnis SPBU Vivo yang secara langsung berkompetisi dengan Pertamina maupun SPBU lain milik swasta yang sudah lebih dulu eksis seperti Shell, AKR, dan BP.
Sebagian SPBU yang dimiliki Vivo ini awalnya merupakan bekas SPBU Total yang memilih hengkang dari Indonesia, ini setelah perusahaan minyak asal Prancis ini menganggap bisnis hilirnya kurang menguntungkan.


