Kisah Dua Wajah di GIIAS 2025: Mobil Niaga DFSK Jadi Tulang Punggung, Seres Perang Harga di Segmen EV Murah

Kisah Dua Wajah di GIIAS 2025: Mobil Niaga DFSK Jadi Tulang Punggung, Seres Perang Harga di Segmen EV Murah

Otomotif | sindonews | Rabu, 6 Agustus 2025 - 14:24
share

Di tengah riuh rendah panggung GAIKINDO Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025, ada satu pemain dengan dua wajah: PT Sokonindo Automobile. Dengan merek DFSK, mereka menyasar para 'pekerja keras' di segmen niaga. Dengan merek Seres, mereka terjun ke arena 'perang berdarah' mobil listrik penumpang yang terjangkau.

Selama 11 hari pameran, perusahaan ini berhasil membukukan total 565 Surat Pemesanan Kendaraan (SPK). Sebuah pencapaian yang solid, namun jika dibedah lebih dalam, akan terlihat sebuah cerita menarik tentang strategi dan tantangan yang mereka hadapi.

Sang Tulang Punggung yang Bekerja dalam Senyap

Meskipun mobil listrik penumpang Seres yang banyak mencuri perhatian media, data penjualan menunjukkan bahwa tulang punggung bisnis mereka sesungguhnya adalah para 'kuda beban' dari lini DFSK. Dari total 565 unit, mayoritas atau 340 unit disumbangkan oleh kendaraan niaga.

Sang pikap legendaris, DFSK Super Cab, terjual sebanyak 110 unit. Namun, bintang sesungguhnya adalah van listrik DFSK Gelora E, yang membuktikan bahwa elektrifikasi di dunia niaga sangat diminati.

Varian Blind Van untuk angkutan barang laku keras sebanyak 150 unit, sementara versi Mini Bus untuk penumpang terjual 80 unit. Ini adalah bukti nyata bahwa DFSK berhasil menguasai segmen niaga yang praktis dan efisien.

Pertarungan di Takhta 'Mobil Listrik Termurah'

Di sisi lain, Seres bertarung di arena yang berbeda: segmen mobil listrik penumpang yang super kompetitif. Di sini, senjata utama mereka adalah harga. Seres E1, yang menjadi pesaing langsung Wuling Air ev dan BYD Atto 1 (nama tentatif), berhasil terjual sebanyak 105 unit.

Daya tarik utamanya? Banderol harga mulai Rp189 juta, yang menjadikannya pemegang takhta sementara sebagai mobil listrik termurah yang dijual resmi di Indonesia saat ini.

Harganya bahkan lebih murah Rp 6 juta dari pesaing terdekatnya yang baru diperkenalkan. Sementara itu, SUV listrik mereka yang lebih elegan, Seres 3, juga mencatatkan penjualan positif sebanyak 120 unit.

"Kami bangga dan berterima kasih atas sambutan luar biasa ini. Angka penjualan ini adalah bukti kepercayaan konsumen," ujar Alexander Barus, CEO PT Sokonindo Automobile, dalam keterangan resminya.

Takhta yang Rapuh dan Pertanyaan Kritis

Namun, di balik optimisme tersebut, ada sebuah pertanyaan kritis. Menyandang gelar 'termurah' adalah sebuah takhta yang sangat rapuh. Dalam perang harga, selalu ada kemungkinan pesaing baru datang dengan harga yang lebih rendah lagi. Apakah strategi bersaing hanya dengan harga ini akan berkelanjutan dalam jangka panjang?

Saat konsumen semakin cerdas, pertanyaan akan beralih dari "siapa paling murah?" menjadi "siapa yang memberikan nilai terbaik?", yang mencakup kualitas baterai, fitur, dan yang terpenting, layanan purna jual.

Kisah 565 SPK dari PT Sokonindo Automobile di GIIAS 2025 adalah cerminan dari strategi dua kaki mereka. Satu kaki berpijak kokoh di pasar niaga yang menguntungkan, sementara kaki lainnya mencoba menari lincah di tengah badai perang harga mobil listrik penumpang.

Keberhasilan mereka ke depan akan sangat bergantung pada kemampuan mereka untuk tidak hanya menawarkan harga murah, tetapi juga membangun kepercayaan dan membuktikan bahwa produk mereka memiliki kualitasyangsepadan.

Topik Menarik