LSF Rilis Maskot Terbaru, Makin Gencarkan Budaya Sensor Mandiri

LSF Rilis Maskot Terbaru, Makin Gencarkan Budaya Sensor Mandiri

Seleb | okezone | Jum'at, 12 Desember 2025 - 00:11
share

JAKARTA - Lembaga Sensor Film Republik Indonesia (LSF RI) merilis maskot terbaru pada Kamis (11/12/2025) dalam rangka terus mendorong budaya sensor mandiri. Perilisan maskot ini mengusung nama Mama Culla yang menampilkan karakter badak Jawa.

Ketua Umum Lembaga Sensor Film (LSF) Dr. Naswardi mengatakan karakter ini digambarkan sebagai sosok ibu milenial (gen Y) yang dekat dengan keseharian masyarakat, khususnya orangtua muda, untuk mengingatkan pentingnya memilih tontonan yang sesuai usia.

“Filosofi dan makna inilah yang kita jadikan bahwa kelompok rentan itu perlu kita lindungi dari konten materi yang sensitif, maka perlu memilih, memilah tontonan sesuai dengan usia,” ungkap Dr. Naswardi, di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (11/12/2025).

Terinspirasi dari filosofi induk badak Jawa dalam melindungi anaknya, maskot LSF baru ini merepresentasikan peran seorang ibu yang penuh kepedulian, protektif, dan bijak. Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) dipilih sebagai maskot Lembaga Sensor Film Republik Indonesia (LSF RI) karena merupakan satwa endemik Indonesia yang dilindungi dunia sekaligus merepresentasikan nilai-nilai budaya sensor mandiri. 

Filosofi yang melekat pada karakter badak Jawa selaras dengan visi LSF, diantaranya kekuatan, kekokohan, dan kecepatan yang merepresentasikan semangat pelayanan penyensoran dan percepatan sosialisasi sensor mandiri. Lebih dari itu, sifat induk badak sebagai mamalia raksasa yang protektif dalam melindungi anaknya dari ancaman dengan cara menutupi jejak dan memastikan keamanan persembunyian adalah inspirasi dalam melindungi masyarakat. 

Karena itu anak-anak perlu dijaga dari tontonan yang tidak sesuai usia, sementara orang dewasa dituntut memiliki kesadaran untuk memilah dan memilih tontonan sesuai klasifikasi usia

“Ini sekaligus sebagai maskot gerakan nasional budaya sensor mandiri, yang memiliki filosofi dan makna perlindungan untuk kelompok rentan, khususnya anak-anak dari tontonan yang bermuatan isu-isu sensitif,“ tambah Dr. Naswardi

Mulai 1 Januari 2026, penonton film bioskop di seluruh Indonesia akan menikmati film dengan telop sebagai informasi klasifikasi usia yang baru untuk empat penggolongan usia penonton yang dikemas ulang.

Telop yang dikemas ulang melalui serangkaian proses kreatif juga melibatkan 4 IP (Intellectual Property ) lokal yang sudah cukup dikenal masyarakat. 4 IP tersebut adalah karakter Funcican (untuk telop klasifikasi usia Semua Umur), karakter Si Nopal (untuk telop klasifikasi usia R13), karakter Emak-Emak Matic (untuk telop klasifikasi usia D17), dan karakter Si Juki (untuk telop klasifikasi usia D21). 

Telop-telop yang diluncurkan akan menggantikan telop Tahi Lalats yang telah menemani masyarakat selama bertahun-tahun. Penyegaran dengan menggunakan IP lokal dan disesuaikan dengan klasifikasi usia penonton merupakan upaya untuk memperkuat pemahaman masyarakat tentang klasifikasi usia  dengan cara yang menyenangkan dan mudah diingat.

Topik Menarik