ABG yang Terinspirasi Hitler Ini Pura-pura Masuk Islam untuk Bunuh Massal Jemaah Masjid
Seorang remaja 16 tahun yang terinspirasi diktator Nazi Adolf Hitler telah merencanakan pembunuhan massal jemaah masjid di Greenock, Skotlandia. Dia berpura-pura masuk Islam agar bisa mendapatkan akses masuk masjid.
Namun, polisi setempat berhasil mencegah serangan teror itu. ABG (anak baru gede) tersebut, yang identitasnya tidak diungkap polisi karena usianya, juga mengidolakan sosok pembunuh massal Norwegia, Anders Breivik.
Dia ditangkap oleh detektif saat hendak membakar Inverclyde Muslim Centre—nama masjid di Greenock—pada bulan Januari.
Dia awalnya berharap masjid yang berkapasitas 275 jemaah itu akan penuh sehingga bisa menjalankan rencana pembunuhan massal.
Baca Juga: Erdogan Tegaskan Kejahatan Genosida Netanyahu Sudah Melebihi Hitler
Remaja tersebut telah blakblakan secara daring tentang rencananya untuk menyiarkan langsung serangan tersebut setelah dia teradikalisasi di media sosial pada usia 13 tahun.
Tersangka, yang berpakaian hitam dan membawa senapan angin, telah berhasil mengelabui sang imam masjid bahwa dia serius ingin masuk Islam atau mualaf.Remaja neo-Nazi tersebut dibiarkan sendirian untuk memfilmkan dan menggambar sketsa area-area di mana para korbannya, termasuk anak-anak, akan terjebak selama serangan bom molotov yang direncanakan.
Imam masjid, Muhammad Bilal, mengenang momen pertama kali dia bertemu remaja tersebut dan mengizinkannya untuk salat pada Desember 2024.
"Ketika dia datang ke sini, dia adalah anak yang sangat baik dan hanya ingin menjadi Muslim," katanya kepada Sky News, Senin (11/8/2025).
"Ketika dia datang, saya memberinya Al-Qur'an untuk menambah ilmu," ujarnya.
"Dia mengatakan kepada saya sebuah pernyataan yang sangat mengejutkan. Dia mengatakan bahwa dia menginginkan kehidupan yang seimbang. 'Apa maksud Anda', tanya saya? Dia berkata: 'Saya ingin lebih dekat dengan Sang Pencipta jika saya menjadi Muslim'."
Remaja laki-laki tersebut, yang didiagnosis autisme, percaya bahwa orang kulit putih sedang "berperang" melawan ras lain dan telah "bersimpati" dengan Partai Nazi.Hamid Akhtar, tokoh dari Inverclyde Muslim Centre, mengatakan insiden itu telah menjadi peringatan.
"Yang menakutkan adalah seseorang begitu baik sekaligus licik. Dia membodohi kami karena ingin mengubah keyakinan kami, padahal kami membantunya dengan segala cara dan memercayainya," katanya.
"Ini memberi kami pelajaran di masa depan tentang siapa yang akan masuk dan apa niat mereka. Kami punya lebih banyak kamera keamanan sekarang," ujarnya.
Tersangka remaja itu membuat "manifesto" sendiri di ponselnya yang menyatakan akan "mati demi tanah airku."
Ide awalnya, yang disebutnya "kocak", adalah melakukan serangan teroris di sekolahnya di Inverclyde.
Dia merekam dirinya sendiri berjalan melalui fasilitas pendidikan tersebut dan mengatakan bahwa dia berencana untuk "melenyapkan" salah satu kantor.Dia kemudian membual di Telegram tentang bagaimana dia akan membuang ide itu dan malah fokus pada Masjid Greenock setelah berhasil menyusup ke dalam komunitas tersebut.
Seiring rencana pembantaian semakin dekat, dia menyiapkan manifesto "terakhir" yang menyatakan dia akan menyerang "besok" ketika "masjid itu sudah penuh".
Pada pagi hari yang dimaksud, dia meninggalkan rumahnya dengan ransel dan mengirim pesan kepada teman-temannya, dengan mengatakan: "Hari ini, saya memilih hidup saya yang dulu dan yang akan datang."
Dia muncul di masjid, tetapi tidak dapat masuk karena pintunya terkunci.
Yang tidak dia ketahui adalah polisi telah menerima informasi intelijen dan sedang menunggu untuk menangkapnya.
Di dalam tasnya, detektif menemukan pistol angin buatan Jerman-yang mampu menembakkan peluru BB-serta bantalan peluru, kartrid gas, dan empat kaleng semprotan aerosol.Buku catatan yang berisi swastika juga ditemukan sebelum petugas kemudian menemukan salinan buku Hitler; Mein Kampf, pisau, dan bahan-bahan peledak di rumahnya.
Inverclyde Islamic Centre mengatakan kepada Sky News bahwa komunitasnya tetap lebih erat dari sebelumnya.
"Kejadian ini merupakan kejadian yang terisolasi, tetapi saya melihat komunitas hari ini dan Anda melihat jumlah orang yang datang, jadi kami senang polisi dapat menghentikan apa pun dari sedang terjadi," kata Adeel Naeen, tokoh masjid tersebut.
"Komunitasnya masih kuat dan tidak menghalangi orang-orang untuk berkumpul di sini," paparnya.
Tersangka remaja itu telah mengaku bersalah berdasarkan Undang-Undang Terorisme di Pengadilan Tinggi di Glasgow.
Dia akan dijatuhi hukuman dalam sidang berikutnya, yang belum ditentukan jadwalnya.
