Jejak Soekarno, Sang Proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia
JAKARTA - Siapa yang tak mengenal Ir. Soekarno. Seorang tokoh besar yang namanya dikenal di seluruh penjuru negeri. Ia tak hanya dikenal sebagai presiden pertama Republik Indonesia (RI).
Namanya jauh lebih harum jika melihat rekam jejaknya. Bahkan hingga kini pria yang lebih dikenal dengan sebutan Bung Karno itu terus dikenang oleh seluruh masyarakat Indonesia.
Soekarno lahir pada 6 Juni 1901 di desa Lawang Sekaten Surabaya. Ayahnya merupakan seorang guru keturunan Raja kediri bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo, sedangkan ibunya merupakan keturunan penguasa Bali berkasta Brahmana bernama Ida Ayu Nyoman Rai.
Kambing Senduro Lumajang, Warisan Soekarno yang Jadi Incaran Asing Soekarno kecil memiliki nama Kusno Sosrodihardjo. Tetapi kemudian berganti nama menjadi Soekarno ketika berusia lima tahun karena sering sakit-sakitan. Soekarno mengawali pendidikan formalnya sebagai salah siswa sekolah dasar atau saat itu disebut dengan Sekolah Rakyat (SR) di Tulung Agung bersama kakaknya.
Namun ia kembali tinggal bersama kedua orang tuanya pada 1909 di Mojokerto. Setahun sebelumnya, Soekarno masuk sekolah dasar di HIS, kemudian dilanjutkan dengan Europesche Legore School (ELS) di Mojokerto pada 1913 dan selesai pada 1916. Pada tahun yang sama, ia dikirim orang tuanya ke Hogere Burger School (HBS) dan lulus pada 1921.
Soekarno kemudian pindah ke Bandung untuk melanjutkan pendidikannya di Technisce Hooge School (THS) jurusan teknik sipil. THS sendiri pada saat ini dikenal dengan nama Institut Teknologi Bandung (ITB). Soekarno lulus pada 25 Mei 1928 dengan memperoleh gelar Insinyur Teknik.
Kiprah Politik Bung Karno
Perjalanan politik Bung Karno dimulai sejak ia masih menjadi siswa aktif di HBS. Saat itu, ia mendirikan perkumpulan politik bernama Tri Koro Darmo. Organisasi ini pada dasarnya merupakan organisasi pelajar yang sebaya dengan Soekarno.
Kegiatannya pun tak jauh dari pengembangan kebudayaan, pengumpulan dana sekolah, serta membantu korban bencana di Surabaya. Selain itu, ia juga ikut mengubah Jong Java menjadi Jong Indonesia saat masih berkuliah di THS serta pernah mengikuti organisasi kepanduan di Bandung.
Kisah Bung Karno Terkena Malaria saat Bacakan Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Keaktifannya dalam dunia politik membawa Bung Karno masuk penjara hingga pembuangan oleh pemerintah kolonial. Tetapi hal ini justru membesarkan jiwanya untuk terus berjuang melawan para penjajah.
Rasa nasionalismenya yang tinggi juga mendorong Soekarno untuk membentuk sebuah organisasi bernama Algemene Studie Club, yang kemudian berubah nama menjadi Partai Nasional Indonesia (PNI).
Pada kemudian hari, partai ini berkembang sangat pesat hingga memiliki banyak anggota di dalam maupun luar Jawa.
Namun pada tahun 1930, PNI dibubarkan setelah Soekarno ditangkap dan dipenjarakan. Oleh Sartono, PNI kemudian diganti namanya menjadi Partai Indonesia (PARTINDO).
Setelah bebas, Soekarno aktif dalam perjuangan PARTINDO. Tetapi pada tahun 1934, Soekarno kembali ditangkap dan diasingkan di kota Ende, Flores. Setahun kemudian, ia menderita penyakit malaria, sehingga harus dipindahkan ke Bengkulu. Dari penjara Bengkulu, Soekarno kabur menuju Padang lalu menyebrangi selat sunda dan sampai di Jakarta pada 1942.
Keterlibatan Bung Karno dalam Peristiwa Proklamasi
Pada masa persiapan kemerdekaan, Bung Karno memiliki banyak peran untuk Bangsa Indonesia. Ia ikut menyampaikan gagasannya mengenai dasar negara pada sidang BPUPKI (sebuah badan yang dibentuk Jepang) bersama Moh.Yamin dan Soepomo. Gagasannya yang disebut pancasila itu akhirnya terpilih menjadi dasar negara.
Setelah BPUPKI dibubarkan, Jepang kembali membentuk badan bernama Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia pada 7 Agustus 1945 dan diketuai oleh Soekarno. Tak jauh beda dengan BPUPKI, badan ini juga bertugas mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.
Ternyata Ini Alasan Kenapa Ada Coretan di Teks Asli Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Pada tanggal 15 Agustus 1945, Jepang menyerah tanpa syarat kepada tentara sekutu. Berita kekalahan Jepang ini sampai di telinga salah satu golongan muda, yakni Sutan Sjahrir melalui radio yang kemudian segera disebarkan. Ia juga mendesak Soekarno dan Moh. Hatta untuk langsung melakukan proklamasi kemerdekaan. Akan tetapi Soekarno lebih memilih untuk menunggu keputusan PPKI mengenai hal ini.
Ketidakpuasannya terhadap keputusan Soekarno kemudian mendorong golongan muda untuk melakukan penculikan serta pengasingan terhadap Soekarno dan Moh. Hatta agar mereka tidak terpengaruh oleh Jepang. Mereka dibawa ke wilayah Rengasdengklok, Karawang pada 16 Agustus 1945 sekitar pukul 03.00 WIB.
Dalam peristiwa yang kemudian dikenal dengan peristiwa Rengasdengklok ini, Soekarno-Hatta didesak untuk segera melakukan proklamasi kemerdekaan oleh golongan muda.
Awalnya kedua tokoh itu tetap pada pendirian mereka, tetapi setelah dilakukan negosiasi panjang dengan tokoh-tokoh golongan muda mereka akhirnya menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945.
Kemudian, Soekarno-Hatta menyusun teks proklamasi bersama Achmad Soebardjo. Mereka juga sepakat jika teks proklamasi tersebut ditanda tangani oleh Soekarno-Hatta dengan mengatasnamakan Bangsa Indonesia.
Keesokan harinya proklamasi kemerdekaan dilakukan di rumah Soekarno, yakni di Jalan Pegangsaan Timur No. 56. Lalu sehari setelah kemerdekaan, Soekarno terpilih sebagai presiden pertama Republik Indonesia pada sidang pertama PPKI.
Akhir Kisah Soekarno
Pada akhir masa kepemimpinan Soekarno, terjadi sebuah peristiwa besar yang memporak-porandakan negeri. Peristiwa itu disebut dengan Gerakan 30 September (G30SPKI).
Ia kemudian lengser dari jabatannya sebagai presiden setelah MPRS secara resmi mengumumkan pencabutan mandat Soekarno dan menunjuk Soeharto sebagai pejabat presiden.
Sultan Hamengku Buwono IX Gembira Bercampur Lega saat Proklamasi Kemerdekaan Dibacakan Status Soekarno juga berubah menjadi tahanan Orde Baru. Ia dipindahkan dari rumahnya yang berada di Batu Tulis ke Wisma Yasoo pada 1969. Soekarno saat itu telah mengidap penyakit ginjal yang cukup parah, penyakit jantung, dan darah tinggi. Kesehatannya kian memburuk akibat penahanannya di Wisma Yasoo.
Disana ia juga sempat merayakan ulang tahunnya yang ke 69 bersama anak-anaknya. Tetapi ternyata, perayaan itu merupakan perayaan ulang tahun terakhir Soekarno. Sebab ia dilarikan ke RSPAD Gatot Subroto akibat kondisi kesehatannya yang kian memburuk. Lalu pada tanggal 21 Juni 1970, Soekarno menghembuskan nafas terakhirnya setelah mengalami koma menjelang tengah malam.




