Serangan Besan Raja Buat Riwayat Kerajaan Singasari Tamat
Kertanagara Raja Singasari memimpin negaranya dengan congkak dan sombong. Sifat inilah yang membuatnya banyak tak disukai, bahkan oleh keluarga internal kerajaannya sendiri. Padahal kala itu memang Singasari tengah mencapai puncak kejayaan dan menjadi kerajaan besar di Pulau Jawa.
Tapi karena sifat dari sang raja sendiri membuatnya membayar mahal. Ia diserang oleh besannya sendiri Jayakatwang, berkuasa di wilayah Daha, Kediri, yang kala itu menjadi wilayah bawahan dari Kerajaan Singasari pasca lenyapnya Kerajaan Kediri era Kertajaya.
Kehancuran Kerajaan Singasari tak lepas dari kemauan keras Kertanegara untuk menuntaskan Ekspedisi Pamalayu, atau peristiwa semenanjung Melayu demi menyatukan nusantara. Kertanagara tak mau mendengarkan nasehat dari para pejabat lainnya setingkat mahamenteri, sehingga lengah dalam situs kondisi keamanan dalam negeri.
Ekspedisi Pamalayu atau penyerangan dan penaklukan Semenanjung Melayu oleh Kertanagara menjadi penanda awal bagaimana kehancuran Singasari. Saat itu Kertanagara mencoba menunjukkan eksistensinya dan membendung pengaruh kekuasaan Kekaisaran Mongol, yang hampir menguasai seluruh daratan di Asia, selain misi menyatukan nusantara.
Dikutip dari buku "Babad Tanah Jawi", dari Soedjipto Abimanyu dikutip SindoNews, Jumat (25/5/2025) mengisahkan ambisiusnya Kertanegara merealisasikan Ekspedisi Pamalayu membuat Kertanegara melupakan keamanan internal kerajaan. Pasukan - pasukan elite Kerajaan Singasari dikirimkan untuk mendukung ambisi penaklukan Pamalayu. Pasukan pun dikirim ke Sumatera di bawah pimpinan Kebo Anabrang pada 1275.
Kertanagara mengirimkan tentaranya melalui Pelabuhan Tuban dengan diantar oleh Mahisa Anengah Panji Angragani sampai di Pelabuhan Tuban. Pengiriman pasukan ini membuat pasukan yang tersisa di Singasari sangat sedikit, keamanan pun menjadi riskan bila mendapat serangan dari luar.
Mpu Raganata sang penasehat raja Kertanegara yang juga mahamenteri telah mengingatkan untuk tidak menyisakan pasukan yang banyak di internal Singasari. Sayang nasehat itu tak digubris sang raja. Mpu Raganata juga mengingatkan Kertanegara akan kemungkinan adanya balas dendam Raja Jayakatwang dari Kediri terhadap Kerajaan Singasari.
Tetapi sang raja yang terkenal angkuh dan congkak ini membuat saran Mpu Raganata tak ia pertimbangkan. Kertanegara berpendapat Jayakatwang tidak akan memberontak ke Singasari, karena ia berutang budi kepada dirinya raja Singasari.
Apalagi Jayakatwang memiliki hubungan keluarga dengan Kertanegara, yakni saudara sepupu sekaligus ipar dan besannya. Jayakatwang disebut Kertanegara sebagai bekas pengawal istana Kerajaan Singasari, yang diangkat sebagai Bupati di Gelang-gelang menjadikan hal mustahil melakukan penyerangan dan pemberontakan ke Kertanegara.
Sayang harapan Kertanegara tak sesuai kenyataan, Jayakatwang menyerang ibu kota kerajaan dari utara dan selatan. Sang Raja Kertanegara pun tewas saat tengah mengadukan ritual minum minuman keras (miras). Lengahnya kewaspadaan membuat Kertanegara dijegal oleh lawan-lawan politiknya, salah satu di antaranya Jayakatwang sendiri.
Kerajaan Singasari pun musnah tinggal nama, sang raja Kertanegara mati dan didarmakan sebagai candi yang dinamakan Candi Jawi. Konon di Candi Jawi ini pula abu jenazah Raja Singasari Kertanegara disimpan.