Warga Palestina Tolak Rencana Israel Duduki Kota Gaza

Warga Palestina Tolak Rencana Israel Duduki Kota Gaza

Global | sindonews | Sabtu, 9 Agustus 2025 - 07:34
share

Warga Palestina di Kota Gaza menghadapi kemungkinan pengungsian lebih lanjut dengan perasaan campur aduk antara takut dan menentang setelah Israel mengumumkan rencana pengambilalihan militer atas kota terbesar di wilayah kantong tersebut. Saat ini Gaza menjadi tempat hampir satu juta orang untuk berlindung.

Kota itu dilanda kekacauan pada hari Jumat (8/8/2025) setelah kabinet keamanan Israel menyetujui rencana pengambilalihan tersebut, yang akan melibatkan pemindahan paksa warga Palestina yang telah mengungsi berkali-kali ke zona konsentrasi di selatan.

"Saya bersumpah demi Tuhan bahwa saya telah menghadapi kematian sekitar 100 kali, jadi bagi saya, lebih baik mati di sini," tegas Ahmed Hirz, yang telah mengungsi bersama keluarganya setidaknya delapan kali sejak perang Israel dimulai.

"Saya tidak akan pernah pergi dari sini," ujar dia kepada Al Jazeera. "Kami telah melalui penderitaan, kelaparan, penyiksaan, dan kondisi yang menyedihkan, dan keputusan akhir kami adalah mati di sini."

Sentimen tersebut juga dirasakan oleh orang lain yang berbicara kepada Al Jazeera. Rajab Khader mengatakan ia akan menolak pindah ke Gaza selatan, untuk "tinggal di jalanan bersama anjing dan hewan lainnya"."Kita harus tinggal di Kota Gaza bersama keluarga dan orang-orang terkasih. Israel tidak akan menemukan apa pun kecuali tubuh dan jiwa kami," tegas dia.

Maghzouza Saada, yang sebelumnya mengungsi dari Beit Hanoon di timur laut, mengungkapkan kemarahannya karena dipaksa pindah lagi, padahal tidak ada tempat di Jalur Gaza yang bisa dianggap aman.

"Selatan tidak aman. Kota Gaza tidak aman, utara tidak aman. Ke mana kita harus pergi?" tanyanya. "Apakah kita akan menceburkan diri ke laut?"

Kepanikan

Melaporkan dari Kota Gaza, Hani Mahmoud dari Al Jazeera mengatakan penduduk telah berada dalam "kepanikan" sejak dini hari Jumat atas rencana Israel untuk membersihkan etnis Palestina di wilayah tersebut.

Ia mengatakan beberapa orang sudah mulai mengemasi barang-barang mereka yang tersisa. "Bukan karena mereka tahu ke mana mereka akan pergi, tetapi karena mereka tidak ingin terjebak di saat-saat (terakhir). Mereka ingin siap menghadapi saat militer Israel memaksa mereka keluar," kata Mahmoud."Rasa takut, khawatir, dan putus asa semakin meningkat. Militer Israel menjanjikan zona evakuasi di mana orang-orang, pada kenyataannya, akhirnya terbunuh di area-area ini," ujar dia.

Amjad Shawa, direktur Jaringan LSM Palestina, mengatakan penduduk sudah lelah terus-menerus dipaksa mengungsi.

Kali ini, katanya, prospek evakuasi menimbulkan bahaya yang lebih besar, dengan rumah sakit, fasilitas air, dan infrastruktur lainnya hancur.

"Sekarang, tidak ada yang bisa diberikan kepada warga, dan itu berisiko," ujar dia.

Dia menjelaskan, "Kita harus memindahkan para lansia yang tidak bisa berjalan, dan kita memiliki pasien dan orang-orang yang terluka yang tidak bisa bergerak. Kita tidak bisa meninggalkan mereka, dan kita tidak bisa memberikan mereka layanan."

Sekitar 900.000 Warga Palestina Terancam

Seiring berita eskalasi kontroversial Israel mulai tersebar, militer melanjutkan serangannya terhadap penduduk yang rentan, menewaskan 36 orang sejak fajar – termasuk 21 orang yang sedang mencari bantuan – menurut sumber medis.

Di antara serangan hari itu, satu pesawat nirawak Israel menargetkan kota Bani Suheila di selatan Gaza, di sebelah timur kota Khan Younis, menewaskan dua warga Palestina, menurut seorang sumber dari Rumah Sakit Nasser yang berbicara kepada Al Jazeera.

Al Jazeera Arabic melaporkan seorang pencari bantuan ditembak mati pasukan Israel di Gaza utara.

Dua orang tewas di lokasi distribusi bantuan yang dikelola GHF yang kontroversial, yang didukung Amerika Serikat dan Israel, yang dijadwalkan untuk diperluas di bawah serangan baru Israel.

Melaporkan dari ibu kota Yordania, Amman, Hoda Abdel-Hamid dari Al Jazeera mengatakan yayasan ternama tersebut, yang saat ini mengelola empat lokasi bantuan di mana lebih dari 1.300 warga Palestina telah terbunuh saat mencoba mendapatkan makanan, terutama oleh pasukan Israel, akan mengoperasikan 12 pusat lagi di daerah kantong tersebut.Abdel-Hamid mengatakan Israel belum memberikan "jadwal pasti" untuk mengambil alih Kota Gaza, tetapi serangan darat akan segera dilakukan, dengan "pergerakan pasukan di sepanjang perbatasan selatan Israel dengan Gaza".

Memindahkan paksa hingga 900.000 warga Palestina dari kota itu, katanya, dapat memakan waktu berminggu-minggu.

Dalam jangka panjang, para pakar militer mengatakan rencana Israel – yang akan membuatnya mengambil alih kendali keamanan atas daerah kantong tersebut, membentuk pemerintahan sipil alternatif yang bukan Hamas maupun Otoritas Palestina – dapat memakan waktu bertahun-tahun.

Baca juga: Trump Damprat Netanyahu yang Remehkan Kelaparan di Gaza

Topik Menarik