Cerita Albert Lukas, Dinobatkan Jadi Mahasiswa Berprestasi ITB 2025 Berkat Inovasi Sosial
Albert Lukas Hasugian, mahasiswa SBM ITB Program Studi Kewirausahaan angkatan 2022, berhasil meraih predikat Mahasiswa Berprestasi I ITB 2025 dalam ajang Pilmapres yang berlangsung pada Jumat (20/6/2025) di CC Timur, Kampus ITB Ganesha.
Gelar ini diperolehnya berkat rekam jejak akademik dan nonakademik yang kuat, serta perjalanan pribadi yang penuh perjuangan, pembelajaran dari kegagalan, dan semangat untuk memberi dampak positif bagi sesama.
Sejak awal, Albert memegang teguh prinsip totalitas dalam berusaha. Baginya, kesuksesan bukan semata soal hasil, tetapi juga tentang menghargai proses. Setiap langkah yang ia ambil merupakan bentuk tanggung jawab terhadap diri sendiri, agar kelak tidak ada penyesalan, bahkan ketika hasilnya belum sesuai harapan.
Baca juga: Cerita Raka, Wisudawan Terbaik UB 2025 dan Lulus Cum Laude Berkat Cinta Lingkungan
Albert percaya bahwa kegagalan adalah bagian dari pertumbuhan. Salah satu pengalaman yang paling berkesan baginya adalah ketika tidak lolos program IISMA. Dari kegagalan itu, ia belajar banyak hal. Mulai dari menyusun esai yang kuat, menghadapi wawancara dengan percaya diri, hingga menerima penolakan sebagai bagian dari proses belajar. Pengalaman itu membuatnya menjadi pribadi yang lebih kuat dan reflektif.Lebih dari sekadar mengejar capaian individu, Albert mengusung semangat kolaboratif. Ia menyebut proses keberhasilannya sebagai buah dari circle of giving back, lingkaran saling dukung yang ia terima dan kini ia teruskan. Di awal kompetisi, ia mendapat banyak dukungan dari mentor, teman, dan komunitas.
Baca juga: Unej Buka Jalur Mandiri UTBK SEMMABA 2025, Daftar Segera!
Kini, ia berperan aktif sebagai mentor, berbagi pengalaman, serta membuka jalan bagi mahasiswa lain untuk tumbuh bersama. “Ketika teman saya menang lomba, dapat magang, atau aktif di organisasi, saya ikut merasa menang juga,” ungkapnya.
Semangat keberlanjutan dan pemberdayaan juga menjadi inti dari inovasi yang ia bawa dalam Pilmapres. Bersama tim, Albert merintis Paduan Biru, sebuah brand fashion berkelanjutan yang mengolah limbah denim menjadi produk baru. Gagasan ini muncul dari kepeduliannya terhadap tingginya limbah tekstil, terutama di Bandung sebagai kota industri konveksi. Mereka menemukan bahwa banyak potongan denim yang masih layak pakai terbuang begitu saja.
Lewat Paduan Biru, Albert dan tim tak hanya mengurangi limbah tekstil, tetapi juga melibatkan para penjahit lokal dalam rantai produksi. Inisiatif ini tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga mendorong pemberdayaan ekonomi masyarakat. Ini menjadi langkah kecil menuju industri fashion Indonesia yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
Bagi Albert, menjadi mahasiswa berprestasi ibarat mendaki gunung, bukan tentang siapa yang tercepat, tetapi tentang konsistensi dalam memilih jalur yang tepat dan memastikan setiap pijakan kuat.
Ia percaya bahwa keberhasilan sejati adalah ketika pencapaian tersebut bisa digunakan untuk memberi arti dan manfaat bagi orang lain.










