Jepang Gerak Cepat setelah 2 Petinju Meninggal akibat Cedera Kepala: Wajib Tes Hidrasi

Jepang Gerak Cepat setelah 2 Petinju Meninggal akibat Cedera Kepala: Wajib Tes Hidrasi

Olahraga | sindonews | Rabu, 13 Agustus 2025 - 15:31
share

Dunia tinju Jepang terguncang setelah dua petinju meninggal dunia hanya dalam satu malam. Tragedi yang menimpa Shigetoshi Kotari dan Hiromasa Urakawa pada 2 Agustus lalu di Korakuen Hall, Tokyo, memaksa otoritas tinju negeri tersebut melakukan reformasi besar-besaran demi keselamatan atlet.

Kotari, peringkat kelima kelas super bulu Oriental Pacific, roboh usai duel sengit melawan Yamato Hata di partai utama. Sementara Urakawa, petinju peringkat keempat kelas ringan Jepang, mengalami cedera fatal pada laga undercard. Keduanya sempat menjalani operasi kraniotomi darurat, namun nyawa tak tertolong saat dalam perawatan intensif.

Menanggapi tragedi tersebut, Japan Professional Boxing Association (JPBA) dan Japan Boxing Commission (JBC) menggelar rapat darurat di Bunkyo Ward, Tokyo, pada 12 Agustus 2025. Hasilnya, empat langkah mendesak disepakati untuk mencegah insiden serupa di masa depan.

1. Ambulans Siaga di Semua LagaSebelumnya, ambulans hanya diwajibkan hadir pada laga kejuaraan dunia. Kini, setiap event tinju profesional di Jepang akan memiliki ambulans yang siaga penuh, mengingat keterlambatan layanan darurat bisa berakibat fatal.

2. Perluasan Jaringan Rumah Sakit MitraJumlah rumah sakit yang mampu melakukan operasi darurat bagi petinju akan ditambah, demi mempercepat penanganan kasus cedera kepala dan trauma berat.3. Tes Hidrasi WajibPraktik pemotongan berat badan ekstrem melalui dehidrasi kini menjadi sorotan. JPBA akan mengadopsi tes hidrasi mirip ONE Championship, menggunakan uji berat jenis urine. Petinju yang tidak memenuhi standar aman akan didiskualifikasi, meski berisiko membuat laga batal mendadak.

4. Pengumpulan Data Penurunan Berat BadanJPBA menilai pentingnya memetakan pola penurunan berat badan petinju Jepang untuk memahami potensi risiko dan penyebab kecelakaan di ring.

Baca Juga: Tragedi 2 Petinju Meninggal usai Duel di Jepang, Hiromasa Urakawa Susul Shigetoshi Kotari

Sekretaris Jenderal JBC, Tsuyoshi Yasukawa, menegaskan bahwa belum ada bukti langsung yang mengaitkan dehidrasi dengan kematian kedua petinju tersebut. Namun, langkah pencegahan tetap dilakukan.

“Kalau saja ada hubungan kausal yang jelas, tentu langkahnya lebih mudah. Untuk saat ini, kami fokus melakukan apa yang bisa dilakukan demi masa depan,” ujarnya.

Reformasi ini menjadi perubahan paling mendesak dalam protokol keselamatan tinju Jepang dalam beberapa dekade terakhir. Sementara itu, Yamato Hata — lawan Kotari — masih berada dalam kondisi kritis, membuat dunia tinju berharap ia mampu bertahan.

Menurut media lokal Jepang, tragedi di Korakuen Hall kini menjadi pengingat pahit bagi penyelenggara, bahwa setiap detik penanganan cedera di ring bisa menjadi pembeda antara hidup dan mati.

Topik Menarik