Lirik Lagu Maroon-Taylor Swift dan Terjemahan, Ceritakan tentang Kenangan Indah Bersama Sang Mantan
JAKARTA, iNews.id - Inilah lirik lagu Maroon-Taylor Swift dan terjemahan yang memiliki banyak pendengar. Aransemennya yang easy listening membuat lagu ini puncaki tangga lagu di berbagai negara.
Lagu ini menceritakan tentang hubungan percintaan Taylor yang telah kandas dan hanya menyisakan kenangan indah. Dirilis dalam album Midnights pada Oktober 2022 lalu, lagu ini mendadak viral hingga meraih ratusan ribu pendengar di berbagai platform musik.
Selain itu, Official Videonya mencetak 19 juta viewers di Youtube. Albumnya pun mendapat beberapa penghargaan ternama seperti Peoples Choice Award untuk Album Terfavorit, iHeartRadio Music Award untuk Pop Album of the year dan lainnya.
Nah, yuk resapi lirik dan terjemahan lagunya di bawah ini!
Lirik Lagu Maroon-Taylor Swift dan Terjemahan
Maroon
When the morning came we were cleaning incense off your vinyl shelf
(Ketika pagi hari tiba kita membersihkan dupa di rak vinyil mu)
\'Cause we lost track of time again
(Karena kita lupa waktu lagi)
Laughing with my feet in your lap
(Tertawa dengan kakiku di atas pahamu)
Like you were my closest friend
(Layaknya kamu teman terdekatku)
How\'d we end up on the floor anyway? You say
(Omong-omong bagaimana kita bisa berakhir di lantai? Kau berkata)
Your roommate\'s cheap-ass screw-top ros, that\'s how
(Teman sekamar mu adalah orang yang murahan, itulah mengapa)
I see you every day now
(Sekarang aku melihatmu setiap hari)
And I chose you
(Dan aku telah memilihmu)
The one I was dancin\' with
(Satu-satunya yang ku ajak berdansa)
In New York, no shoes
(Di New York, tanpa sepatu)
Looked up at the sky and it was
(Menatap ke langit dan itu)
The burgundy on my T-shirt when you splashed your wine into me
(Warna burgundy di bajuku saat kau mencipratkan wine mu padaku)
And how the blood rushed into my cheeks, so scarlet, it was
(Dan bagaimana darah mengalir di pipiku, sangat merah, semuanya)
The mark you saw on my collarbone, the rust that grew between telephones
(Tanda yang mereka lihat di selangka ku, karat yang tumbuh di telepon)
The lips I used to call home, so scarlet, it was maroon
(Bibir yang biasa kusebut rumah, sangat merah, ini berwarna marun)
When the silence came, we were shaking blind and hazy
(Ketika kesunyian tiba, kita bergetar buta dan samar)
How the hell did we lose sight of us again?
(Bagaimana bisa kita kehilangan pandangan kita lagi?)
Sobbin\' with your head in your hands
(Menangis dalam pelukanmu)
Ain\'t that the way shit always ends?
(Bukankah cara itu selalu mengakhiri omong kosong?)
You were standin\' hollow-eyed in the hallway
(Kamu berdiri dengan tatapan kosong di lorong)
Carnations you had thought were roses, that\'s us
(Bunga anyelir yang aku kira bunga mawar, itulah kita)
I feel you no matter what
(Aku merasakanmu apapun yang terjadi)
The rubies that I gave up
(Batu delima yang pernah kuberikan padamu)
And I lost you
(Dan aku telah kehilanganmu)
The one I was dancin\' with
(Satu-satunya yang ku ajak berdansa)
In New York, no shoes
(Di New York, tanpa sepatu)
Looked up at the sky and it was maroon
(Menatap ke langit dan semuanya marun)
The burgundy on my T-shirt when you splashed your wine into me
(Warna burgundy di bajuku saat kau mencipratkan wine mu padaku)
And how the blood rushed into my cheeks, so scarlet, it was (maroon)
(Dan bagaimana darah mengalir di pipiku, sangat merah, semuanya marun)
The mark you saw on my collarbone, the rust that grew between telephones
(Tanda yang mereka lihat di selangka ku, karat yang tumbuh di telepon)
The lips I used to call home, so scarlet, it was (maroon)
(Bibir yang biasa kusebut rumah, sangat merah, semuanya marun)
And I wake with your memory over me
(Dan aku terbangun dengan ingatan tentangmu)
That\'s a real fucking legacy, legacy (it was maroon)
(Itu adalah harta yang nyata, semuanya marun)
And I wake with your memory over me
(Dan aku terbangun dengan ingatan tentangmu)
That\'s a real fucking legacy to leave
(Itu adalah harta yang nyata untuk ditinggalkan)
The burgundy on my T-shirt when you splashed your wine into me
(Warna burgundy di bajuku saat kau mencipratkan wine mu padaku)
And how the blood rushed into my cheeks, so scarlet, (it was maroon)
(Dan bagaimana darah mengalir di pipiku, sangat merah, semuanya marun)
The mark you saw on my collarbone, the rust that grew between telephones
(Tanda yang mereka lihat di selangka ku, karat yang tumbuh di telepon)
The lips I used to call home, so scarlet, (it was maroon)
(Bibir yang biasa kusebut rumah, sangat merah, semuanya marun)



