Pentingnya Budi Daya Rumput Laut Berkelanjutan dan Pelestarian Terumbu Karang

Pentingnya Budi Daya Rumput Laut Berkelanjutan dan Pelestarian Terumbu Karang

Nasional | sindonews | Senin, 23 Juni 2025 - 21:58
share

Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) bersama Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang dan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Nusa Tenggara Timur menggelar diskusi dan seminar dengan tema Sinergi Budi Daya Rumput Laut Berkelanjutan dan Pelestarian Terumbu Karang di Bali, 11-12 Juni 2025. Forum ini mempertemukan perwakilan pemerintah, peneliti, akademisi, LSM, dan praktisi di bidang rumput laut.

Budi daya rumput laut, terumbu karang, padang lamun, mangrove, dan aktivitas wisata laut berada dalam satu ekosistem yang saling terhubung. Tekanan dari aktivitas manusia sejak lama, seperti pembangunan pesisir, penangkapan ikan yang merusak, dan aktivitas pariwisata yang tidak berkelanjutan, berdampak pada pertumbuhan rumput laut dan kesehatan terumbu karang.

Sangat penting untuk mengembangkan rumput laut secara berkelanjutan. Dengan kata lain, proses produksi atau budi daya rumput laut harus memperhatikan aspek ekologi untuk menjamin keberlanjutan produksi. Baca juga:Sumber Cuan Baru, Hilirisasi Rumput Laut Punya Potensi Rp193,3 Triliun

“Padang lamun, mangrove, terumbu karang adalah satu habitat vital di pesisir. Keberadaannya penting demi kelangsungan hidup rumput laut. Pada praktiknya masih banyak pembudidaya rumput laut yang belum tahu akan hal ini, dan cenderung menghilangkannya. Penting untuk terus mengedukasi kepada para pembudidaya rumput laut untuk melestarikan tiga ekosistem ini,” kata Kepala BKKPN Kupang Imam Fauzi.

Imam menambahkan ada pembelajaran baik yang dilakukan YKAN bersama mitra di Desa Oelolot dan Mbueain di Kabupaten Rote Ndao. Di sana pembudidaya rumput laut didampingi dan diberikan pemahaman untuk tetap menjaga padang lamun, mangrove, dan terumbu karang. ”Ternyata dengan mempertahankan keberadaan tiga ekosistem ini, menjadikan proses berkembang biak rumput laut bisa lebih cepat dan hasil yang didapat menjadi maksimal,” ujarnya.Ketersediaan bibit dengan kualitas baik, juga akan mendukung keberlanjutan budi daya rumput laut. Bibit rumput laut perlu disediakan dengan mempertimbangkan aspek geografis dan potensi wilayah setempat. Untuk menjamin ketersediaan bibit rumput laut, perlu dibuat kebun bibit.

”Metodenya bisa dilakukan dengan pemilihan bibit dari hasil panen sebanyak maksimal 20 untuk dijadikan sumber bibit. Pemanfaatan kultur jaringan juga bisa dilakukan sebagai salah satu metode pembibitan, serta penggunaan spora untuk pengembangan bibit generatif,” kata peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Petrus Rani Pong Masak.

Dengan adanya kebun bibit juga akan membantu ketersediaan bibit rumput laut, tidak hanya saat kondisi normal, namun juga saat kondisi darurat, seperti bencana alam. Setelah Badai Seroja di 2021, terjadi kelangkaan bibit rumput laut. ”Namun kami bersyukur, kebun bibit yang kami kembangkan bersama YKAN dapat membantu mengatasi kelangkaan bibit rumput laut di desa-desa sekitar kami,” kata Albert Dethan dari Yayasan Pelita Kasih, Desa Oelolot, Kabupaten Rote Ndao.

Pada kesempatan tersebut juga mengemuka masalah pada budi daya rumput laut, yaitu penyakit. Contohnya adalah penyakit ice-ice. Penyebab primer penyakit rumput laut adalah lingkungan yang tidak mendukung.

”Biasanya ini terkait pencahayaan berlebih, suhu, salinitas, dan arus. Untuk penyebab sekundernya, bisa dari infeksi mikroorganisme atau pencemaran lainnya yang menyebabkan rumput laut stres,” jelas Wilson Lodewyk Tisera, akademisi dari Universitas Kristen Artha Wacana Kupang.Upaya untuk mengatasinya bisa lewat bermacam cara. Misalnya rotasi lokasi budi daya untuk memutus siklus penyakit, uji coba varietas rumput laut baru yang lebih tahan terhadap penyakit, serta pencatatan dan evaluasi kalender musim secara berkala untuk memahami pola dan waktu terbaik dalam budi daya serta pencegahan penyakit. Baca juga:Batu Karang Terbesar di Dunia Berusia 3 Abad Ditemukan, Segini Ukurannya

Aspek sains yang dikolaborasikan dengan pengalaman empiris di lapangan juga berkontribusi pada keberlanjutan budi daya rumput laut. Terkait hal ini, YKAN telah mengembangkan Best Management Practices (BMP), sebuah metode budi daya rumput laut yang mengintegrasikan bermacam cabang sains. Konsep ini dikembangkan bersama para pembudidaya, peneliti, serta mitra terkait lainnya, dengan demplot di Desa Oelolot dan Desa Mbueain di Kabupaten Rote Ndao.

BMP ini merupakan konsep menyeluruh budi daya rumput laut berkelanjutan melalui pemodelan kebun bibit, pemilihan bibit unggul, pemilihan lokasi budi daya ramah lingkungan, pembuatan penjemuran pasca panen sesuai Standar Nasional Indonesia juga membantu menghubungkan produk rumput laut dengan pasar yang peduli dengan lingkungan. ”Model ini juga telah direplikasi di desa-desa dampingan kami di Kabupaten Rote Ndao dan Kabupaten Sabu Raijua,” terang Manajer Program Laut Sawu YKAN Muhammad Zia Ul Haq.

Topik Menarik