3 Alasan Sistem Iron Dome Israel Tak Berdaya Bendung Rudal-rudal Iran
Keampuhan sistem pertahanan udara Iron Dome (Kubah Besi) Israel kembali dipertanyakan setelah tak berdaya membendung gelombang serangan rudal dan drone Iran sejak perang dimulai 13 Juni 2025. Sejak pertempuran pecah, Teheran telah meluncurkan lebih dari 270 rudal dan drone yang membombardir sejumlah kota penting Israel.
Di Tel Aviv, rudal dan drone Iran menghantam berbagai fasilitas, termasuk markas besar Pasukan Pertahanan Israel (IDF) atau Pentagon-nya Israel.
Di Haifa, sejumlah misil dan drone Iran menghantam pembangkit listrik dan kilang minyak utama Israel. Serangan ini memicu ledakan dan kebakaran hebat yang mengganggu pasokan energi sipil dan bahan bakar untuk operasional jet-jet tempur militer Zionis.
Baca Juga: Jenderal Iran: Pakistan Bakal Jatuhkan Bom Nuklir di Israel Jika...
Di Rehovot, salah satu serangan rudal Iran menghantam Weizmann Institute di Rehovot. Lembaga itu merupakan pusat penelitian dan pengembangan senjata canggih Israel. Lembaga tersebut juga disebut-sebut sebagai pusat riset nuklir rahasia Israel.
3 Alasan Utama Iron Dome Israel Tak Berdaya Bendung Rudal Iran
1. Serangan Jenuh (Saturation Attack)
Iran tidak hanya meluncurkan satu-dua rudal, melainkan dalam volume besar sekaligus.Menurut laporan Associated Press dan The Guardian, lebih dari 270 rudal dan drone ditembakkan secara simultan ke berbagai wilayah Israel. Iron Dome, yang dirancang untuk mengintersepsi rudal jarak pendek secara selektif, tidak mampu mengatasi serangan dalam jumlah sebanyak itu.
Faktanya, Iron Dome hanya mampu menangani sejumlah target terbatas dalam satu waktu. Bila jumlah rudal musuh melebihi kapasitas peluncur dan radar, sistem tersebut menjadi kelebihan beban dan sebagian rudal musuh akan lolos dari intersepsi.
Sistem Iron Dome bergantung pada persediaan interseptor Tamir—rudal pencegat dengan biaya sekitar USD 40.000 hingga USD50.000 per unit. Jika serangan berlangsung lama, sistem ini bisa kehabisan amunisi, apalagi bila harus menembak ratusan rudal dan drone dalam waktu singkat.
2. Rudal Canggih Iran Gunakan Teknologi MaRV dan Hipersonik
Iran tidak hanya mengandalkan rudal konvensional. Mereka meluncurkan rudal balistik berpemandu seperti misil Haj Qassem dan Qassem Bassir yang dilengkapi teknologi MaRV (Maneuverable Reentry Vehicle)—mampu bermanuver di fase akhir penerbangan. Bahkan, rudal hipersonik Fattah-1 juga diduga digunakan Iran, melesat dengan kecepatan antara Mach 13 hingga Mach 15, membuat reaksi pertahanan Iron Dome menjadi hampir mustahil.Sekadar diketahui, rudal dengan teknologi MaRV dapat mengubah arah secara tiba-tiba, membuat Iron Dome kesulitan memprediksi jalur lintasannya. Kecepatan hipersonik juga memperpendek waktu deteksi dan respons, sehingga meningkatkan peluang lolos misil Iran dari intersepsi.
3. Iron Dome Bukan Tandingan Rudal Balistik Jarak Menengah
Perlu diketahui pula bahwa sistem pertahanan Iron Dome bukan dirancang untuk menghadapi rudal balistik atau rudal jarak menengah. Sistem ini awalnya dikembangkan untuk melindungi wilayah Israel dari roket buatan tangan dan rudal jarak pendek seperti roket Qassam atau Katyusha.Rudal jarak menengah seperti Haj Qassem dengan jangkauan 1.200 km jelas melewati batas teknis Iron Dome.
Untuk ancaman rudal balistik jarak menengah, Israel mengandalkan sistem lain seperti David’s Sling, Arrow 2 dan Arrow 3, serta sistem pertahanan udara THAAD milik Amerika Serikat, yang kemungkinan belum dikerahkan penuh atau tidak cukup cepat merespons serangan gelombang rudal pertama Iran.