Mengenal Haji Ma'ruf, Saudagar Madura yang Terpilih Menjadi Ketum HKI

Mengenal Haji Ma'ruf, Saudagar Madura yang Terpilih Menjadi Ketum HKI

Nasional | sindonews | Sabtu, 21 Juni 2025 - 06:57
share

Akhmad Ma'ruf Maulana terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum Himpunan Kawasan Industri Indonesia (HKI) 2025-2029 dalam Munas IX HKI di Jakarta. Seperti apa sosoknya?

Akhmad Ma'ruf Maulana akrab disapa Haji Ma'ruf. Dia lahir di Sumenep, Jawa Timur, 4 September 1969. Haji Ma'ruf pernah menjadi perantau yang bekerja serabutan. Usahanya tak sia-sia. Kini, dia sukses membangun ribuan hektare kawasan industri di Kepulauan Riau. "Saya (pengusaha) suka uang, tapi uang bukan segala-galanya. Saya itu nggak bisa diukur dengan uang," kata Ma'ruf, dikutip Sabtu (21/6/2025).

Pernyataan Haji Ma'ruf tersebut menarik, mengingat dirinya adalah seorang pengusaha kawasan industri besar di Indonesia. Wiraraja Group miliknya adalah kelompok perusahaan di sektor industri dan energi, yang punya peran strategis dalam lanskap industri energi nasional.

Haji Ma'ruf mengatakan, seperti kebanyakan orang, dirinya berangkat dari bukan siapa-siapa. "Saya anak Madura, hidup di lingkungan masyarakat yang bisa dikatakan budayanya cukup keras dan religius, saya lahir dari keluarga yang hidupnya pas-pasan, seperti banyak orang juga tahu bagaimana kebanyakan keluarga Madura di masa itu. Nah, dari situ saya punya keinginan untuk mengubah hidup."

Baca Juga: Akhmad Ma'ruf Maulana Terpilih sebagai Ketum HKI, Dorong Terbitnya UU Khusus Kawasan IndustriSebelum menjadi saudagar asal Madura, dia merantau ke berbagai daerah, dari Papua hingga Jakarta. "Bekerja menyambung hidup juga macam-macam yang saya jalani, mulai dari jadi buruh cuci mobil, sampai jadi kernet bus trayek Blok M-Ciputat," kenangnya.

Menurut Haji Ma'ruf, dari pengalaman tersebut, dia banyak sekali mendapat pengalaman dan wawasan. "Tapi intinya saya melihat keberhasilan orang itu dari disiplin atas kerja kerasnya. Saya sempat berpikir, 'Kenapa orang itu bisa ya?'. 'Apakah saya juga bisa?'. Itu yang membentuk saya. Bagi saya, kalau orang lain bisa, kita juga wajib bisa! Pasti! Tidak ada yang tidak mungkin," ujarnya.

Jauh sebelum dikenal sebagai pemilik kawasan industri di Batam, Kepulauan Riau, perjalanan bisnis Haji Ma'ruf bermula dari industri plastik berskala kecil, lalu berkembang jadi satu pabrik, yang kemudian terus bertambah.

Ketika krisis ekonomi datang menghantam, naluri bisnisnya datang menuntun. Ia melihat peluang untuk tidak hanya mengembangkan pabrik, tapi membuat satu kawasan industri. Lalu, ketika dunia mulai sibuk bicara energi bersih, ia membuat satu lagi terobosan besar.

"Saya menangkap peluang, akhirnya saya masuk ke industri energi bersih," katanya. Intinya, kata Haji Ma'ruf, dia melakukan sebuah perubahan di industri kita. "Tentunya tidak serta-merta meninggalkan sektor industri yang sudah ada. Jadi industri yang sudah ada kita tetap pertahankan, terus dikembangkan ke kawasan industri. Nah, dari situ kita ekspansi ke energi bersih."

Haji Ma'ruf menuturkan, perjalanannya juga tidak selalu mulus. Ada masa jatuh bangun yang juga ia lalui dalam perjalanannya sebagai seorang pengusaha. Dia mengenang apa yang menjadi titik balik terbaik dalam hidupnya.

"Mungkin tidak bisa saya ceritakan dalam satu malam. Tapi begini, ada masanya bisnis saya jatuh juga. Sebelumnya—apa pun, saya selalu dikasih sama Allah, minta anak dikasih, istri cantik dikasih, semua perusahaan berkembang, kemudian datang masa-masa sulit itu, saya berpikir apa yang salah dengan saya?"

Dia pun mencoba untuk introspeksi diri. Dia berusaha membenahi diri. "Saya minta selamat sama Allah. Bahkan saya menjual sebagian aset saya dan mulai aktif memberikan santunan kepada anak-anak yatim piatu. Ternyata justru dari situ saya menemukan sebuah arti hidup. Dan memang ternyata dalam berbisnis itu ada hak untuk anak-anak yatim piatu. Saya percaya sekali itu!" tegasnya.

Bahkan, kata dia, anak-anak yatim piatu itu dia sekolahkan. "Ketika tamat sekolah, saya beri kesempatan untuk masuk ke industri saya," katanya.Menurut Haji Ma'ruf, posisi Indonesia dalam industri energi dunia sangat bagus, mengingat belum lama ini Indonesia sudah membuka keran ekspor ke Singapura. Potensi ini sangat besar sebagai kekuatan ekonomi nasional terutama di Provinsi Kepulauan Riau. "Kebetulan, kita dapat kepercayaan dari pemerintah. Mulai dari hilirisasi pasir silika, sampai semikonduktor, kita dapat investasinya," ujarnya.

Menurutnya, hal itu harus dikawal, supaya segala perizinan dapat dipercepat dan dimudahkan. "Karena ada potensi yang sangat besar," katanya.

Dalam pidato pertamanya sebagai Ketua Umum HKI, ia menyampaikan pentingnya kolaborasi antara HKI dan pemerintah, khususnya Kementerian Perindustrian, dan beberapa kementerian lainnya untuk menciptakan iklim investasi yang lebih pasti dan kompetitif. Menurutnya, kawasan industri harus bisa menjadi penggerak perekonomian nasional berlandaskan nasionalisme, bukan semata mencari peruntungan. Menurutnya, arah kebijakan HKI sejalan dengan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto serta akan aktif mendukung Proyek Strategis Nasional (PSN).

Dia juga menekankan pentingnya membentuk Badan Kawasan Industri Nasional (BKIN) yang berada langsung di bawah pembinaan teknis Kementerian Perindustrian, serupa dengan peran Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Atau, ada Undang-Undang Kawasan Industri, karena ada ratusan anggota HKI yang investasinya bukanlah sedikit, melainkan mencapai ribuan triliun.

"Kawasan industri membutuhkan payung hukum khusus. Dengan begitu, pelaku pengusaha HKI bukan hanya membangun kawasan industri tetapi juga pemilik industri di dalamnya," ujarnya.

Dia juga mengamini apa yang diucapkan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam Munas IX HKI. "Pak Haji (Ma'ruf), saya kira tugasnya untuk menakhodai HKI ke depan tidak akan semakin mudah. Filosofi tongkat estafet itu adalah keberlanjutan, kontinuitas yang tidak boleh terputus," kata Agus.

Topik Menarik