Kotak Harapan Aish

Kotak Harapan Aish

Seleb | BuddyKu | Kamis, 15 Juni 2023 - 10:08
share

JAKARTA, NETRALNEWS.COM - Setiap kali Aish membuka kamar ini, ia akan teringat oleh bayang-bayang di masa lalu. Kamar yang sudah bertahun-tahun kosong ini menjadi tempat yang Aish tuju saat sedih menghampiri.

Kotak hitam dengan pita berwarna biru menjadi objek yang sering ia lihat di nakas dekat tempat tidur. Aish tidak mengetahui apa isi kotak itu.

Sudah delapan tahun kotak itu tidak dijamah olehnya. Kotak itu merupakan hadiah terakhir dari kakaknya, Ayna. Dia menemukan kotak itu pada malam hari di kamar Ayna setelah Papanya menjelaskan bahwa Ayna tidak akan pulang lagi. Aish marah kepada Ayna dan berjanji tidak akan pernah membukanya.

Meski telah berjanji tidak akan membukanya. Bohong jika Aish tidak penasaran. Dengan langkah santai Aish mendekati kotak itu, menatap dengan lamat dan mencoba untuk memprediksi apa isi di dalamnya. Aish tersenyum saat ingatannya berlabuh di masa lalu.

Saat itu, Aish berusia sepuluh tahun, masih terlalu belia untuk mengerti keadaan yang sedang terjadi. Kala itu, dia harus pulang sekolah lebih awal karena Om Satyaadik laki-laki Papadatang untuk menjemputnya.

Aish tidak merasa aneh saat ia pulang lebih cepat, sedangkan teman-temannya tetap tinggal di sekolah. Karena dia mengira bahwa Mama dan Papa sedang menyiapkan sesuatu di rumah.

Om disuruh sama Papa buat jemput Aish, ya? Papa kemana? Aish bertanya saat ia sudah duduk di dalam mobil Om Satya. Terlihat gembira sekali.

Papa lagi jemput Kakakmu, Kak Ayna. Mendengar jawaban Om Satya, Aish semakin yakin bahwa di rumah akan ada acara. Persis seperti dugaannya. Tiga hari yang lalu pesta ulang tahun Ayna dibatalkan karena Ayna tidak pulang ke rumah. Dan hari ini adalah penggantinya, Aish yakin sekali.

Aish jadi anak yang baik, ya? Jangan nakal. Harus nurut sama Mama dan Papa. Aish sudah sering mendengarnya. Dan, kenapa Om Satya mengatakan hal itu secara tiba-tiba? Bukankah saat ini Aish adalah anak yang baik dan pintar?

Dia memiliki banyak teman dan nilai raportnya selalu bagus. Mama dan Papa tidak pernah memarahinya karena Aish anak yang berbakti.

Kalau Aish nurut papa dan mama bakal sayang sama Aish, kan Om? Terus dibeliin buku yang banyak banget , seperti Kak Ayna. Aish selalu iri dengan kakaknya yang memiliki banyak sekali buku. Dalam kamarnya sudah ada dua rak besar berisi buku yang tebal. Setiap kali Aish ingin meminjam buku-buku itu, Kakaknya selalu melarang. Kamu masih kecil, baca buku khusus anak kecil dong ini buku punya Kakak, kamu nggak akan ngerti. Dan benar saja, Aish tidak mengerti saat membacanya.

Iya dong. Pasti. Tapi, kamu jangan seperti Ayna. Bikin malu keluarga. Ada raut tidak suka yang Aish tangkap dari wajah Om Satya. Setahu Aish, Om Satya sangat menyayangi Ayna. Beberapa kali Om Satya memberikan buku kepada Ayna.

Memangnya kak Ayna kenapa, Om? tidak ada jawaban dari Om Satya. Aish memilih untuk diam. Mengamati apa saja yang dapat ia lihat melalui kaca mobil di sampingnya, sambil mengingat-ingat apakah Ayna melakukan suatu kesalahan?

Dari kejauhan, rumahnya tampak begitu ramai. Ramai sekali. Lebih ramai dari yang dibayangkan oleh Aish. Cukup lama Aish melihat keadaan sekitar rumahnya, mencoba untuk memahami apa yang sedang terjadi. Sampai-sampai, ia tidak menyadari Om Satya telah membuka pintu mobil dan bersiap untuk menggendongnya.

Saat Aish masuk ke dalam rumah dengan digendong oleh Om Satya, ia mendengar suara Mama yang meraung-raung dalam pelukan Tante Dewiistri Om Satya. Terdengar pilu sekali. Melihat keadaan Mamanya itu, Aish turun dari gendongan Om Satya, lalu menghampiri Mama yang terlihat sedang kesakitan.

Entahlah, Mama memukul dadanya sendiri seolah ada sesuatu yang mengganjal di dalamnya. Apa yang sedang terjadi? Apa yang terjadi dengan Mama?

Saat dilanda kebingungan karena belum juga menemukan jawaban, Aish mendengar suara sirine. Semua orang berhamburan keluartermasuk Mamaseolah-olah apa yang ditunggu sudah datang. Aish menyusul mereka.

Tangisan Mama semakin menjadi, dan Aish dapat mendengar bisikan-bisikan dari orang-orang yang ada di sana.

Kasihan ya, masih muda padahal.

Denger-denger bunuh diri, ya buk?

Iya, stress kayaknya.

Aduh, padahal anak baik-baik loh, keluarganya juga baik-baik saja. Masih nggak nyangka saya.

Lagian masalahnya seperti apa sih? Kok sampai nekat gitu. Amit-amit deh semoga anak saya nggak gitu.

Hus, sudah jangan diomongin lagi. Kasihan keluarganya.

Ada mobil polisi dan ambulans di depan rumahnya. Papanya sedang berbicara dengan Polisi dan Ayna terbaring di atas ambulance stretcher .

Aish melihat Ayna dalam keadaan tidak sadarkan diri sedang diturunkan dari mobil ambulans oleh petugas. Ada apa dengan Ayna? Apa dia sedang sakit parah? Kenapa dia tidur di situ? Banyak sekali pertanyaan yang muncul dalam pikiran Aish.

Tidak ada yang menyadari keberadaannya di tengah keramaian dalam rumahnya sendiri. Entah dia pantas untuk melihat semua ini atau tidak. Yang jelas, Aish merasa bingung. Bingung sekali.

Semuanya kacau, pikiran, suasana dan suara-suara yang ia dengar terdengar sahut menyahut. Memperburuk keadaannya. Sampai akhirnya, Papa datang menghampirinya, lalu menggendong dan menjelaskan bahwa Kak Ayna sudah tiada. Kak Ayna pergi jauh dan tidak akan pernah kembali.

Apakah arti dari pergi dan tidak akan pernah kembali lagi? Aish benar-benar tidak mengerti.

***

Sejak kecil, dia selalu menjadi anak gadis yang penurut dan sangat patuh dengan ucapan orang dewasa kepadanya. Terlebih lagi orang tuanya. Mama dan Papa pasti akan sayang sama Aish. Kalau Aish jadi anak yang baik, pintar, sopan dan ga rewel. Pokoknya Aish harus nurut sama orang tua. Jangan tinggalin mereka seperti Kak Ayna.

Kalimat itu seolah menyihir Aish untuk menjadi seperti apa yang didengarnya. Dia tumbuh dengan baik, sesuai dengan harapan orang-orang kepadanya.

Namun, semesta justru bercanda dengannya. Bukan Aish yang meninggalkan mereka, tapi sebaliknya. Mereka ada, tapi Aish tidak merasakan kehadirannya. Mereka nyata, tapi semu peranannya.

Aish yang pintar. Ia selalu mendapat juara kelas. Jika dulu Aish kerap mendengar pujian dan menyaksikan orang tuanya memberi hadiah kepada Ayna ketika ia mendapatkan juara di kelasnya.

Maka, Aish hanya bisa menerima pujian dari teman sekelas dan guru di sekolah untuknya. Pujian itu terdengar tulus. Tapi, mata mereka menyiratkan rasa simpati kepadanya. Aish tidak menyukainya, sungguh.

Aish yang baik dan sopan. Tidak pernah sekalipun mengecewakan orang tuanya. Selalu bertingkah laku dengan baik, sehingga banyak orang yang menyukainya.

Dia menjadi anak yang pendiam saat orang-orang membicarakan hal buruk tentang Ayna. Tidak marah saat Papa memanggil petugas Rumah Sakit Jiwa untuk menjemput Mama. Tidak melawan ketika Papa mengenalkan Tante Citra dan Clarissa Geralyna sebagai keluarga barunya setelah tiga hari menyingkirkan Mama.

Aish menjadi anak penurut saat Papa mengajak pindah ke rumah baru bersama tante Citra dan Clarissa. Dia mengalah ketika Clarissa meminta kamar yang seharusnya menjadi miliknya. Dan menerima kenyataan bahwa Clarissa tidak ingin satu atap dengannya setelah satu minggu bersama. Dan Aish kembali ke rumah yang penuh luka tanpa ada yang menemani.

Selama ini, apakah Aish rewel? Tidak. Dia hanya menangis dalam diam setiap kali pergi ke Rumah Sakit Jiwa untuk melihat Mama yang mengamuk kepadanya, karena Mama mengira bahwa Aish adalah Ayna.

Aish hanya meringis pelan ketika merasakan luka pada tubuhnya akibat jatuh berkali-kali saat belajar naik sepeda. Dia hanya meringkuk sendirian di kamar ketika petir dan gemuruh mulai menakut-nakutinya.

Dan terakhir. Jangan seperti Ayna. Aish tidak akan pernah seperti Ayna karena keadaan sudah berbeda. Jika dulu Ayna dipaksa untuk masuk kedokteran, Aish kebingungan untuk menentukan sendiri jalan hidupnya.

Ketika Ayna dipaksa untuk mengikuti semua pelatihan, Aish terpaksa mengambil raport sendirian. Jadi, tidak ada peluang untuk menjadi persis seperti Ayna bukan?

Aish baru menyadari, mengapa harapan orang-orang terlalu menekan hidupnya? Aish seperti memiliki kewajiban untuk menyenangkan semua orang. Selalu orang lain. Semua harapan dan doa yang dilontarkan untuknya selalu demi kebaikan orang lain.

Mewujudkan ekspektasi orang lain itu sulit. Sangat sulit. Terlebih saat mereka tidak menghargai prosesnya, mereka tidak pernah merasa puas dan selalu menginginkan lebih. Dasar manusia tidak berperasaan!

Setelah merenung cukup lama. Akhirnya Aish menyadari, sampai kapan dia akan terbayang-bayang oleh masa lalunya? Bukankah dia harus melepaskan masa lalu yang pahit itu?

Kembali dengan keadaannya sekarang. Dan mulai untuk menjalani kehidupan yang lebih baik. Namun, sebelum itu Aish harus berdamai dengan masa lalunya.

Aish mengambil kotak yang sudah lama dibiarkan begitu saja selama bertahun-tahun. Terdapat sticky note berwarna biru yang menempel di salah satu sisi bertuliskan Untuk Aish, adik kesayangan Ayna.

Aish lupa entah sejak kapan Ayna mulai memberikan hadiah kepada Aish disaat Ayna yang berulang tahun. Bukankah seharusnya Aish yang memberikan Ayna hadiah? Kan, Ayna yang berulang tahun bukan sebaliknya.

Melupakan janjinya dimasa lalu, Aish berpikir sudah saatnya dia membuka kotak itu. Sedetik kemudian Aish membukanya. Ia terperangah karena hanya menemukan dua lembar kertas yang tergulung di dalamnya. Dengan rasa penasaran dia membuka gulungan yang pertama.

Surat Pernyataan

Dengan ini, saya Ayna mengijinkan adik saya bernama Aish untuk meminjam koleksi buku yang saya miliki.

Tertanda, Ayna.

Aish tersenyum remeh. Sebelum Aish membaca surat ini, Aish sudah membaca buku-buku itu. Dengan atau tanpa ijin dari Ayna, Aish tidak perlu merasa resah karena sekarang Ayna tidak bisa berbuat apa-apa. Bukankah Ayna sudah pergi jauh? Mustahil Ayna akan memarahinya seperti dulu.

Karena hal itu, tidak perlu heran jika Aish selalu mendapat peringkat di sekolahnya. Meskipun tidak mendapatkan bimbingan belajar di luar sekolah seperti teman-temannya yang lain. Aish masih bisa belajar sendiri melalui koleksi buku Ayna.

Kebanyakan buku koleksi Ayna merupakan buku penunjang sekolah dan buku mengenai ilmu kedokteran. Sangat membosankan.

Tidak ada kebahagiaan di dalamnya, hanya ada teori-teori dan istilah rumit yang membuat kepala pusing. Tidak memuaskan perasaan. Meskipun demikian, Aish tetap membacanya hingga tuntas. Tidak ada buku yang belum ia baca.

Aish tahu bahwa buku-buku itu yang menekan hidup Ayna sepanjang hidupnya. Aish pernah bertanya kepada Ayna mengenai cita-citanya. Dan Ayna menjawab ingin menjadi penulis novel.

Cita-cita Ayna sangat ditentang oleh kedua orang tuanya, bahkan ketika Ayna membeli buku novel dia akan dimarahi habis-habisan. Bukankah hidupnya menyedihkan? Ya tentu saja. Jika tidak menyedihkan Ayna tidak akan mengakhiri hidupnya sendiri.

Selanjutnya, gulungan kertas yang kedua.

Hai Aish!

Kakak udah ijinin kamu buat baca buku-buku punya Kakak. Mungkin terlalu cepat, tapi Kakak udah nggak bisa sabar lagi. Kakak udah tandain beberapa buku self-improvement pakai highliter warna me, itu kata-kata yang bagus buat kamu. Jadi kamu harus baca buku-buku itu. Maafin Kakak ya? Dan tolong ingat kata-kata Kakak. Tetap bahagia ya Aish? Itu saja. Kakak mau kamu tetap bahagia, selalu bahagia.

Salam Manis, Ayna.

Seketika Aish merasa menyesal karena baru membuka hadiah dari mendiang Kakaknya. Hadiah ini yang ia butuhkan. Doa untuk kebahagiaannya, kali ini untuk dirinya. Bukan untuk orang lain.

Hanya satu permintaan Ayna kepada Aish, yaitu bahagia. Sederhana, namun sulit untuk diwujudkan. Aish sudah lupa bagaimana rasanya bahagia. Seperti apa bahagia itu? Ayna hanya meminta Aish untuk bahagia, namun Ayna tidak memberikan cara untuk mendapatkan bahagia.

Apa kamu bahagia di sana Ayna? Jika iya, haruskah aku menyusulmu?

Penulis: Lisa Anastya Aroyyani


Topik Menarik