Polemik Ijazah Jokowi Berkepanjangan, Ubedilah Badrun Ungkap Penyebabnya
Analis Sosial Politik dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Ubedilah Badrun mengungkapkan penyebab polemik mengenai ijazah Mantan Joko Widodo (Jokowi) berkepanjangan. Dia melihat Jokowi maupun kubunya memiliki masalah dalam komunikasi publik.
"Itu (isu berlarut) sebetulnya menunjukkan bahwa ada problem komunikasi publik yang diproduksi oleh orang yang bersangkutan, bisa dari Jokowi atau pihak Jokowi karena menurut saya gagal untuk meyakinkan publik bahwa ijazahnya asli," kata Ubedilah dalam tayangan INTERUPSI di iNews, Kamis (21/8/2025).
Ubedilah menyinggung salah satu buku berjudul On Going Crisis Communication yang ditulis Timothy Coombs. Di dalam buku itu, kata dia, keyakinan publik terhadap informasi yang disampaikan tak terlepas dari informasi itu disampaikan dengan konsisten hingga data yang valid.
Baca juga: Rismon Sianipar Tegaskan Buku Jokowi’s White Paper Bukan untuk Serang Personal
"Sangat terang bahwa keyakinan publik pada sebuah informasi itu akan terjadi jika orang menyampaikan informasi ke publik itu konsisten, didukung data, valid, dan tidak bisa terbantahkan, rasional," ujar dia.
Sebaliknya, apa yang dilakukan kubu Jokowi menurutnya sangat tidak konsisten. Hal inilah yang menurutnya memperpanjang isu dugaan palsu ijazah milik Jokowi.
Baca juga: Buku Jokowi’s White Paper Bakal Dijual ke 25 Negara, Dokter Tifa Sebut Amerika hingga Belanda
"Saya menangkap mengapa ini berkepanjangan karena ada komunikasi yang saya sebut tidak konsisten. Misalnya, Jokowi pernah mengatakan bahwa pembimbingnya adalah Kasmudjo, pembimbing skripsinya, lalu kemudian berubah," tutur Ubedilah."Jadi inkonsistensi ini menimbulkan ketidakpercayaan publik pada informasi yang disampaikan oleh pihak Joko Widodo," sambungnya.
Ketidakkonsistenan hingga tidak adanya sikap cepat mengoreksi itu membuat pandangan publik menguat tentang isu ijazah palsu Jokowi. Hal ini, tambah dia, membawa respons yang semakin masif.
Ia lantas menyinggung penulisan buku berjudul Jokowi's White Paper yang ditulis Roy Suryo, Rismon Sianipar, hingga Dokter Tifa. Menurutnya, buku itu terbit sebagai respons lantaran penjelasan-penjelasan yang disampaikan kubu Jokowi tidak mampu menjawab masalah yang ada.
"Teman-teman Rismon dan kawan-kawan itu menulis buku sebetulnya satu upaya yang baik menurut saya dalam tradisi perdebatan hukum bahwa ketika narasi tidak cukup menjelaskan karena terlalu panjang, maka memproduksi buku yang menurut Bung Rismon Dkk itu ilmiah itu adalah satu jalan terbaik untuk membangun alibi yang saintifik dalam pandangan mereka yang menulis," pungkasnya.

