Pecah Perang Iran vs Israel, Harga Minyak Mentah Bisa Tembus USD90 per Barel

Pecah Perang Iran vs Israel, Harga Minyak Mentah Bisa Tembus USD90 per Barel

Ekonomi | sindonews | Minggu, 15 Juni 2025 - 07:00
share

Para analis Wall Street memperingatkan bahwa harga minyak mentah diprediksi bisa tembus hingga USD90 per barel, jika perang Israel-Iran meluas secara dramatis. Seperti diketahui setelah Israel melayangkan serangan terhadap Iran, harga minyak dunia langsung merangkak naik 7 pada Jumat, lalu.

Akhir pekan kemarin, kontrak berjangka West Texas Intermediate (CL=F) dan minyak mentah internasional Brent ditutup masing-masing pada posisi USD72,98 dan USD4,23 per barel. Serangan Israel ke Iran memicu lonjakan harga lebih dari 13.

Analis Goldman Sachs memperkirakan, konflik Israel-Iran bakal mengganggu pasokan Iran sebanyak 1,75 juta barel per hari selama enam bulan, yang sebagian hanya dapat diimbangi oleh peningkatan output dari produsen lain di dalam Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+).

Baca Juga: Perang Israel-Iran Pecah, Harga Minyak Mentah Mendidih Naik Tembus 5 Persen

"Kami memperkirakan bahwa Brent akan melonjak ke posisi puncak, atau sedikit di atas USD90/per barel. Akan tetapi akan turun kembali ke kisaran USD60-an pada 2026 seiring pemulihan pasokan Iran," tulis Daan Struyven dan timnya dari Goldman Sachs. Risiko kenaikan berikutnya akan tergantung pada sejauh mana respons Iran terhadap serangan Israel terhadap program nuklirnya. Konflik yang lebih luas dengan melibatkan produsen regional atau penutupan Selat Hormuz —dimana sekitar 20 aliran minyak global melalui wilayah ini— dapat mendorong harga naik sebsar 35 dari level saat ini.

“Berdasarkan analisis kami sebelumnya, kami memperkirakan bahwa harga minyak dapat melebihi USD100/barel dalam skenario tail ekstrem dari gangguan yang berkepanjangan,” tulis tim Goldman.

Sebelum serangan Israel, analis JPMorgan telah memprediksi bahwa Brent dapat mencapai posisi USD120 per barel dalam skenario terburuknya. Namun, kedua perusahaan melihat penutupan Hormuz sebagai skenario yang tidak mungkin, dan setiap pergerakan harga naik diperkirakan hanya akan sementara.

“Zona nyaman kami tetap pada harga minyak di kisaran USD60-65, karena kenaikan yang berkelanjutan bisa berdampak parah pada inflasi, membalikkan membaiknya harga konsumen di AS dalam beberapa bulan terakhir,” tulis Natasha Kaneva dari JPMorgan.

Ada risiko menekan permintaan, menjadi faktor pembatas utama. "Masalahnya adalah konsumen tidak benar-benar mampu membayar harga itu. Jadi permintaan akan turun secara signifikan," kata analis energi Hedgeye Risk Management, Fernando Valle, kepada Yahoo Finance. "Biasanya, tidak butuh waktu lama setelah bentrokan awal ini sebelum semua itu berbalik," sambungnya.

Serangan Israel

Asap mengepul ke udara setelah adanya ledakan di Teheran, Iran, pada Jumat, 13 Juni 2025. Israel menyerang ibu kota Iran pada Jumat pagi, dengan ledakan mengguncang seluruh Teheran.

Baca Juga: Rakyat Israel Tak Bisa Tidur Nyenyak, Sirene Selalu Berbunyi Sepanjang Malam

Dalam sebuah surat kepada PBB, Iran menggambarkan serangan tersebut sebagai "pernyataan perang." Teheran juga meluncurkan serangan drone ke Israel, yang dianggap oleh beberapa orang sebagai awal dari serangan misil yang lebih parah.

Presiden Trump mendesak Iran untuk "membuat kesepakatan" mengenai program nuklirnya untuk menghindari konflik lebih lanjut, dalam sebuah postingan di media sosial. "Lakukan Saja, Sebelum Terlambat," tulisnya.

Topik Menarik