Waspadai Propaganda Kelompok Garis Keras di Tengah Konflik Global

Waspadai Propaganda Kelompok Garis Keras di Tengah Konflik Global

Nasional | sindonews | Rabu, 18 Juni 2025 - 22:49
share

Di tengah meningkatnya eskalasi konflik global seperti antara Iran-Israel, Palestina-Israel, India-Pakistan, dan konflik berkepanjangan di Suriah, berbagai narasi bermunculan di ruang publik dan media sosial. Sayangnya, situasi ini kerap dimanfaatkan oleh kelompok garis keras untuk menyebarkan propaganda, ideologi ekstrem, hingga melakukan perekrutan dan penggalangan dana.

Hal tersebut diungkapkan oleh Arif Budi Setyawan, mantan narapidana kasus terorisme yang kini aktif dalam upaya pencegahan ekstremisme. Menurut Arif, konflik di Timur Tengah tidak semata-mata didasari oleh alasan agama, namun juga dipengaruhi oleh kepentingan politik, ekonomi, dan ideologi tertentu.

"Perang itu punya motif politik dan ekonomi. Perang butuh energi, pasukan, dan motivasi yang kuat. Agama memang sering dijadikan pemicu, tapi itu bukan alasan utama," ungkap Arif dalam pernyataannya, Rabu (18/6/2025).

Arif menyoroti pentingnya berpikir kritis dalam menghadapi informasi, khususnya narasi bernuansa ekstrem yang kerap tersebar di media sosial. Ia mengingatkan bahwa masyarakat perlu mencermati tujuan dari setiap narasi yang muncul agar tidak mudah terprovokasi.

"Narasi itu arahnya ke mana? Kita harus mempertanyakan apakah itu berdampak positif atau justru memecah belah kehidupan berbangsa dan bernegara," ujar pria asal Tuban, Jawa Timur tersebut.Sebagai mantan simpatisan Jamaah Islamiyah yang kini menjadi penulis dan pembicara di berbagai forum internasional, Arif menilai bahwa kelompok ekstrem sering menyederhanakan konflik menjadi wacana hitam-putih. Hal ini, menurutnya, menutup ruang dialog dan memperburuk polarisasi sosial. Ia mencontohkan narasi kelompok ISIS yang membungkus agenda politik dengan dalih penegakan syariat, serta mantan jaringan Jamaah Islamiyah yang mendorong ide “jihad global”.

"ISIS tidak benar-benar membela Islam, tapi mengejar kekuasaan dan pengaruh global. Itu bagian dari permainan geopolitik internasional," kata Arif yang juga menulis buku Internetistan: Jihad Zaman Now.

Ia juga mengingatkan masyarakat untuk berhati-hati dalam menyalurkan simpati terhadap konflik internasional. Menurutnya, mendukung perjuangan kemanusiaan sah-sah saja, tetapi harus dilakukan melalui jalur legal dan lembaga yang terverifikasi. Jika tidak, dikhawatirkan masyarakat akan terjebak dalam pola perekrutan ekstrem, seperti fenomena hijrah ke Suriah yang terjadi beberapa tahun silam.

"Kalau konflik negara disikapi secara personal lalu mengirim kader, itu bisa berujung seperti kasus ISIS. Penting untuk menyelaraskan empati kita dengan kebijakan resmi negara," kata Arif.

Topik Menarik