Selat Hormuz Ditutup, Harga Minyak Mentah Bakal Jadi Berapa?
Selat Hormuz menjadi sorotan di tengah eskalasi konflik Iran–Israel, setelah serangan militer Amerika Serikat (AS) terhadap tiga fasilitas nuklir utama Iran-Fordow, Natanz, dan Isfahan. Merespons serangan AS, Iran membuka peluang memblokir Selat Hormuz yang sering disebut sebagai "urat nadi arteri energi dunia".
Satu hal yang sudah pasti terjadi adalah harga minyakmentah Brent naik dari USD65 per barrel di awal Juni menjadi USD73 di pertengahan Juni 2025. Setelah Israel menyerang Iran pada tanggal 13 Juni 2025, harga minyak mentah langsung bergejolak.
Baca Juga: Harga Minyak Mendidih Imbas Perang Iran-Israel, Eropa Batalkan Sanksi Baru ke Rusia
Jika fasilitas migas menjadi target perang, Mantan Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) tahun 2016, Arcandra Tahar mengutarakan, maka akan ada sekitar 3,3 juta bopd produksi minyak mentah dan sekitar 2 juta bopd ekspor dari Iran yang terhenti.
"Artinya sekitar 3 suplai minyak mentah dunia akan terganggu. Seperti yang kita tahu Iran mempunyai cadangan minyak no 8 di dunia sementara untuk cadangan gas no 4," tulis Arcandra.Selanjutnya sekitar 20 ekspor minyak mentah dan 20 ekspor LNG melewati Selat Hormuz. Kalau Iran menutup Selat Hormuz, maka dapat dibayangkan apa yang terjadi terhadap harga minyak dan LNG ke depan.
"Ada yang berspekulasi bahwa harga minyak mentah bisa naik di atas USD90 per barrel," ungkapnya.
Analis memperingatkan keadaan bisa dengan cepat berubah buruk bagi pasar minyak dan ekonomi global, jika muncul tanda-tanda konkret peningkatan ketegangan di sekitar Selat Hormuz.
"Jika titik choke ekonomi yang penting ini ditutup, gangguan semacam itu akan mendorong harga minyak menuju USD100 per barel, atau bahkan lebih tinggi," tulis Joe Brusuelas, kepala ekonom untuk RSM US, dalam sebuah catatan kepada investor.
Sebelumnya JP Morgan mengatakan skenario ekstrem, di mana konflik meluas ke wilayah sekitarnya dan termasuk penutupan Selat Hormuz, dapat menyebabkan harga minyak melonjak menjadi USD120 hingga USD130 per barel. Goldman Sachs juga menerangkan, bahwa premi risiko geopolitik sekitar USD10 per barel ada benarnya, mengingat pasokan Iran yang lebih rendah dan risiko gangguan yang lebih luas dapat mendorong minyak mentah Brent di atas USD90/barel.
"Meskipun ketegangan di Timur Tengah mungkin mereda dalam beberapa hari ke depan, harga minyak kemungkinan tidak akan kembali ke kisaran rendah USD60 yang sempat dicapai sebulan lalu," kata Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group.
Sementara itu Menteri Luar Negeri Irak, Fuad Hussein mengatakan, harga minyak dunia dapat melonjak antara USD200 hingga USD300 per barel. Baca Juga:Perang Israel-Iran Pecah, Harga Minyak Mentah Mendidih Naik Tembus 5 Persen
"Jika operasi militer terjadi, yang secara signifikan akan meningkatkan tingkat inflasi di negara-negara Eropa dan mempersulit ekspor minyak bagi negara-negara penghasil seperti Irak," ungkap Fuad Hussein.
Penutupan Selat Hormuz, sebagai sebuah jalur transportasi utama, bisa "mengakibatkan hilangnya sekitar lima juta barel per hari dari pasokan minyak Teluk dan Irak di pasar global," ucap menteri luar negeri Irak itu.
Selat Hormuz menjadi jalur maritim paling krusial di mana sekitar 20 pasokan minyak dunia mengalir melewatinya.










