Bung Karno dan Pesan Penting bagi Anak Sulungnya Guntur

Bung Karno dan Pesan Penting bagi Anak Sulungnya Guntur

Seleb | BuddyKu | Sabtu, 5 Agustus 2023 - 16:44
share

FAJAR.CO.ID, JAKARTA Ketika ayahnya masih hidup, banyak pesan yang telah dibenamkan Bung Karno di otak dan hati Guntur Soekarnoputra, anak sulungnya. Guntur menjalankan peran sebagai anak tertua Soekarno.

Di dalam buku yang ditulis Guntur : Bung Karno, Bapakku Kawanku dan Guruku, diceritakan tentang pesan terakhir Bung Karno.

Setelah itu tidak ada lagi pesan dari Bung Karno hingga ayahnya meninggal pada 21 Juni 1970.

Berikut pesan terakhir Bung Karno kepada Guntur:

Tok, engkau adalah anak sulung Putra Sang Fajar. Sebab, bapakmu dilahirkan pada waktu fajar menyingsing. Fajar 6 Juni yang sedang merekah di ujung timur.

Dan engkau yang lahir di tahun keberanian, juga menjelang fajar tanggal 3 November pada saat mana hegemoni kekuasaan Jepang semakin suram sinarnya.

Nah , seperti halnya bapakmu, engkau pun pantas menyambut terbitnya matahari. Jadilah manusia yang pantas menyambut terbitnya matahari.

Ingat, yang pantas meyambut terbitnya matahari itu hanya manusia-manusia abdi Tuhan, manusia-manusia yang manfaat. Karena itu jangan cengeng! Buktikan kepada setiap orang yang menatapmu bahwa engkau memang pantas menjadi anak sulung Sukarno.

Demikian pesan terakhir Soekarno kepada putra sulungnya yang sering dipanggilnya dengan nama Tok ini.

Usai Bung Karno meninggal, Guntur memilih untuk tidak pernah terjun ke gelanggang politik.

Sukarno Tak Ingin Perang Saudara

Putra sulung Bung Karno, Guntur Soekarno mengungkap ayahnya tidak menginginkan terjadi perang saudara saat Bung Karno dilengserkan dan diganti dengan era Presiden Soeharto.

Menurut Guntur dalam Podcast Apa Adanya seperti dikutip dari kanal YouTube B1 Plus, Jumat (29/10/2021), pendukung Sukarno saat itu masih banyak, seperti Kodam Brawijaya Jawa Timur, Korps Komando Angkatan Laut, Resimen Pelopor Brimob, dan Kodam Siliwangi.

Namun Bung Karno menyatakan tidak akan melawan, karena kalau terjadi perlawanan makan akan ada perang saudara.

Kalau terjadi perang saudara, NKRI akan pecah. Itu yang tidak dikehendaki Bung Karno. Lebih baik saya yang menjadi korban, kata Guntur mengenang Bung Karno.

Guntur menuturkan Bung Karno sejak muda sangat gandrung akan persatuan. Bung Karno muda mendirikan Jong Java, PNI, dan memimpin Partindo.

Bung Karno tidak mau, apa pun yang terjadi, negara dan bangsa ini pecah, tutur Guntur.

Guntur menilai perlakuan rezim Orde Baru terhadap ayahnya sangat tidak manusiawi. Hanya rakyat Indonesia yang tetap menghormati dan mengagumi Bung Karno saat akhir hayatnya.

Menurut Guntur, waktu Bung Karno meninggal, kemudian Soeharto menetapkan Bung Karno harus dimakamkan di Blitar.

Maka Guntur ikut terus perjalanan jenazah Bung Karno ini, mulai dari naik pesawat hingga turun di Malang.

Lalu dengan kendaraan menuju Blitar atau tempat pemakaman Bung Karno. Menurut pengakuannya, sepanjang jalan yang dilalui, rakyat menyambut jenazah Bung Karno dengan luar biasa.

Bunga-bunga selalu ditebar oleh rakyat tanpa diperintah. Saya rasa penghargaan dari rakyat sampai sekarang enggak ada berkurangnya, katanya. (pojoksatu)

Topik Menarik