Kisah Mbah Bolong, Murid Sunan Ampel yang Bisa Perlihatkan Kakbah dari Surabaya

Kisah Mbah Bolong, Murid Sunan Ampel yang Bisa Perlihatkan Kakbah dari Surabaya

Nasional | sindonews | Rabu, 9 Juli 2025 - 06:50
share

MASJID Agung Sunan Ampel di kawasan Ampel, Kecamatan Semampir, Surabaya, tak hanya menjadi pusat ibadah dan destinasi wisata religi. Masjid yang dibangun pada abad ke-15 itu menyimpan banyak kisah sejarah dan spiritual, termasuk karamah para tokoh di balik pendiriannya. Salah satunya Mbah Shonhaji atau lebih dikenal Mbah Bolong.

Mbah Bolong merupakan salah satu murid Sunan Ampel yang diyakini berasal dari Hadhramaut, Yaman. Dalam sejumlah literatur, Shonhaji datang ke Tanah Jawa sekitar tahun 1417 Masehi bersama beberapa kerabatnya yang juga keturunan Habaib.

Baca juga: Kesaktian Sunan Ampel Tak Tembus Ditikam Keris Lembu Peteng

Mereka di antaranya Syayyid Robbinur, Syayyid Ahmad Faqih (yang kemudian dikenal sebagai Mbah Kaliagung di Gresik), Syayyid Silbani, dan Syayyid Laduni. Perjalanan mereka ke Nusantara disebut-sebut atas petunjuk Syayyid Abdulmajid yang mendapatkan ilham untuk mengarahkan mereka berguru kepada Syekh Ali Rahmatullah atau Sunan Ampel di Padepokan Ampel Delta, Surabaya.

Dalam proses pembangunan Masjid Agung Sunan Ampel yang rampung pada 1421 Masehi, Mbah Shonhaji mendapat tugas penting dari gurunya yakni menentukan arah kiblat dan letak pengimaman. Pengalaman Shonhaji sebagai nakhoda kapal membuatnya dipandang menguasai ilmu perbintangan dan falak, kemampuan penting untuk menentukan arah kiblat secara presisi.

Namun, setelah pembangunan selesai sempat muncul keraguan dari sebagian masyarakat, bahkan termasuk dari gurunya sendiri. “Apakah benar arah pengimaman ini menghadap ke kiblat?” begitu pertanyaan yang beredar.

Alih-alih marah atau tersinggung, Mbah Bolong merespons dengan tindakan yang mengejutkan. Dia menghunjamkan jarinya ke dinding barat masjid hingga tembus dan membuat sebuah lubang. Kepada para peragu, dia berkata, “Lihatlah ke dalam lubang ini, kalian akan tahu apakah arah pengimaman sudah sesuai kiblat.”

Orang-orang yang mengintip melalui lubang itu mengaku melihat Kakbah di Kota Mekkah. Sejak peristiwa itu, masyarakat mulai menghormatinya dan menjulukinya sebagai Mbah Bolong, istilah dalam bahasa Jawa yang berarti “Orang berlubang”, merujuk pada lubang yang dibuatnya di dinding masjid.

Hingga kini, makam Mbah Bolong dapat ditemukan di bagian depan Masjid Agung Sunan Ampel. Banyak peziarah yang datang setiap hari, sebagian di antaranya meyakini bahwa bertawassul melalui Mbah Bolong dapat membantu menyembuhkan anak-anak yang nakal atau sulit diatur.Cerita tentang Mbah Bolong tak lepas dari kisah karamah para tokoh spiritual lain di kawasan tersebut. Sunan Ampel sebagaimana disebut dalam tradisi lisan dikenal memiliki murid lain yang juga masyhur yakni Mbah Soleh.

Konon, Mbah Soleh pernah meninggal dunia sebanyak 9 kali dan dimakamkan di 9 lokasi berbeda dalam kompleks Masjid Sunan Ampel.

Meski kisah-kisah ini sarat dengan elemen legenda, kehadiran mereka menjadi bagian penting dari narasi sejarah Islam di Jawa, khususnya di Surabaya. Tradisi ziarah ke makam-makam para wali dan ulama terus hidup hingga kini memperkuat ikatan spiritual umat dengan tokoh masa lalu yang dianggap telah berjasa menyebarkan ajaran Islam di Nusantara.

Topik Menarik