Bromo Bersalju: Selimut Kristal Es Ajaib Selimuti Lautan Pasir, Pertanda Apa?
Fenomena alam memesona kembali menyapa kawasan Gunung Bromo. Lautan pasir yang biasanya menghampar kelabu, kini terselimuti permadani tipis berwarna putih berkilauan, seolah-olah salju turun di tanah tropis. Pemandangan langka ini terjadi setelah suhu udara di kawasan taman nasional anjlok hingga menyentuh titik beku, 0 derajat Celsius.
Di dataran yang lebih rendah di kawasan Malang Raya pun, hawa dingin terasa menusuk tulang, dengan suhu malam hari berkisar antara 15-17 derajat Celsius. Fenomena yang oleh masyarakat lokal disebut embun upas atau embun beku ini sontak menjadi daya tarik magis, mengundang decak kagum sekaligus pertanyaan: pertanda apakah ini?
Alih-alih sebuah anomali yang mengkhawatirkan, para ahli cuaca justru membawa kabar baik. Fenomena ini adalah sebuah siklus alam yang normal dan menjadi pertanda indah akan datangnya puncak musim kemarau.
'Dalang' di Balik Keajaiban Kristal Es
Menurut Prakirawan dari BMKG Stasiun Klimatologi Malang, Andang Kurniawan, ada dua 'dalang' utama di balik munculnya 'salju' di Bromo."Pertama, ini dipengaruhi oleh udara dingin dari Australia yang sampai ke Indonesia," jelas Andang, pada Jumat (25/7/2025). Saat ini, Benua Australia sedang mengalami puncak musim dingin. Angin yang bertiup dari sana membawa hawa kering dan dingin melintasi lautan hingga tiba di Indonesia.'Dalang' kedua adalah langit malam yang cerah tanpa awan. "Tidak adanya awan menyebabkan energi panas di permukaan bumi terlepas ke angkasa pada malam hari. Kondisi ini menyebabkan pada dini hari, udara menjadi lebih dingin," lanjut Andang. Tanpa 'selimut' awan, bumi melepaskan panasnya dengan cepat, membuat permukaan, terutama di dataran tinggi seperti Bromo, menjadi sangat dingin hingga mampu membekukan embun.
Tanda Alam yang Indah, Bukan Bencana
Andang menegaskan bahwa masyarakat tidak perlu cemas. Munculnya embun upas justru merupakan penanda alam yang bisa dibaca. Ini adalah sinyal bahwa puncak musim kemarau akan segera tiba."Setelah itu, musim kemarau akan berakhir dan berganti dengan musim penghujan," ungkapnya. Fenomena ini, dengan kata lain, adalah sebuah klimaks indah sebelum alam memulai siklus barunya menuju musim yang lebih basah dan sejuk.
Meski begitu, ia tetap mengimbau masyarakat untuk menjaga kondisi tubuh di tengah cuaca dingin ini. Pola makan yang baik, istirahat cukup, dan pakaian hangat menjadi kunci untuk tetap bugar.
"Sebisa mungkin masyarakat juga harus mengenakan pakaian hangat yang cukup jika suhu sedang dingin. Agar kondisi tubuh tetap terjaga dengan baik," tandasnya.
Bagi para pemburu keindahan, fenomena "salju" Bromo ini adalah undangan langka dari alam. Sebuah kesempatan untuk menyaksikan pemandangan magis yang menakjubkan, sekaligus menjadi pengingat akan ritme agung alam semesta yang terus berputardalamharmoni.




