Picu Balita di Sukabumi Meninggal, Ini Gejala dan Bahaya Cacingan pada Anak

Picu Balita di Sukabumi Meninggal, Ini Gejala dan Bahaya Cacingan pada Anak

Gaya Hidup | sindonews | Rabu, 20 Agustus 2025 - 23:00
share

Kasus tragis menimpa seorang balita bernama Raya asal Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, yang meninggal dunia pada 22 Juli 2025. Ia mengembuskan napas terakhirnya setelah tubuhnya dipenuhi ratusan cacing gelang (Ascaris lumbricoides) yang merusak organ vitalnya.

Saat menjalani perawatan di RSUD R Syamsudin SH, tim medis mendapati cacing sepanjang 15 sentimeter keluar dari hidung, mulut, anus, hingga kemaluannya. Bahkan, sekitar 1 kilogram cacing berhasil dikeluarkan dari tubuhnya, namun nyawanya tak tertolong karena kondisinya sudah terlalu kritis.

Tragedi ini menunjukkan betapa berbahayanya cacingan bila tidak ditangani sejak dini. Raya tinggal di lingkungan yang kurang sehat, di rumah panggung sederhana yang bagian bawahnya digunakan sebagai kandang ayam penuh kotoran.

Ia kerap bermain di area tersebut sehingga terpapar telur cacing gelang yang masuk ke tubuh melalui makanan atau tangan yang kotor.

Gejala dan Bahaya Cacingan pada Anak

Baca Juga:Pilu! Balita di Sukabumi Meninggal Dunia Akibat Sekujur Tubuh Dipenuhi Cacing

Apa Itu Cacingan?

Dilansir dari Mayo Clinic, Rabu (20/8/2025), cacing kremi atau enterobius vermicularis merupakan jenis cacing parasit yang sering menyerang anak-anak. Parasit ini hidup di usus serta area rektum manusia yang terinfeksi.

Bentuknya kecil, ramping, dengan panjang sekitar 0,5–0,6 cm, serta berwarna putih hingga abu-abu pucat sehingga mudah terlihat dengan mata telanjang. Infeksi cacing kremi dikenal dengan istilah enterobiasis.

Meski cukup mengganggu, kondisi ini umumnya tidak berbahaya dan jarang menimbulkan komplikasi serius. Dengan penanganan medis yang tepat, termasuk pemberian obat antiparasit, infeksi cacing kremi bisa disembuhkan dengan mudah dan anak dapat kembali sehat seperti sedia kala.

Penyebab Infeksi Cacingan

Infeksi cacing kremi umumnya terjadi ketika seseorang tanpa sadar menelan telur cacing yang berasal dari lingkungan yang terkontaminasi. Telur-telur ini biasanya menyebar melalui tinja penderita, lalu berpindah ke mulut melalui makanan atau minuman yang tidak higienis, maupun dari tangan yang kotor.Setelah masuk ke tubuh, telur akan menetas di usus halus dan dalam hitungan minggu berkembang menjadi cacing dewasa. Cacing kremi betina kemudian bermigrasi ke area sekitar anus untuk bertelur. Proses inilah yang memicu rasa gatal hebat, terutama di malam hari.

Saat penderita menggaruk, telur cacing dapat menempel di jari dan terselip di bawah kuku, lalu berpindah ke benda-benda lain seperti mainan, sprei, pakaian, bahkan makanan. Akibatnya, penularan bisa terjadi dengan sangat mudah antarindividu dalam satu rumah.

Yang perlu diwaspadai, telur cacing kremi mampu bertahan hidup di permukaan benda hingga 2–3 minggu. Dalam kasus yang lebih jarang, telur juga bisa masuk ke udara, terhirup, lalu tertelan tanpa disadari.

Baca Juga:Konsumsi Ikan Bisa Menyebabkan Cacingan, Mitos atau Fakta?

Gejala Cacingan pada Anak

Infeksi cacing sering kali tidak langsung terlihat, namun ada beberapa tanda yang perlu diwaspadai orang tua, di antaranya:1. Perut buncit meski tubuh anak terlihat kurus.

2. Nafsu makan menurun atau justru meningkat tanpa kenaikan berat badan.

3. Mudah lelah, rewel, atau sulit tidur.

4. Muncul rasa gatal di sekitar anus, terutama di malam hari.

5. Mual, muntah, hingga diare berulang.

Komplikasi

Kondisi ini umumnya dianggap ringan dan jarang menimbulkan komplikasi serius. Namun, pada kasus tertentu ketika jumlah cacing di dalam tubuh sangat banyak, infeksi ini dapat menimbulkan masalah kesehatan tambahan.

Salah satu yang perlu diwaspadai adalah risiko penyebaran cacing kremi dari area anus menuju vagina, sehingga dapat memicu infeksi pada organ reproduksi wanita. Selain itu, komplikasi lain yang meskipun jarang terjadi meliputi infeksi saluran kemih, penurunan berat badan akibat terganggunya penyerapan nutrisi, hingga infeksi di rongga peritoneum atau lapisan dalam perut.

Bahaya dan Pencegahan Cacingan

Cacingan pada anak bisa dicegah dengan langkah sederhana, seperti menjaga kebersihan lingkungan, membiasakan cuci tangan dengan sabun, memotong kuku secara rutin, serta menghindari anak bermain di tempat yang kotor. Pemberian obat cacing secara berkala setiap enam bulan juga menjadi cara efektif untuk menekan risiko infeksi.

Kasus Raya menjadi pengingat penting bahwa cacingan bukan penyakit sepele. Orang tua harus lebih waspada dengan kesehatan anak, karena pencegahan jauh lebih baik daripada mengobati.

Baca Juga:4 dari 10 Siswi Derita Anemia dan Cacingan, Ini Langkah FKUI untuk Menangkal

Topik Menarik