Benteng Pengawas Truk ODOL Jadi Sarang Pungli, Kemenhub Siapkan Mata-Mata Digital untuk Basmi Oknum Nakal
Di jalanan raya Indonesia, mereka adalah raja tak terbantahkan. Truk-truk raksasa dengan muatan berlebih dan dimensi tak wajar (ODOL), melenggang dengan gagah, menjadi "monster baja" yang merusak aspal dan menjadi ancaman nyata bagi keselamatan pengendara lain. Seharusnya, langkah mereka terhenti di jembatan timbang.
Namun, alih-alih menjadi benteng pertahanan terakhir, jembatan timbang justru telah lama dikenal publik sebagai 'gerbang tol tak resmi'—sarang praktik pungutan liar (pungli) yang subur, di mana aturan bisa dinegosiasikan dengan beberapa lembar uang.
Kini, setelah bertahun-tahun menjadi rahasia umum, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) akhirnya secara terbuka mengakui borok ini dan menyatakan perang. Senjata mereka bukan lagi inspeksi manual yang rentan "main mata", melainkan teknologi digital yang dingin dan tak kenal kompromi.
Pengakuan Jujur dari Pucuk Pimpinan
Dalam sebuah pernyataan yang langka dan jujur, Direktur Jenderal Perhubungan Darat (Dirjen Hubdat) Kemenhub, Aan Suhanan, tidak lagi menutupi masalah yang sudah mengakar."Kami tidak menutup mata masih adanya oknum yang melakukan kegiatan ilegal (pungli) tersebut terutama di jembatan timbang," kata Aan dalam keterangan resminya. Pengakuan ini menjadi sinyal kuat bahwa pemerintah menyadari keseriusan masalah dan tidak lagi bisa mentolerir praktik yang membahayakan nyawa di jalanan.Aan menyadari bahwa jembatan timbang yang seharusnya menjadi garda terdepan penanganan truk ODOL, justru menjadi titik terlemah.
Senjata Digital Bernama WIM
Untuk membongkar praktik lancung ini, Kemenhub menyiapkan strategi modernisasi yang berpusat pada satu tujuan: meminimalisir interaksi antara petugas dan pengemudi. Di sinilah teknologi mengambil alih peran.Senjata utamanya adalah Weigh-in-Motion (WIM). Bayangkan sebuah sistem canggih yang mampu menimbang bobot truk saat kendaraan itu terus melaju tanpa perlu berhenti. Data berat muatan akan langsung terekam dan terkirim secara digital ke pusat data. Tidak ada lagi proses tawar-menawar di pos jaga, tidak ada lagi kesempatan bagi oknum untuk "bermain".
"Kami sedang menyusun penindakan secara elektronik dengan memasang WIM untuk melakukan penindakan," ujar Aan. "Harapannya secara jangka panjang ini akan memberikan efek jera pada pelanggar."
Sistem "mata-mata" digital ini dirancang untuk menjadi solusi transparan yang memangkas celah pungli hingga ke akarnya.
Pertaruhan di Meja Hijau
Namun, secanggih apapun teknologinya, ia akan tumpul jika tidak didukung oleh payung hukum yang kuat. Data digital dari WIM harus bisa dijadikan bukti yang sah di pengadilan."Terkait penindakan pelanggaran lalu lintas yang menggunakan elektronik, nanti kami akan bicarakan bersama Kejaksaan, sehingga nantinya bukti elektronik dari UPPKB atau WIM bisa dijadikan bukti dalam peradilan," ucap Aan.Langkah ini krusial. Keberhasilan seluruh program ini akan sangat bergantung pada apakah bukti digital tersebut bisa menyeret para pelanggar dan oknum yang membekingi mereka ke meja hijau.
Publik tentu berharap kali ini perang melawan pungli dan truk ODOL bukan sekadar wacana. Pertanyaannya kini, apakah "mata-mata" digital ini benar-benar mampu membersihkan "sarang penyamun" di jembatan timbang, atau akankah para oknum yang licin itu menemukan cara baru untuk mengakali sistem? Keselamatan jutaan pengguna jalan raya di Indonesia menjaditaruhannya.





