Sederet Pekerjaan Disebut Tak Akan Tergantikan Oleh AI, Apa Saja?
IDXChannel - Hadirnya teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) memantik kekhawatiran sebagian pihak bakal tergantikannya peran manusia di dunia kerja.
Misalnya saja terkait potensi tergusurnya peran manusia dalam berbagai peran teknis pekerjaan dan sejumlah profesi, lantaran tergantikan oleh keberadaan AI.
Jika benar-benar terjadi, kondisi tersebut tentu bakal menimbulkan lonjakan jumlah pengangguran, yang berujung pada membengkaknya tingkat kemiskinan.
"Jika mau fair dalam melihat kondisi yang ada, harus diakui bahwa situasi ini tidak bisa lagi dihindari. Pun, kekhawatiran tentang (pengaruh buruk AI) itu juga masih sangat debatable," ujar Co-Founder MASA AI, Davyn Sudirdjo, dalam sebuah diskusi yang digagas oleh PT WIR Asia Tbk (WIR Group), Kamis (11/8/2023).
Diskusi tersebut mengangkat tema Menilik Peluang Industri AI Untuk Masa Depan Transformasi Digital Indonesia.
Sesuai dengan tema tersebut, Davyn menilai masih begitu banyak peluang manfaat yang bisa didapat dari penggunaan teknologi AI di berbagai aktivitas kehidupan.
Setiap upaya pemaksimalan atas potensi tersebut dinilai Davyn jauh lebih berguna dibanding masyarakat sibuk dengan kekhawatiran atas dampak buruk yang mungkin muncul dari pemanfaatan AI.
Pun, Davyn menilai bahwa gelombang pengembangan teknologi AI merupakan bagian tak terpisahkan dari upaya mendorong transformasi digital di Indonesia.
"Dan ketika banyak orang bilang bahwa hadirnya AI bakal menggantikan peran manusia dalam dunia kerja, i don\'t agree about that. AI itu bukan menggantikan, melainkan justru mengempowering kerja manusia," tutur Davyn.
Dicontohkannya, pemanfaatan teknologi AI saat ini telah banyak membantu memecahkan permasalahan minimnya ketersediaan tenaga psikolog di Indonesia.
Davyn menjelaskan, saat ini jumlah tenaga psikolog secara nasional hanya tersedia sebanyak 2.000 psikolog saja. Jumlah tersebut tentu tak sebanding dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai ratusan juga jiwa.
"Makanya kalau kita butuh jasa psikolog saat ini, jumlahnya sangat terbatas. Atau ketika kita butuh psychology advice untuk sebuah kebijakan atau pendekatan tertentu, akan susah. Sehingga kita coba dorong AI sebagai salah satu solusi," tutur Davyn.
Dengan pandangan tersebut, Davyn pun meyakini bahwa aktivitas manusia dan dunia kerja tidak akan pernah sepenuhnya tergantikan oleh keberadaan AI.
Kedua sisi kehidupan tersebut diyakini Davyn pada akhirnya bakal berjalan berdampingan dengan mencari titik keseimbangannya sendiri.
Keyakinan tersebut didasarkan Davyn pada pemahaman bahwa kehidupan manusia merupakan dinamika yang sangat kompleks. Dengan demikian, keberadaan teknologi sepintar apa pun diyakini Davyn tidak akan pernah bisa menggantikannya.
"Jadi kuncinya di sana. Jika pekerjaan itu its too simple, too easy, maka dia akan tergantikan. Tapi semakin kompleks pekerjaan itu, membutuhkan intelectual skill tinggi, maka jangan khawatir (tergantikan)," tegas Davyn. (TSA)