Perang Harga Mobil Mulai Terjadi di Indonesia, Ini Kata Toyota

Perang Harga Mobil Mulai Terjadi di Indonesia, Ini Kata Toyota

Otomotif | sindonews | Jum'at, 1 Agustus 2025 - 08:51
share

Pasar otomotif Indonesia saat ini sedang diramaikan dengan fenomena perang harga mobil yang dilakukan sejumlah produsen asal China. Beberapa brand asal Tiongkok berlomba-lomba menurunkan harga produk mereka.

BACA JUGA - Geely Xingyuan Tampil Perdana di GIIAS 2025

Toyota sebagai pemimpin pasar kendaraan penumpang di Indonesia melihat hal tersebut wajar terjadi di industri otomotif. Terlebih teknologi terus berkembang yang membuat biaya operasional dapat ditekan dan berdampak pada harga mobil.

"Kita melihatnya, selalu, sebagai kompetisi di industri otomotif. Pastinya, kita harap di Toyota melihatnya sebagai suatu yang positif. Kita juga berstrategi, bagaimana kita berinovasi, berkembang, bisa selalu memenuhi kebutuhan masyarakat," kata Resha Kusuma Atmaja, Marketing Planning General Manager PT Toyota Astra Motor (TAM), di arena GIIAS 2025, ICE BSD City, Tangerang, Kamis (31/7/2025).

Sebagai pemain lama di industri otomotif Indonesia, Resha mengatakan Toyota telah mempelajari karakter dan kebutuhan masyarakat di masing-masing wilayah. Sehingga mereka menyediakan produk yang sesuai dengan apa yang diinginkan konsumen."Kami di Toyota masih yakin bahwa kebutuhan kustomer itu berbeda-beda. Kebutuhan di perkotaan beda, kebutuhan di rural (pedesaan) beda. Yang kita lakukan memenuhi kebutuhan masyarakat semaksimal mungkin," ujarnya.

Soal perang harga di Indonesia, Resha mengatakan Toyota selama ini belum pernah melakukan penyesuaian atau menurunkan harga mobil yang dipasarkannya. Ini yang membuat harga jualnya tetap stabil hingga saat ini.

"Banting-bantingan harga di sini, kalau Toyota sendiri sampai detik ini, kita tidak pernah menurunkan harga. Karena yang kita lihat masyarakat di Indonesia itu beli mobil bukan buat jangka pendek. Kita masih berpikir untuk jangka panjang," tuturnya.

Sementara untuk mobil listrik, Resha mengungkapkan bahwa kebutuhan masyarakat terhadap kendaraan tersebut masih sangat rendah. Terutama di luar Pulau Jawa yang mana infrastrukturnya belum memadai.

"Kalau kita lihat di luar Jawa, atau bahkan di luar Jakarta, EV itu kurang lebih angkanya masih 5-6 persen, sisanya masih hybrid dan ICE. Nah perkembangan itu yang kita lihat, di situ kita melihat opportunity, kita tidak menyasar ke satu area, tapi kita menyasar ke seluruh lapisan masyarakat Indonesia," ucapnya.

Topik Menarik