Sinyal The Fed Pangkas Suku Bunga, Harga Bitcoin Cetak Rekor Nyaris Rp2 Miliar

Sinyal The Fed Pangkas Suku Bunga, Harga Bitcoin Cetak Rekor Nyaris Rp2 Miliar

Ekonomi | sindonews | Kamis, 14 Agustus 2025 - 19:50
share

Inflasi Amerika Serikat (AS) pada Juli 2025 tercatat stabil di level 2,7 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), sedikit di bawah perkiraan pasar sebesar 2,8 persen. Data ini memberikan sinyal bahwa tekanan harga mulai terkendali, meski belum sepenuhnya hilang. Stabilnya inflasi tersebut mendorong ekspektasi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga pada pertemuan 17 September mendatang. Berdasarkan data CME FedWatch, peluang pemangkasan kini mencapai 93,9 persen, tertinggi sepanjang tahun ini.

Perkembangan tersebut memicu lonjakan harga Bitcoin (BTC) yang menembus rekor tertinggi baru (all time high) di level USD124.000 atau setara Rp1,99 miliar pada Kamis pagi (14/8). Pencapaian ini melampaui rekor sebelumnya pada pertengahan Juli, seiring meningkatnya arus modal ke aset berisiko, termasuk mata uang kripto. Investor global menilai pelonggaran kebijakan moneter akan memperkuat likuiditas, yang berpotensi mengangkat valuasi aset digital.

Selain faktor makro, reli Bitcoin turut didorong oleh maraknya pembelian korporat dalam beberapa pekan terakhir. Semakin banyak perusahaan mengadopsi strategi treasury berbasis Bitcoin, seperti yang dipopulerkan oleh MicroStrategy Incorporated. Langkah ini memperkuat permintaan pasar sekaligus mengubah persepsi bahwa Bitcoin bukan sekadar instrumen spekulasi, melainkan aset strategis jangka panjang.

Baca Juga:Wacana Bitcoin sebagai Cadangan Negara Mencuat, Perlu Studi Jangka Panjang

Vice President Indodax Antony Kusuma mengatakan kondisi saat ini sebagai titik kritis yang menggabungkan sentimen makro dan fundamental pasar kripto. "Kita sedang melihat pertemuan dua faktor besar inflasi yang mulai terkendali di bawah ekspektasi pasar, dan peluang pemangkasan suku bunga yang sangat tinggi. Kombinasi ini menciptakan kondisi di mana modal global lebih berani masuk ke aset berisiko, termasuk kripto," ujarnya pada Kamis (14/8).Menurut Antony, rekor baru Bitcoin di level USD124.000 bukan sekadar hasil optimisme jangka pendek, tetapi akumulasi kepercayaan pasar terhadap peran Bitcoin di masa depan. Ia mencontohkan langkah MicroStrategy dan sejumlah raksasa keuangan yang mengalihkan sebagian kas ke Bitcoin sebagai sinyal perubahan lanskap investasi global. “Mereka mengirim pesan bahwa Bitcoin bisa berfungsi sebagai lindung nilai terhadap kebijakan moneter dan inflasi dalam jangka panjang,” katanya.

Meski demikian, Antony mengingatkan bahwa euforia pasar tidak boleh mengaburkan risiko inheren aset kripto. Reli besar, kata dia, kerap diikuti oleh koreksi tajam. "Investor yang hanya mengejar kenaikan tanpa strategi keluar sama saja dengan masuk ke arena dengan mata tertutup,” ujarnya.

Ia menekankan bahwa volatilitas bukanlah hal yang perlu dihindari, melainkan dikelola dengan strategi. "Banyak investor baru ingin volatilitas hilang, padahal justru di sanalah peluang berada. Yang diperlukan adalah kemampuan membaca pola dan menetapkan batas risiko yang jelas," tutur Antony.

Baca Juga:IHSG Hari Ini Ditutup Tembus Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah, Nilai Transaksi Rp18,53 T

Antony juga menyarankan diversifikasi sebagai langkah bijak dalam berinvestasi. Menurutnya, menaruh seluruh modal di satu aset akan meningkatkan konsentrasi risiko. "Meski Bitcoin sedang menjadi magnet perhatian, portofolio yang sehat tetap membutuhkan kombinasi aset berisiko dan instrumen stabil," katanya.Menjelang keputusan suku bunga The Fed pada September, Antony menilai pasar akan diuji kedewasaannya. "Investor yang mampu memisahkan sinyal dari kebisingan akan mengambil keputusan tepat, sementara yang terjebak FOMO (fear of missing out) berisiko membeli di puncak," ujarnya.

Ia menegaskan komitmen Indodax untuk menjadi mitra strategis bagi investornya melalui penyediaan akses perdagangan, analisis, dan edukasi. "Tujuannya sederhana, agar setiap keputusan investasi berbasis informasi, bukan emosi," pungkas dia.

Topik Menarik