Mengapa Paket Tarif 14 Negara Trump Sasar Indonesia dan Asia

Mengapa Paket Tarif 14 Negara Trump Sasar Indonesia dan Asia

Ekonomi | sindonews | Kamis, 10 Juli 2025 - 15:42
share

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali mengguncang hubungan dagang global dengan mengirimkan surat resmi kepada 14 negara, mayoritas di Asia, yang menyampaikan ancaman pemberlakuan tarif impor lebih tinggi mulai 1 Agustus 2025. Negara-negara tersebut hanya dapat terhindar dari kebijakan tersebut apabila berhasil mencapai kesepakatan dagang dengan Washington sebelum tenggat waktu.

Langkah ini menandai kali kedua Trump menetapkan batas waktu kebijakan tarif setelah sebelumnya menunda penerapannya selama 90 hari sejak April lalu. Negara-negara yang disasar umumnya memiliki surplus perdagangan signifikan terhadap AS, seperti Jepang USD68,5 miliar, Korea Selatan USD66 miliar, Thailand USD45,6 miliar, dan Indonesia USD17,9 miliar.

Di antara negara-negara tersebut, Korea Selatan menanggapi surat Trump dengan kehati-hatian namun tetap optimistis akan tercapainya kesepakatan. Negeri Ginseng itu sebelumnya sudah dikenakan tarif pada produk baja dan otomotif, dan kini menghadapi tambahan tarif sebesar 25 terhadap sisa ekspornya ke AS.

"Amerika Serikat berharap kedua pihak dapat mencapai kesepakatan sebelum 1 Agustus melalui komunikasi yang erat," ujar Penasihat Keamanan Nasional Korea Selatan, Wi Sung-lac, usai bertemu Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, dikutip dari Daily Times, Kamis (10/7).

Baca Juga:Daftar Lengkap 14 Negara yang Disurati Trump Beserta TarifnyaKorea Selatan juga menyatakan siap berkoordinasi erat dengan Washington dalam industri perkapalan untuk meraih hasil yang nyata dan saling menguntungkan. Sementara, Jepang, mitra strategis AS dan investor asing terbesar di negara tersebut menghadapi tarif serupa, khususnya pada sektor otomotif. Perdana

Menteri Shigeru Ishiba menyebut kebijakan tarif ini sungguh disesalkan dan menegaskan bahwa pemerintah Jepang tetap teguh membela kepentingan nasional menjelang pemilu majelis tinggi pada 20 Juli. Indonesia pun tak luput dari kebijakan ini.

Jakarta menghadapi tarif sebesar 32 dan sedang memperkuat langkah negosiasi dengan menawarkan peningkatan impor produk pertanian dan energi dari AS. Pemerintah juga telah menandatangani perjanjian impor minimal 1 juta ton gandum asal AS setiap tahun selama 5 tahun ke depan senilai USD1,25 miliar.

Negara-negara sekutu China seperti Kamboja, Myanmar, dan Laos turut menjadi sasaran tarif tinggi. Kamboja sebelumnya dikenai tarif 49, yang kini diturunkan menjadi 36 setelah menyatakan itikad baik kepada Gedung Putih. Myanmar dan Laos, yang masing-masing menghadapi tarif 40, juga terkena sorotan karena kedekatan rantai pasok mereka dengan industri China.

Thailand, yang diberi surat ancaman tarif sebesar 36, menyampaikan komitmen untuk memperluas akses pasar bagi produk AS dan berencana mengurangi surplus perdagangannya hingga 70 dalam lima tahun ke depan. Thai Airways bahkan dikabarkan sedang mempertimbangkan pembelian 80 pesawat Boeing.Baca Juga:Trump Ancam Mengebom Habis-habisan Moskow, Ini Respons Kremlin

Malaysia juga masuk daftar negara yang menghadapi tarif sebesar 25. Kementerian Perdagangan Malaysia menyatakan komitmennya untuk terus bernegosiasi demi mencapai kesepakatan dagang yang seimbang dan saling menguntungkan.

Bangladesh, sebagai produsen tekstil terbesar kedua di dunia, menghadapi tarif 35. Untuk meredam dampak tersebut, Dhaka mengusulkan pembelian pesawat Boeing serta peningkatan impor kapas, gandum, dan minyak dari AS. Pemerintah setempat menargetkan finalisasi kesepakatan dalam waktu dekat.

Selain negara-negara Asia, beberapa negara lain yang menerima surat dari Trump pada hari Senin antara lain Kazakhstan tarif 25, Afrika Selatan 30, Tunisia 25, Serbia 35, dan Bosnia 30. Paket tarif ini menegaskan kembali strategi dagang Trump yang menekan mitra dagang dengan ketimpangan neraca tinggi melalui pendekatan bilateral dan tekanan tarif.

Topik Menarik