Studio Animasi Dragon Ball dan One Piece Gunakan AI ke dalam Produksi
Ada dua pandangan utama tentang penggunaan AI: perusahaan seperti Meta dan Microsoft melihatnya sebagai alat produktivitas, sementara Studio Ghibli melihatnya sebagai pencuri kreativitas.
Toei Animation mengambil pendekatan yang seimbang dengan menggunakan AI untuk membantu proses animasi seperti storyboard, latar belakang, bingkai tween, dan koreksi warna tanpa menggantikan animator manusia.
Penggunaan AI dipandang sebagai solusi untuk beban kerja dan kendala biaya dalam industri animasi Jepang tanpa mengancam masa depan pekerja kreatif.
Perusahaan seperti Meta dan Microsoft melihatnya sebagai alat yang diperlukan untuk meningkatkan produktivitas.
Namun, Studio Ghibli melihat AI sebagai alat yang mencuri kreativitas dan berencana untuk menuntut mereka yang menggunakannya.
Toei Animation Company, studio yang memproduksi serial animasi Dragon Ball, One Piece, Slam Dunk, Digimon, Sailor Moon, dan lainnya, mengambil jalan tengah dengan menggunakan AI untuk membantu proses animasi.
Dalam laporan keuangan terbarunya, Toei Animation mengumumkan investasi di perusahaan AI Preferred Networks.
Teknologi AI akan digunakan untuk membuat storyboard, membuat gambar latar, membuat frame perantara antara dua frame yang telah diproduksi, serta menghasilkan spesifikasi warna dan mengubahnya jika terjadi kesalahan.
Langkah yang diambil Toei Animation ini mirip dengan Studio Agbo milik Russo bersaudara. Studio ini tidak akan menggantikan animator manusia, tetapi akan mengambil alih tugas-tugas yang termasuk dalam kategori sepele.
Industri animasi Jepang memiliki reputasi buruk karena membuat animator bekerja lembur tanpa upah lembur.
Karena kendala biaya, waktu, dan tenaga kerja, beberapa episode dalam sebuah serial biasanya mengalami penurunan kualitas yang tajam.
Dalam hal ini, penggunaan AI mungkin dapat menyelesaikan masalah ini tanpa mengancam masa depan animator.




