Kisah Ken Arok Kawal Pendeta Membawa Emas saat Jadi Begal di Tumapel
SOSOK Ken Arok kala masih menjadi begal atau perampok di masa Kerajaan Kediri sangat ditakuti oleh warga sekitar wilayah Tumapel. Saat itu Tumapel merupakan wilayah bawahan Kerajaan Kediri yang saat itu dipimpin oleh Kertajaya.
Ketakutan pendeta bernama Mpu Palot itu berusaha untuk menghindari pertemuannya dengan Ken Arok. Tetapi yang terjadi justru sebaliknya ia bertemu dengan Ken Arok, pemuda yang ditakuti oleh masyarakat termasuk dirinya di Lulumbang.
Baca juga: Rahasia Kecantikan Ken Dedes, Cahaya Betisnya Memikat Ken Arok
Anehnya, Ken Angrok atau Ken Arok tidak merampas emas bahan yang dibawa Mpu Palot.
Mpu Palot pun tak tahu bahwa pemuda yang ditemuinya itu adalah Ken Arok. Sebab Ken Arok justru menawarkan pengawalan ke pendeta itu pulang ke Turyäntapada, atau Turen, dikutip dari buku "Pararaton: Biografi Para Raja Singhasari dan Majapahit".
Sesampai di sana, Mpu Palot merasa berutang budi. Maka, ia pun mengajari Ken Arok ilmu kerajinan emas dan mengangkatnya sebagai anak.
Itulah sebabnya Turyäntapada disebut juga Mandala Bapa, atau mandaleng bapa. Di sana terlihat bagaimana kepribadian Ken Arok yang bertolak belakang seperti biasanya.
Ken Arok yang pernah diburu oleh masyarakat dan pihak keamanan Tumapel, justru menjadi pengamanan ke seorang pendeta yang membawa emas cukup banyak.
Baca juga: Kisah Mayor Inf Atang Sutresna, Diberondong Peluru saat Kibarkan Merah Putih di Timor Timur
Menariknya sang pendeta itu awalnya tak tahu kalau pemuda yang mengawalnya adalah penjahat yang paling ditakuti bernama Ken Arok.
Saat itu memang Mpu Palot membawa emas cukup besar yakni 183,005 gram. Dengan besarnya bahan emas yang dibawanya dan kondisi fisiknya yang menua, bukan hal sulit untuk Ken Arok membegalnya.
Tapi hal itu justru tidak dilakukan pria yang akhirnya menjadi Raja Tumapel atau Singasari pertama.
Sang pendeta lantas mengajarkan Ken Arok berbagai ilmu. Salah satunya Ken Arok harus belajar di Kabalon, yang kini konon masuk wilayah Dusun Kebalon, Desa Cemorokandang, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang.
Tapi di sana ia justru membuat masalah karena kutukan yang diucapkan Ken Arok yang berkembang pada mitos, bahwa tidak ada pertapa di daerah timur Gunung Kawi, yang ahli dalam ilmu kerajinan emas.
Konon tak munculnya keahlian kerajinan emas itu andil dari Ken Arok yang mengutuk wilayah Kabalon.