Rusia Kerahkan 50.000 Tentara ke Kursk untuk Perang Melawan Ukraina
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan Rusia telah mengerahkan sekitar 50.000 tentara ke Kursk, wilayah Rusia selatan yang diduduki pasukan Kyiv sejak serangan balasan Agustus lalu.
"Pasukan Ukraina terus menahan kelompok musuh yang berkekuatan sekitar 50.000 orang di Kursk," kata Zelensky dalam sebuah posting di Telegram setelah menerima pengarahan dari Panglima Militer Jenderal Oleksandr Syrskyi, sebagaimana dikutip dari CNN , Selasa (12/11/2024).
Kyiv melancarkan serangannya ke wilayah Kursk Rusia pada Agustus, mengejutkan tidak hanya Moskow, tetapi juga sekutu-sekutu Ukraina.
Pada saat itu, operasi Kyiv diperlukan karena Rusia telah berencana untuk melancarkan serangan baru ke Ukraina dari wilayah tersebut.
Menurut militer Ukraina serangan ke Kursk bertujuan untuk menciptakan "zona penyangga" guna mencegah serangan lintas batas di masa mendatang.Serangan Kursk, invasi darat pertama terhadap Rusia oleh kekuatan asing sejak Perang Dunia II, membuat Moskow sama sekali tidak siap.
Ukraina maju dengan cepat ke dalam wilayah Rusia dan sejak itu mempertahankan kendali atas ratusan mil persegi wilayah Rusia. Sementara itu, Rusia telah merebut kembali beberapa pemukiman, garis kendali hampir tidak berubah selama beberapa bulan terakhir.
Seorang pejabat AS mengatakan kepada CNN pada hari Minggu bahwa Rusia telah mengumpulkan pasukan besar yang terdiri dari puluhan ribu orangtermasuk pasukan Korea Utara yang baru saja tibauntuk melakukan serangan terhadap posisi pasukan Ukraina di Kursk.
Pejabat itu mengatakan serangan itu diperkirakan akan terjadi dalam beberapa hari mendatang.
Kremlin belum mengomentari keberadaan pasukan Korea Utara di wilayahnya.
Pada pertemuan Dewan Keamanan PBB pekan lalu, Rusia menolak menjawab pertanyaan dari AS tentang penempatan pasukan Korea Utara.
Pada saat yang sama, media pemerintah Rusia; TASS , melaporkan pada Sabtu pekan lalu bahwa Presiden Vladimir Putin menandatangani undang-undang yang meratifikasi perjanjian pertahanan bersama dengan Korea Utara.
Sedangkan media Korea Utara melaporkan pada hari Senin bahwa pemimpin Korea Utara Kim Jong-un juga telah menandatangani perjanjian itu menjadi undang-undang.
Rusia dan Korea Utara telah menjalin hubungan yang semakin bersahabat sejak Moskow melancarkan invasi skala penuh ke Ukraina pada tahun 2022.
Korea Utara memiliki salah satu militer terbesar di dunia dengan 1,2 juta tentara, tetapi sebagian besar pasukannya tidak memiliki pengalaman tempur.
Zelensky mengatakan pekan lalu bahwa 11.000 tentara Korea Utara sekarang berada di wilayah Rusia.
Secara terpisah, seorang komandan Ukraina mengatakan kepada CNN pada hari Minggu bahwa pasukan Korea Utara ikut serta dalam operasi tempur langsung di Kursk, serta operasi pertahanan di wilayah Belgorod di Rusia dan di wilayah Ukraina yang diduduki Rusia.
Pasukan Korea Utara yang dikerahkan ke wilayah Kursk Rusia telah bertempur dengan pasukan Kyiv di medan perang, kata Zelensky pada Kamis pekan lalu, seraya menambahkan bahwa bentrokan tersebut mengakibatkan jatuhnya korban jiwa.
Ukraina sekali lagi menemukan dirinya dalam posisi yang sulit. Rusia telah meluncurkan gelombang serangan pesawat nirawak jarak jauh hampir setiap hari di kota-kotanya sementara juga berjuang untuk menahan kemajuan pasukan Rusia di beberapa lokasi di sepanjang garis depan sepanjang lebih dari 600 mil (1.000 kilometer).
Selama akhir pekan, Rusia dan Ukraina saling bertukar serangan pesawat nirawak dalam jumlah besar, di mana Moskow meluncurkan total 145 pesawat nirawak pada Sabtu malam.
Sementara itu, Ukraina meluncurkan sejumlah pesawat nirawak yang belum pernah terjadi sebelumnya ke Ibu Kota Rusia pada Sabtu malam hingga Minggu.
Pada saat yang sama, Kyiv tengah berupaya mengukur dampak kemenangan Donald Trump dalam Pemilihan Umum AS pekan lalu.
Trump sebelumnya mengatakan bahwa dia dapat mengakhiri konflik dalam waktu 24 jam dan pada bulan September dia menyatakan: "Saya pikir kepentingan terbaik AS adalah mengakhiri perang ini dan menyelesaikannya."