Profil Simon Tahamata, Legenda Belanda Keturunan Maluku Jadi Kepala Pemandu Bakat Timnas Indonesia?

Profil Simon Tahamata, Legenda Belanda Keturunan Maluku Jadi Kepala Pemandu Bakat Timnas Indonesia?

Olahraga | sindonews | Selasa, 20 Mei 2025 - 07:06
share

Nama Simon Tahamata dalam sejakap mampu menghebohkan penggemar sepak bola di Tanah Air. Ini tak lepas dari kabar yang menyebut jika legenda Ajax Amsterdam dan Timnas Belanda itu bakal menjadi Kepala Pemandu Bakat Timnas Indonesia.

Laporan ini pertama kali disampaikan jurnalis Belanda Dennie van Laar. Pada akun X pribadinya (@DennievanLaar), dia menulis bahwa Simon Tahamata tak akan Kembali ke Ajax, meskipun ia sudah lama mengharapkannya.

"Tetap tenang di klub. Kini tantangan besar baru menantinya, ia akan menjadi Ketua Bidang Kepanduan di Indonesia, di mana Patrick Kluivert menjadi pelatih nasional," tulis Dennie van Laar.

Tulisan van Laar merujuk dari laporan Voetbalprimeur. Dalam tulisannya media Belanda tersebut menyebut jika Simon Tahamata akan bekerja sama dengan pelatih nasional Patrick Kluivert, yang pada gilirannya akan dibantu asisten Denny Landzaat dan Alex Pastoor.

Dalam peran barunya, Tahamata akan bertanggung jawab untuk mencari bakat, baik di Indonesia sendiri maupun di antara pemain keturunan Indonesia di luar negeri, termasuk Belanda. Penunjukan ini sesuai dengan visi jangka panjang Persatuan Sepak Bola Indonesia yang berkomitmen pada pengembangan menuju Piala Dunia 2026. Meski demikian, hingga saat ini belum ada pernyataan resmi dari PSSI terkait kabar mengenai Simon Tahamata ini.

Profil Simon Tahamata

Simon Tahamata, nama yang mungkin tak sefamiliar Johan Cruyff atau Marco van Basten bagi generasi kini, namun bagi para penggemar sepak bola Belanda era 70-an dan 80-an, ia adalah sosok winger lincah dan penuh talenta yang menghiasi lapangan hijau. Lahir di Vught, Belanda, pada tanggal 26 Mei 1956, darah Maluku yang mengalir dalam dirinya memberikan warna tersendiri dalam gaya bermainnya yang eksotis dan sulit ditebak.

Tahamata memulai karier profesionalnya di Ajax Amsterdam pada 1976. Di bawah asuhan pelatih legendaris Rinus Michels dan kemudian Leo Beenhakker, ia dengan cepat menunjukkan potensi luar biasanya. Kecepatan, dribbling yang memukau, dan umpan-umpan silang akurat menjadi ciri khas permainannya di sisi sayap.

Simon menjadi bagian penting dari skuad Ajax yang meraih berbagai gelar domestik, termasuk dua gelar Eredivisie (1976-77, 1978-79) dan satu Piala KNVB (1978-79).

Keberhasilannya di Ajax membawanya ke Standard Liege di Belgia pada 1980. Di sana, ia semakin matang sebagai pemain dan menjadi salah satu bintang utama tim. Bersama Standard Liege, Simon meraih dua gelar Liga Belgia secara beruntun (1981-82, 1982-83) dan mencapai final Piala Winners UEFA pada tahun 1982, meskipun akhirnya kalah dari Barcelona.

Setelah petualangan sukses di Belgia, Simon kembali ke Belanda dan bergabung dengan Feyenoord pada 1984. Meskipun Feyenoord saat itu tidak sekuat Ajax di era sebelumnya, kehadiran Tahamata tetap memberikan warna dan harapan bagi para pendukung. Ia menunjukkan profesionalisme dan dedikasi yang tinggi selama bermain di Rotterdam.

Karier Simon terus berlanjut di berbagai klub Eropa setelah meninggalkan Feyenoord. Ia sempat bermain untuk Germinal Beerschot (Belgia), Vitesse Arnhem (Belanda), dan K Beerschot VAC (Belgia) sebelum akhirnya pensiun pada tahun 1996. Di Timnas Belanda, dia sempat bermain sebanyak 22 kali dan mencetak dua gol.

Meskipun tidak pernah meraih gelar juara Eropa bersama klubnya, kontribusi Simon Tahamata bagi sepak bola Belanda tidak bisa diremehkan. Ia adalah salah satu winger paling berbakat di generasinya, dengan kemampuan individu yang luar biasa dan visi bermain yang cerdas. Kelincahannya dalam melewati pemain lawan seringkali menjadi momok bagi para bek.

Lebih dari sekadar pemain sepak bola, Simon Tahamata juga menjadi simbol bagi komunitas Maluku di Belanda. Keberhasilannya di lapangan hijau turut mengangkat nama komunitasnya dan menginspirasi banyak anak muda keturunan Maluku untuk mengejar mimpi mereka. Setelah pensiun, Simon tetap aktif di dunia sepak bola. Ia sempat menjadi pelatih di beberapa akademi muda dan terlibat dalam berbagai kegiatan sosial yang berkaitan dengan sepak bola.

Topik Menarik