Menakar Pengaruh Jokowi Effect bagi PSI, Bisa Tembus ke Parlemen atau Sebaliknya?

Menakar Pengaruh Jokowi Effect bagi PSI, Bisa Tembus ke Parlemen atau Sebaliknya?

Nasional | sindonews | Senin, 19 Mei 2025 - 13:30
share

Pernyataan Mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi) tak ingin kalah bila maju menjadi ketua umum (ketum) Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dianalisis oleh Pengamat Komunikasi Politik Universitas Esa Unggul Jamiluddin Ritonga. Menurut dia, pernyataan Jokowi tersebut tampaknya hanya basa basi politik.

“Peluang kalah bila Jokowi maju jadi calon ketum PSI sangat kecil. Sebab, PSI selama ini sangat mengidolakan Jokowi. Karena itu. wajar bila PSI memberi dukungan penuh kepada Jokowi selama 10 tahun menjadi presiden,” kata Jamiluddin kepada SindoNews, Senin (19/5/2025).

Jadi, kata dia, bila Jokowi maju jadi calon ketum, maka pemilihan akan berlangsung formalitas belaka. Bahkan, sambung dia, Jokowi berpeluang tinggal dikukuhkan menjadi ketum PSI untuk periode lima tahun mendatang.

“Bila Jokowi jadi ketum tidak dengan sendirinya bisa membawa PSI menjadi partai menengah,” tutur Mantan Dekan Fikom IISIP Jakarta ini.

Sebab, lanjut dia, persaingan sesama partai politik yang ketat. “Karena itu tidak mudah bagi partai gurem seperti PSI dalam waktu singkat bisa menyodok ke partai menengah,” imbuhnya.

Dia menambahkan, apalagi Jokowi selama menjadi presiden selalu menjadi sosok kontroversial. “Hal itu justru semakin meningkat setelah Jokowi lengser dari presiden,” ujarnya.

Jadi, menurut dia, Jokowi sesungguhnya sangat resisten bila menjadi ketum PSI. Dia berpendapat, tingginya resistensi Jokowi kiranya menjadi titik lemah bila memimpin PSI.

“Karena itu, tak ada jaminan PSI akan melenggang ke Senayan pada Pileg 2029 bila dipimpin Jokowi. Sebab, untuk bisa masuk ke Senayan PSI akan bersaing ketat dengan partai mapan seperti PDIP, Gerindra, Golkar, PKB, Demokrat, PKS, Nasdem, dan PAN,” jelasnya.

Lebih lanjut dia mengatakan, memimpin partai dengan resistensi yang tinggi, justru dapat merusak kepercayaan masyarakat kepada PSI. Hal itu, menurut dia, tentunya dapat menurunkan dukungan masyarakat kepada PSI.

“Karena itu, PSI justru perlu mengkaji ulang plus minus bila Jokowi memimpin PSI. Jangan sampai terpilihnya Jokowi jadi ketum justru nantinya membuat PSI semakin menjadi partai gurem. Hal itu tentunya merugikan PSI,” pungkasnya.

Kans Jokowi Kembali ke Politik melalui PSI Kecil

Analis Komunikasi Politik Universitas Padjadjaran Kunto Adi Wibowo menilai kans Jokowi kembali ke politik melalui PSI kecil. Sebab, menurut Kunto, PSI levelnya Kaesang.

“Kalau menurut saya, kans Jokowi kembali ke politik melalui PSI sih kecil. Karena, PSI itu levelnya Kaesang. Enggak levellah buat Pak Jokowi untuk masuk PSI,” kata Kunto Adi kepada SindoNews, Jumat (16/5/2025).

Selain itu, kata dia, PSI juga tidak memiliki kursi di DPR. “Jadi kan, buat apa kemudian ke partai yang enggak ada kursi di DPR? Secara politik juga enggak punya kekuatan riil di DPR,” tuturnya.

Adapun menteri-menteri di Kabinet Prabowo-Gibran yang memiki kedekatan dengan Jokowi, Kunto menilai sifatnya tidak aman karena sewaktu-waktu bisa kena reshuffle. “Kalaupun ada menteri dan segala macam sifatnya enggak aman juga kapan pun bisa di-reshuffle dan enggak bisa ngapa-ngapain kan,” tuturnya.

“Menurut saya, lebih menguntungkan reputasi Pak Jokowi kalau dia berada di belakang layar politik seperti sekarang dengan tetap punya power yang riil di politik walaupun tidak ada di depan layar,” sambungnya.

Menurut dia, bukan hal penting Jokowi menjadi pemimpin sebuah partai politik (parpol). Dia berpendapat, lebih baik Gibran Rakabuming Raka yang masuk parpol.

“Dan kalau perlu Gibran dan Kaesang jadi ketum-ketum parpol, kan justru itu menguntungkan Pak Jokowi. Jadi enggak usah dia secara langsung ada di parpol,” pungkasnya.

Topik Menarik