Pangeran William Mulai Terbuka untuk Memaafkan Harry, tapi Ada Syaratnya

Pangeran William Mulai Terbuka untuk Memaafkan Harry, tapi Ada Syaratnya

Gaya Hidup | sindonews | Minggu, 25 Mei 2025 - 07:00
share

Hubungan antara Pangeran William dan Pangeran Harry masih belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan yang nyata. Meskipun sejumlah laporan terbaru menyebutkan bahwa William mulai membuka diri terhadap kemungkinan memaafkan adiknya.

Namun, menurut berbagai sumber istana, jalan menuju rekonsiliasi tidak akan mudah. Terutama bagi Pangeran Harry dan Meghan Markle yang kini telah menetap di Amerika Serikat dan hidup jauh dari protokol kerajaan.

Sejak keputusan mereka mundur dari tugas-tugas kerajaan pada 2020, pasangan Duke dan Duchess of Sussex telah beberapa kali menimbulkan kontroversi melalui berbagai wawancara serta proyek media. Termasuk serial dokumenter Netflix dan buku memoar Spare.

Dilansir dari Marca, Minggu (25/5/2025), banyak dari pengungkapan tersebut berisi kritik tajam terhadap institusi kerajaan. Termasuk soal perlakuan tidak adil, konflik internal, hingga tuduhan rasisme terhadap anggota keluarga kerajaan.

Foto/Newsweek

Penampilan publik terbaru Harry dalam wawancara bersama BBC tampaknya memperburuk ketegangan yang sudah ada. Dalam wawancara itu, ia menyampaikan kekecewaan mendalam terhadap keputusan kerajaan Inggris mengenai pengurangan keamanan pribadinya, dan menyebut bahwa ayahnya, Raja Charles III, tidak lagi berbicara dengannya.

Walau Harry menyatakan keinginannya untuk berdamai, komentarnya justru dinilai menyakitkan, terutama bagi William. Meskipun kata “maaf” terdengar seperti awal yang baik, orang-orang terdekat keluarga kerajaan menegaskan bahwa kerusakan terbesar bukan sekadar pada reputasi, melainkan pada kepercayaan.

William sebagai penerus takhta selanjutnya diyakini tidak akan melangkah ke arah pemulihan hubungan jika tidak ada jaminan kuat dari Harry bahwa masalah internal keluarga tidak lagi akan diumbar ke publik.

“Saya rasa tidak ada satu pun anggota keluarga yang benar-benar mempercayainya saat ini. Dan di situlah letak masalahnya,” ujar seorang sumber kerajaan kepada Page Six.

“Permasalahannya adalah kepercayaan. Mereka merasa dikhianati oleh Harry dan Meghan, dan karena itu, meskipun ada peluang untuk memaafkan, melupakan sepenuhnya bukanlah sesuatu yang realistis,” tambahnya.

Ketidakpercayaan ini berakar dari sejumlah pengungkapan pribadi yang disampaikan Harry dan Meghan kepada media dunia. Mulai dari wawancara eksplosif dengan Oprah Winfrey, hingga tudingan rasisme yang menggemparkan publik global, semua itu telah meninggalkan luka mendalam di dalam tubuh monarki Inggris.

Sebagai Raja Inggris selanjutnya, William merasa posisinya dan masa depan kerajaan yang dijaganya telah terguncang oleh tindakan adiknya sendiri. Selain itu, sejumlah pengamat kerajaan menyebutkan bahwa William merasa frustrasi dengan sikap Harry yang hingga kini belum memberikan permintaan maaf langsung atas dampak yang ditimbulkan oleh berbagai pengakuan mereka.

Bagi William, permohonan maaf yang hanya bersifat retorika tanpa langkah nyata dianggap tidak cukup untuk memperbaiki hubungan yang telah rusak. Pangeran Wales diyakini hanya akan mempertimbangkan rekonsiliasi jika ada upaya sungguh-sungguh dari Harry berupa tindakan konkret, konsistensi dalam menjaga kerahasiaan keluarga, serta kesediaan untuk menunjukkan komitmen dalam jangka panjang.

Di tengah kebekuan hubungan ini, beredar pula kabar bahwa William tengah mempertimbangkan kemungkinan untuk meninjau kembali status gelar kerajaan yang dimiliki oleh Harry dan Meghan, termasuk gelar “His/Her Royal Highness” (HRH). Meski belum ada keputusan resmi, hal ini menunjukkan bahwa ketegangan yang belum terselesaikan dapat berdampak pada struktur dan simbol-simbol resmi monarki di masa depan.

William dipandang mengedepankan pendekatan yang lebih hati-hati dan strategis demi menjaga martabat serta stabilitas institusi kerajaan di mata publik. Ia tampaknya lebih memilih menunggu bukti nyata dari perubahan sikap Harry, daripada terburu-buru membuka pintu rekonsiliasi.

Topik Menarik