Otak Kosmonot Berubah Usai Perjalanan ke Luar Angkasa,  Ditemukan Hampir Diatur Ulang

Otak Kosmonot Berubah Usai Perjalanan ke Luar Angkasa, Ditemukan Hampir Diatur Ulang

Teknologi | inewsid | Sabtu, 19 Februari 2022 - 07:40
share

JAKARTA, iNews.id - Otak manusia berubah seiring bertambahnya usia dan tumbuh di Bumi. Namun, apa yang terjadi pada otak manusia setelah lama berada di luar angkasa?

Dalam studi baru, upaya kolaboratif antara Badan Antariksa Eropa dan Rusia Roscosmos, para peneliti mengeksplorasi bagaimana otak kosmonot berubah setelah melakukan perjalanan ke luar angkasa dan kembali. Mereka menunjukkan bagaimana otak beradaptasi dengan penerbanan luar angkasa, menemukan otak hampir diatur ulang, dan terjadi pergeseran cairan serta perubahan bentuk.

Perubahan ini dapat berlangsung selama berbulan-bulan setelah seseorang kembali ke Bumi. Menurut pemimpin studi Floris Wuyts, seorang peneliti di University of Antwerp di Belgia, kepada Space.com, perubahan otak aneh yang diamati tim sangat baru dan tidak terduga.

Untuk penelitian ini, tim peneliti internasional mempelajari otak 12 kosmonot pria sesaat sebelum dan setelah penerbangan mereka ke International Space Station (ISS). Mereka juga mengamati otak kosmonot yang sama tujuh bulan setelah kembali ke Bumi.

Semua kosmonot dalam penelitian ini mengambil bagian dalam penerbangan berdurasi panjang yang berlangsung rata-rata 172 hari, atau hanya lebih dari lima setengah bulan.

"Kami awalnya fokus pada neuroplastisitas untuk melihat bagaimana otak beradaptasi dengan penerbangan luar angkasa," kata Wuyts, menambahkan bahwa tim juga fokus pada konektivitas di dalam otak subjek kosmonot.

Analisis struktural [otak astronot] sudah dilakukan, kata Wuyts, tetapi belum penelitian konektivitas. Dengan makalah [tentang] konektivitas ini, mereka akhirnya mendekati jawaban mengenai neuroplastisitas ini.

Untuk mencapai ini, tim menggunakan teknik pencitraan otak yang disebut traktografi serat, teknik rekonstruksi 3D yang menggunakan data dari difusi MRI (magnetic resonance imaging), atau pemindaian MRI untuk mempelajari struktur dan konektivitas di dalam otak.

"Traktografi serat memberikan semacam skema pengkabelan otak. Studi kami adalah yang pertama menggunakan metode khusus ini untuk mendeteksi perubahan struktur otak setelah penerbangan luar angkasa," kata Wuyts dalam sebuah pernyataan melalui email.

Data MRI dapat memberi tahu peneliti cukup banyak tentang otak subjek, jelas Wuyts. "MRI melihat struktur pada tingkat materi abu-abu (seperti mikroprosesor di PC) dan materi putih (koneksi pada motherboard PC, antara semua unit pemrosesan). MRI juga melihat cairan di otak , yang disebut cairan serebrospinal (CSF)," kata Wuyts kepada Space.com.

Topik Menarik