Naskah Kuno Dapat Dipelajari Anak Muda
Naskah kuno atau manuskrip selama ini hanya dikaji oleh filolog dan akademisi sejarah. Padahal manuskrip memiliki banyak aspek yang dapat dipelajari oleh profesi lain dengan berbagai sudut pandang.
Hal ini terungkap dalam dialog budaya bertajuk "Cahaya Nabi dalam Naskah Sulawesi" yang digelar di Science Technopark, Universitas Hasanudin, Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (16/9/24).
Salah satu narasumber diskusi ini, Fadli Ibrahim Sururi, mengatakan bahwa dirinya berhasil menulis buku "Serpihan Jejak Ulama Pompanua" setelah mempelajari manuskrip-manuskrip peninggalan keluarganya.
Pria yang berlatar belakang insinyur bangunan ini mengaku sengaja mengkaji manuskrip Sulawesi Selatan karena meyakini banyak informasi penting di dalamnya yang relevan bagi masa depan.
Manuskrip mengandung banyak data yang dapat digunakan untuk melakukan analisis prediktif tentang berbagai hal. Anak muda perlu tahu ini, kata Fadli.
Senada itu, Husnul Fahimah Ilyas, peneliti BRIN yang menjadi moderator dialog, menggarisbawahi bahwa di Sulawesi Selatan terdapat banyak manuskrip yang sebenarnya menarik bagi generasi muda.
Sebagian manuskrip itu telah didigitalkan oleh DREAMSEA (Digital Repository Endangered and Affected Manuscripts in South East Asia), program kerjasama PPIM UIN Jakarta dan Universitas Hamburg, sehingga dapat diakses untuk dipelajari.
Dialog Rihlah Budaya diprakarsai oleh Arief Rosyid Hasan dari Merial Institute bekerja sama dengan Makassar Heritage Society dan Ngariksa Foundation.
Dialog juga menghadirkan ahli filologi juga pengampu Ngariksa, Oman Fathurahman atau biasa disapa Kang Oman di channel Ngariksa TV. Narasumber lain, KH Helmi Ali Yafie, pengurus pusat Dewan Dakwah Islamiyah (DDI) yang berpusat di Jakarta.