Suriah Berlakukan Jam Malam di Wilayah yang Dikuasai Suku Druze
Suriah pada hari Rabu meminta warga Suwayda untuk mematuhi jam malam yang diberlakukan sejak Selasa, menyusul serangan baru oleh "kelompok penjahat" terhadap tentara dan pasukan keamanan dalam negeri, yang melanggar kesepakatan gencatan senjata yang dicapai di kota tersebut.
"Setelah kesepakatan gencatan senjata dicapai dengan para tokoh dan tetua kota Suwayda pada hari Senin, kelompok-kelompok pelanggar hukum kembali menyerang tentara dan pasukan keamanan internal di dalam kota. Kami sebelumnya telah menegaskan hak tentara untuk merespons sumber tembakan," kata Kementerian Pertahanan dalam sebuah pernyataan, yang dilaporkan oleh kantor berita pemerintah Suriah, SANA.
"Tentara terus merespons sumber tembakan di dalam kota Suwayda, sambil mematuhi aturan main untuk melindungi warga sipil, mencegah bahaya, dan memastikan kepulangan yang aman bagi mereka yang meninggalkan kota ke rumah mereka," tambah kementerian tersebut.
Baca Juga: 3 Alasan Israel Akan Menjadikan Suriah seperti Lebanon
Kementerian merekomendasikan agar "warga di dalam kota tetap di rumah dan melaporkan kelompok pelanggar hukum yang tersisa."Pada hari Senin, Menteri Pertahanan Suriah Murhaf Abu Qasra mengumumkan kesepakatan gencatan senjata penuh di Suwayda, sementara tentara dan pasukan keamanan memasuki pusat kota untuk mengambil alih kendali. Otoritas Suriah memberlakukan jam malam "sampai pemberitahuan lebih lanjut untuk melindungi nyawa."
Namun, Kementerian Dalam Negeri Suriah mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Selasa malam bahwa bentrokan masih berlangsung di beberapa permukiman di kota Suwayda, di tengah upaya intensif yang dikoordinasikan dengan para pemimpin masyarakat untuk mendapatkan kembali kendali penuh dan memulihkan keamanan.
Pada hari Senin, lebih dari 30 orang tewas dan hampir 100 lainnya terluka dalam bentrokan antara pejuang suku Badui bersenjata dan milisi Druze di Suwayda.
Bashar al-Assad, pemimpin Suriah selama hampir 25 tahun, melarikan diri ke Rusia pada bulan Desember, mengakhiri rezim Partai Baath, yang telah berkuasa sejak tahun 1963.
Pemerintahan transisi yang dipimpin oleh Presiden Ahmad al-Sharaa dibentuk di Suriah pada bulan Januari.





