Arab Saudi dan Qatar Jadi Tuan Rumah Babak 4: Sengaja Diloloskan ke Piala Dunia 2026?
Penunjukan Qatar dan Arab Saudi sebagai tuan rumah babak keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia menuai sorotan tajam. Banyak pihak menilai keputusan Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) ini tak netral, bahkan dinilai membuka jalan mulus bagi dua negara kaya tersebut menuju putaran final Piala Dunia.
Media Vietnam, Soha.vn, tak ragu menyebut keputusan AFC sebagai “kontroversial” dan bisa merugikan tim-tim lain, termasuk Timnas Indonesia. "Peluang Indonesia ke Piala Dunia makin menipis secara signifikan," tulis mereka dalam laporannya.
Babak keempat ini akan digelar pada 8–14 Oktober 2025. Tidak ada sistem kandang-tandang di fase ini, hanya pertandingan round-robin satu kali per lawan. Artinya, keuntungan sebagai tuan rumah bisa jadi penentu hasil akhir. Dan AFC memutuskan: semua laga hanya digelar di dua negara yang juga peserta, yakni Qatar dan Arab Saudi.
Baca Juga: Pembagian POT dan Jadwal Lengkap Babak 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia
Penunjukan tuan rumah diumumkan pada 13 Juni 2025, meski sebelumnya banyak federasi lain mengajukan diri atau bahkan meminta laga dimainkan di tempat netral. Irak dan Uni Emirat Arab sempat melayangkan protes resmi. Federasi Sepak Bola Oman juga menyuarakan pentingnya transparansi dan netralitas. Namun semua suara itu tak diindahkan.Soha.vn menyebut, “Memainkan dua pertandingan di kandang sendiri adalah keuntungan besar bagi Qatar dan Arab Saudi untuk mengunci puncak grup.”
View this post on InstagramKebetulan (atau justru tidak?), keduanya adalah tim unggulan dan ditempatkan di pot atas dalam undian yang akan dilakukan pada 17 Juli. Jika mereka menang dua kali, otomatis langsung lolos ke Piala Dunia 2026 di Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko.
Indonesia dalam Posisi Sulit
Timnas Indonesia, salah satu kontestan di babak keempat, praktis dirugikan. Skuad Garuda memiliki catatan buruk saat bertandang. Di fase sebelumnya, dari lima laga tandang, hanya dua poin yang bisa diraih. Sementara semua kemenangan diraih di Stadion Gelora Bung Karno.3 Kali Runner-Up di Turnamen Super 500, Putri KW Bidik Gelar Juara di Indonesia Masters 2026
“Bagi Indonesia, bermain di kandang lawan adalah tantangan besar. Semua kemenangan hanya terjadi di tanah suci mereka sendiri, GBK,” tulis Soha.vn.
Kini, dengan semua laga diadakan di "rumah orang", peluang Indonesia otomatis semakin berat. Bersama Irak, Oman, dan UEA, mereka harus melawan bukan hanya lawan, tetapi juga atmosfer stadion dan tekanan publik tuan rumah.
Ketika semua negara meminta keadilan, AFC justru menunjuk dua negara yang memiliki kekuatan finansial besar dan pengaruh kuat di sepak bola Asia. Meski Indonesia juga mengajukan diri, mereka kalah dalam pemilihan yang disebut sejumlah media sebagai “proses tanpa transparansi.”
Ketua Umum PSSI Erick Thohir mencoba meredam polemik. Ia menyatakan, “Kami menghormati dan menyambut baik keputusan AFC... Kami percaya pertandingan akan berlangsung secara fair, profesional, dan menjunjung tinggi semangat sportivitas.”Namun di luar pernyataan resmi, fakta di lapangan berkata lain. Dalam sepak bola, menjadi tuan rumah bukan sekadar fasilitas, tapi juga soal atmosfer, wasit, hingga detail-detail kecil yang bisa mengubah hasil akhir.
Jalan Mulus Dua Raksasa Teluk
Arab Saudi dan Qatar telah berinvestasi besar dalam sepak bola. Qatar sukses menggelar Piala Dunia 2022, sementara Arab Saudi membangun liga domestik bertabur bintang. Kini keduanya hanya perlu dua kemenangan di kandang sendiri untuk mengamankan tiket ke turnamen terbesar sejagat.Maka tak berlebihan jika muncul pertanyaan: apakah AFC secara tidak langsung membuka jalan bagi dua negara Teluk ini untuk “diloloskan” ke Piala Dunia?
Sementara tim-tim lain—termasuk Indonesia—harus berjuang dari titik paling sulit, di lapangan yang bukan milik mereka.










