Supercomputer Opta Bocorkan Pemenang Final Liga Champions 2024/2025, PSG atau Inter Milan?

Supercomputer Opta Bocorkan Pemenang Final Liga Champions 2024/2025, PSG atau Inter Milan?

Olahraga | sindonews | Sabtu, 31 Mei 2025 - 06:47
share

Paris Saint-Germain (PSG) danInter Milan akan beradu kekuatan saat bentrok pada laga final Liga Champions 2024/2025 di Allianz Arena, Minggu (1/6/2025) dini hari WIB. Laga akbar ini bukan hanya sekadar perebutan trofi, tetapi juga pertaruhan ambisi, sejarah, dan pembuktian supremasi sepak bola Eropa.

Kedua tim sama-sama memiliki kenangan pahit sebagai runner-up dalam lima tahun terakhir. PSG takluk dari Bayern Muenchen di final 2020, sementara Inter harus mengakui keunggulan Manchester City pada 2023. Kini, takdir mempertemukan mereka dalam sebuah laga yang diprediksi akan menyajikan drama dan tensi tinggi, bahkan melebihi ekspektasi banyak pihak yang sebelumnya menjagokan duel PSG kontra Barcelona.

Perjalanan PSG sepanjang musim ini cukup impresif, bahkan bisa dibilang sebagai tim dengan performa terbaik di Eropa. Tim besutan Luis Enrique datang ke Muenchen dengan ambisi meraih treble bersejarah, setelah mengamankan gelar Ligue 1 dan Coupe de France.

Baca Juga:Prediksi PSG vs Inter Milan: Mimpi Treble atau Tradisi Eropa Bicara?

Statistik berbicara banyak mengenai ketajaman lini serang PSG. Dari lima liga top Eropa, hanya Barcelona (174 gol) yang mampu mencetak lebih banyak gol di semua kompetisi (147 gol). Bahkan, catatan expected goals (xG) PSG (142,5) hanya sedikit di bawah Blaugrana (145,3). Dominasi mereka di area penalti lawan juga mencolok, dengan catatan tembakan (1074), tembakan tepat sasaran (450), dan peluang besar (280) yang menempatkan mereka di puncak klasemen. Hanya Manchester City (2239) yang memiliki sentuhan lebih banyak di kotak penalti lawan (2207).

Luis Enrique sendiri memiliki rekam jejak gemilang di Liga Champions, pernah mengangkat trofi bergengsi ini bersama Barcelona pada 2015. Kini, ia berpeluang menjadi pelatih keenam yang meraih gelar Liga Champions dengan dua klub berbeda, mengikuti jejak nama-nama besar seperti Carlo Ancelotti, Ottmar Hitzfeld, Jupp Heynckes, Jose Mourinho dan Pep Guardiola.

Baca Juga:Link Live Streaming Final Liga Champions! Keseruan PSG vs Inter di VISION+

Lebih istimewa lagi, jika PSG juara, Enrique akan menjadi pelatih kedua setelah Guardiola yang mampu meraih treble dengan dua tim yang berbeda. Sebuah pertanda baik bagi PSG? Saat Enrique meraih treble bersama Barca 10 tahun lalu, mereka mengalahkan tim Italia (Juventus) di final. Musim ini, PSG mencatatkan rekor impresif dengan 10 kemenangan dan 33 gol di kompetisi Eropa, terbanyak di antara kontestan lainnya.

Mereka juga mencatatkan rata-rata tembakan per pertandingan tertinggi (18,6) di Liga Champions sejak Opta mulai mencatat data ini pada musim 2003-2004.

Inter: Benteng Kokoh dengan Kiper Kelas Dunia

Namun, Inter Milan bukanlah lawan yang bisa dianggap enteng. Seperti yang mereka tunjukkan dalam kemenangan dramatis atas Barcelona di semifinal, Nerazzurri memiliki pertahanan solid yang sulit ditembus.Keberhasilan Inter di Liga Champions musim ini dibangun di atas fondasi pertahanan yang kokoh. Mereka mencatatkan delapan clean sheet, terbanyak di antara tim lain, dan hanya kebobolan 11 gol, enam di antaranya terjadi di semifinal kontra Barca.

Kiper Yann Sommer menjadi salah satu kunci solidnya pertahanan Inter. Berdasarkan kualitas tembakan tepat sasaran yang dihadapi (xGOT), Sommer tercatat sebagai kiper yang paling banyak mencegah gol (+5,9). Ia juga memimpin daftar kiper dengan clean sheet terbanyak (tujuh) dan mencatatkan penyelamatan terbanyak ketiga (48), hanya kalah dari Thibaut Courtois (52) dan Emiliano Martínez (49).

Baca Juga:Malaysia Tolak Lawan Timnas Indonesia di Laga Uji Coba, Ada Apa?

Meskipun menghadapi tekanan dengan 214 tembakan ke arah gawangnya (tertinggi di turnamen), kualitas pertahanan Inter patut diacungi jempol. Catatan expected goals conceded (xGC) mereka yang hanya 17,3 menunjukkan bahwa mereka mampu membatasi lawan untuk menciptakan peluang berkualitas tinggi, dengan rata-rata xG per tembakan yang dihadapi hanya 0,08.

Solidnya pertahanan Inter tercermin dari persentase waktu mereka tertinggal dalam pertandingan Liga Champions musim ini, hanya 1,2 persen dari total waktu bermain. Mereka hanya tertinggal dalam tiga pertandingan, dan itupun tidak pernah lebih dari 370 detik.Namun, Inter tidak hanya mengandalkan pertahanan rapat. Mereka juga mampu menunjukkan ketajaman di lini depan dengan mencetak 26 gol Liga Champions musim ini, menyamai rekor gol terbanyak mereka dalam satu musim kompetisi Eropa (2002-2003). Inter juga berpotensi menjadi tim ketiga yang mencetak minimal dua gol di setiap laga babak gugur hingga final, setelah Real Madrid (1959-1960) dan AC Milan (1993-1994).

Duel Bintang di Lini Depan

Final ini juga akan menjadi panggung bagi para penyerang top Eropa. Ousmane Dembele tampil memukau untuk PSG dengan terlibat langsung dalam 12 gol Liga Champions (delapan gol, empat assist), terbanyak bagi pemain PSG dalam satu musim. Sementara itu, Lautaro Martinez menjadi motor serangan Inter dengan mencetak gol di babak 16 besar, perempat final, dan semifinal.

Martinez berambisi menjadi pemain Inter pertama yang mencetak 10 gol dalam satu musim kompetisi Eropa. Meskipun memiliki sejarah panjang di kompetisi Eropa, ini akan menjadi pertemuan kompetitif pertama antara Inter dan PSG. Final ini juga menjadi debut pertemuan taktik antara Luis Enrique dan Simone Inzaghi.

Inter memiliki sedikit keunggulan dalam pengalaman di final Eropa, dengan tujuh penampilan dan tiga gelar juara. Namun, mereka kalah dalam final terakhir mereka melawan Manchester City pada 2023. PSG sendiri baru akan menjalani final Liga Champions kedua mereka.

Menariknya, supercomputer Opta memberikan keunggulan tipis kepada PSG. Dalam 10.000 simulasi pra-pertandingan, PSG keluar sebagai pemenang dalam 44,6 persen skenario dalam waktu 90 menit, sementara Inter hanya 29 persen.

Sisanya, 26,4 persen pertandingan berlanjut ke perpanjangan waktu dan berpotensi adu penalti. Secara keseluruhan, model Opta memfavoritkan PSG untuk mengangkat trofi dengan peluang 56,6 persen, berbanding 43,4 persen untuk Inter.

Topik Menarik