Kisah Candi Peninggalan Kerajaan Sriwijaya Jadi Pusat Pengajaran Agama Buddha

Kisah Candi Peninggalan Kerajaan Sriwijaya Jadi Pusat Pengajaran Agama Buddha

Nasional | sindonews | Jum'at, 30 Mei 2025 - 06:06
share

KERAJAAN Sriwijaya menjadi kerajaan besar di Pulau Sumatera. Lokasinya yang strategis menjadi tujuan para pedagang internasional antar negara. Belum lagi kekayaan alam yang dimiliki menjadikan Sriwijaya, menjulang sebagai kerajaan disegani di Nusantara yang kaya.

Kekayaan yang melimpah ini telah memungkinkan Kerajaan Sriwijaya melakukan transaksi jual beli di seluruh kawasan Asia Tenggara. Di masa Sriwijaya pula beberapa candi peninggalan sejarah terbangun dengan megah, meskipun memiliki karakteristik yang berbeda dengan bangunan candi peninggalan kerajaan-kerajaan di Pulau Jawa.

Baca juga: Misteri Bilik Gundik Perempuan dalam Kapal Kerajaan Sriwijaya

Sriwijaya berperan menjadi pelabuhan utama atau pintu masuk di wilayah Asia Tenggara, dengan memperoleh persetujuan dan perlindungan dari Kaisar China. Sriwijaya senantiasa mengelola jejaring perdagangan bahari dan menguasai urat nadi pelayaran dari China dan India.

Ekspansi kerajaan ini ke Jawa dan Semenanjung Malaya juga menjadikan Sriwijaya mengendalikan dua pusat perdagangan utama di Asia Tenggara. Berdasarkan observasi, diketahui ada temuan berupa reruntuhan candi-candi Sriwijaya di Thailand dan Kamboja, dikutip dari "Sriwijaya" karya Prof. Slamet Muljana.

Hal ini terjadi karena Maharaja Dharmasetu pada abad ke-7, konon pernah melancarkan agresi ke kota-kota pantai di Indochina, disebabkan mulai ramainya Pelabuhan Champa di sebelah timur Indochina dengan para pedagang.

Sriwijaya meneruskan dominasinya atas Kamboja, sampai raja Khmer Jayawarman II, pendiri kemaharajaan Khmer, memutuskan hubungan dengan Sriwijaya pada masa zaman yang sama.

Baca juga: 5 Prasasti Kutukan yang Berasal dari Kerajaan Sriwijaya

Di masa penghabisan masa abad ke-8 beberapa kerajaan di Jawa, di antaranya Tarumanegara dan Holing benar di bawah kekuasaan Sriwijaya. Menurut catatan, pada masa ini pula wangsa Sailendra bermigrasi ke Jawa Tengah dan berkuasa di sana.Letaknya yang strategis dari sisi perdagangan juga membuat Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat pengajaran agama Buddha Vajrayana, Sriwijaya menarik banyak peziarah dan sarjana dari negara-negara di Asia.

Di antaranya pendeta dari Tiongkok I-tsing, yang memperagakan lawatan ke Sumatera dalam perjalanan studinya di Universitas Nalanda, India, pada tahun 671 dan 695.

I-Tsing melaporkan bahwa Sriwijaya menjadi rumah untuk sarjana Buddha sehingga menjadi pusat pembelajaran agama Buddha.

Selain berita di atas, terdapat berita yang dibawakan oleh I Tsing, dinyatakan bahwa terdapat 1.000 orang pendeta yang berusaha bisa agama Budha pada Sakyakirti, seorang pendeta terkenal di Sriwijaya. Mereka belajar di wilayah Kerajaan Sriwijaya.

Kendati secara ekonomi dan militer kuat, namun tak banyak peninggalan sejarah yang dimiliki Kerajaan Sriwijaya. Hal ini berbeda dengan trah mereka dari Wangsa Sailendra yang berpindah ke Jawa Tengah yang banyak mendirikan peninggalan candi besar, seperti Candi Kalasan, Candi Borobudur, maupun Candi Sewu.

Tercatat, hanya ada beberapa candi-candi Buddha yang berasal dari masa Sriwijaya di Sumatera. Di antaranya Candi Muara Takus, Candi Muaro Jambi, dan Biaro Bahal. Akan tetapi tak seperti candi periode Jawa Tengah yang terbuat dari batu andesit, candi di Sumatera terbuat dari bata merah.

Topik Menarik