Kolaborasi untuk Beri Ruang Aman bagi Lansia dan ODD
Alzheimer Indonesia (ALZI) bekerja sama dengan Universitas Katolik Atma Jaya membangun ALZI Academy and Healthy Aging Center yang pertama di Indonesia. ALZI Center ini akan berguna sebagai sarana pembelajaran lintas generasi, memberikan pendidikan, dan pelatihan bagi para pelaku dunia kesehatan dan keluarga, serta memberikan ruang aman dan nyaman bagi para lansia dan orang dengan demensia (ODD) untuk tetap beraktivitas.
Ketua Pengurus Yayasan Atma Jaya, Linus Setiadi menyatakan bahwa visi dan misi Yayasan Atma Jaya memiliki irisan dengan ALZI sebagai mitra untuk mewujudkan Center of Excellence di bidang pendidikan dan kesehatan serta berkontribusi terhadap bangsa dan negara. Terbentuknya ALZI Academy dan Healthy Aging Center diharapkan menghasilkan generasi yang tidak hanya cakap, namun juga memiliki empati, sesuai dengan salah satu nilai inti Atma Jaya yaitu kepedulian terhadap sesama.
“Sesuai dengan spirit para pendiri Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati senior mereka, dan pemimpin masa depan sepatutnya memiliki pengetahuan dan karakter empati/peduli yang terbangun melalui wadah lintas generasi ini,” ujarnya, Jumat (20/9/2024).
Baca juga: 7 Gejala Awal Demensia, Mulai Menyerang Anak Muda Usia 30-an
Yayasan Atma Jaya bersama Unika Atma Jaya dan didukung oleh unit karya PT Atma Jaya Mitra Nusantara (AJMN) memiliki harapan agar penjangkauan terhadap mereka yang membutuhkan pendamping tidak hanya melibatkan pihak internal, namun juga eksternal. PT AJMN diharapkan memainkan peran besar dalam berkolaborasi dengan berbagai pihak.
Rektor Unika Atma Jaya Prof. Dr. dr. Yuda Turana SpN menyatakan bahwa sejak 2016 Unika Atma Jaya selalu #Bersama ALZI, kemitraan semakin kuat dan semakin membawa manfaat untuk semua. Semakin banyak generasi muda khususnya mahasiswa Fakultas Kedokteran, Fakultas Psikologi, dan prodi lainnya yang bisa berkontribusi untuk isu demensia dan kelanjutusiaan ini.
Adanya ALZI Academy & Healthy Aging Center dinilai sebagai kontribusi konkret dari kemitraan lembaga/institusi akademik dengan organisasi non-profit komunitas peduli Alzheimer di Indonesia dan untuk ke depannya akan tercipta Dementia Care Champion yang tersertifikasi. “Unika Atma Jaya dengan unggulan bidang lansia dengan pendekatan multidisiplin, salah satu unggulan Tri Darma Perguruan Tinggi Unika Atma Jaya adalah pendekatan komprehensif manajemen demensia Alzheimer,” katanya.
Direktur Alzheimer’s Indonesia DY Suharya menjelaska bahwa ALZI Center ini adalah buah dari advokasi yang telah dilakukan selama 11 tahun terakhir dan diharapkan dapat mendorong masyarakat agar lebih berdaya untuk mengatasi stigma. Selain itu, ALZI juga menyadari bahwa semakin banyak sadar dampak gaya hidup mereka terhadap risiko terkena kondisi tersebut, dengan lebih dari 58 masyarakat umum percaya bahwa demensia disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat.
Dengan 45 kasus demensia dilaporkan dipengaruhi oleh hanya 14 faktor risiko yang dapat dimodifikasi, ini merupakan kemajuan yang penting. ALZI dan Atma Jaya merupakan role model dalam perannya bermitra di Regional Asia Pacific karena ALZI merupakan member dari Alzheimer’s Disease International sebuah organisasi federasi lebih dari 100 organisasi Demensia Alzheimer sedunia yang berdiri sejak 1984.
"Terbentuknya ALZI Academy & Healthy Aging Center harapannya juga bisa menjadi platform lintas generasi yang bisa menginspirasi organisasi Alzheimer dalam bermitra dengan institusi akademi di negaranya masing-masing," pungkasnya.
Diketahui, hasil survei global terbesar di dunia tentang sikap terhadap demensia mengungkapkan stigma seputar kondisi tersebut semakin memburuk di kalangan masyarakat umum dan bahkan pelaku dunia kesehatan. Laporan Alzheimer Dunia 2024 yang dipublikasikan oleh Alzheimer’s Disease International (ADI), didukung oleh survei yang dianalisis oleh London School of Economics and Political Science (LSE) menemukan bahwa 80 masyarakat masih salah kaprah bahwa demensia adalah bagian normal dari penuaan dan bukan kondisi medis, peningkatan 14 sejak survei terakhir dilakukan pada 2019.
“Pandangan yang tidak akurat tentang demensia ini menjadi perhatian utama, terutama dari para pelaku dunia kesehatan, karena dapat menunda diagnosis dan akses ke pengobatan, perawatan, dan dukungan yang tepat,” ujar CEO ADI Paola Barbarino.
Paola mengatakan bahwa hal ini terjadi pada saat perawatan baru disetujui di seluruh dunia, bersamaan dengan terobosan dalam diagnostik. “Kita memerlukan persamaan persepsi dengan para pelaku dunia kesehatan untuk lebih mudah memahami bahwa demensia adalah kondisi medis yang disebabkan oleh serangkaian penyakit, di mana Alzheimer adalah yang paling umum, sehingga diagnosis yang tepat dapat diberikan, membuka pintu bagi kombinasi perawatan dan dukungan yang dapat memungkinkan orang untuk hidup lebih lama dengan baik, untuk tetap bekerja, di rumah, dan di masyarakat," jelasnya.
Sebanyak 88 orang dengan demensia menyatakan bahwa mereka pernah mengalami stigma, meningkat 5 sejak 2019. ADI mengatakan kesalahpahaman yang terus berlanjut tentang demensia melanggengkan stigma bagi orang dengan demensia. Anggota Dewan Kehormatan Alzheimer Indonesia yang juga didiagnosa Demensia William Buntoro mengaku merasa beruntung dapat mengetahui secara lengkap terkait demensia Alzheimer dan bergabung dalam komunitasnya melalui Alzheimer.
"Namun saya juga sadar bahwa akan ada lebih banyak orang yang akan mendapat manfaatnya jika mereka atau anggota keluarga mereka memiliki akses ke informasi, layanan, dan bantuan di kotanya masing-masing. Untuk itu, saya berharap pemerintah dan seluruh elemen masyarakat dapat menyadari kegentingan ini dan memberikan rasa aman dan nyaman bagi mereka yang menuju lansia,” pungkasnya.